Health & Diet
Cegah Stroke Dengan Rutin Mengukur Tekanan Darah Sendiri Di Rumah

9 Dec 2019

Foto: pexels

Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi yang dibuat oleh Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) tahun 2019, menyebutkan bahwa seseorang terdiagnosis hipertensi apabila Tekanan Darah Sistolik ≥ 140 mmHg dan atau Tekanan Darah Diastolik ≥ 90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan. 

Hipertensi merupakan penyebab utama stroke di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Untuk itulah, mencegah dan mengobati hipertensi penting dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya stroke.

“Hipertensi adalah faktor risiko paling sering menyebabkan terjadinya stroke iskemik dan stroke hemoragik.  Angka prevalensi hipertensi pada orang dewasa di Indonesia meningkat dari 25,8% di tahun 2013 menjadi 34,1% di tahun 2018. Artinya, saat ini 3 di antara 10 penduduk Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas adalah penderita hipertensi,” kata dr. Eka Harmeiwaty, SpS, dokter spesialis saraf, dalam kampanye  Gerakan Peduli Hipertensi yang digagas Bayer bersama Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI).

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 2016, stroke menempati peringkat ke-2 sebagai penyakit tidak menular penyebab kematian dan peringkat ke-3 penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 menunjukan prevalensi stroke berdasarkan diagnosis pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,85%.

Dokter Eka menjelaskan, hipertensi menyebabkan stroke iskemik dan stroke hemoragik melalui mekanisme yang berbeda. Tekanan darah yang tinggi akan merusak elastisitas pembuluh darah di otak, dinding pembuluh darah menebal dan mempermudah terbentuknya plak. Keadaan ini akan membuat lumen pembuluh darah menyempit dan tersumbat. Akibatnya otak tidak bisa mendapat suplai oksigen dan nutrisi yang akan menyebabkan kerusakan hingga kematian sel saraf di otak. 

Selain itu hipertensi kronis akan menyebabkan penipisan dinding pembuluh darah arteri yang lebih kecil, dan menyebabkan terbentuknya gelembung yang bisa pecah sewaktu-waktu. Darah yang keluar dari pembuluh darah akan menekan sel saraf di sekitarnya dan menyebabkan kerusakan. Tubuh mempunyai kemampuan mengabsorbsi darah, sehingga bila perdarahan tidak luas pemulihannya akan lebih baik dari stroke penyumbatan. Namun bila perdarahan luas akan berakibat fatal.

Gejala stroke selalu muncul mendadak, hanya progresivitasnya bisa bertahap atau langsung parah.  Gejala yang muncul berhubungan dengan fungsi bagian otak yang terkena, namun yang paling sering ditemukan adalah kelumpuhan ekstremitas satu sisi, kesemutan, wajah mencong dan pelo. 

Gejala stroke bisa pula berupa gangguan bahasa, gangguan memori, gangguan penglihatan, gangguan menelan, suara sengau, gangguan koordinasi dan gangguan keseimbangan, Perubahan perilaku juga bisa terjadi karena stroke dan acapkali diangap sebagai gangguan jiwa. Sepertiga pasien stroke mengalami pemulihan, sepertiganya mengalami kecatatan seumur hidup dan sepertiga lainnya meninggal.

“Banyak pasien maupun keluarganya bertanya mengapa pasien hipertensi meskipun sudah taat dalam pengobatan namun tetap terkena stroke. Menurut saya banyak penyebabnya antara lain adalah variasi tekanan darah. Dalam keseharian tekanan darah bervariasi, karena dipengaruhi oleh pola sirkadian. Aktivitas fisik dan keadaan emosional juga akan mempengaruhi variasi tekanan darah. Lonjakan tekanan darah yang terjadi di tengah malam atau dini hari dan tekanan darah yang tinggi di pagi sering terjadi dan merupakan risiko terjadinya stroke.”

Ia menambahkan, variasi tekanan darah tidak bisa diketahui hanya dengan pemeriksaan rutin atau kunjungan sesekali ke dokter. Karena itu ia menyarankan pasien hipertensi untuk melakukan pengukuran tekanan darah yang dilakukan sendiri oleh pasien di rumah yang disebut Pengukuran Tekanan Darah di Rumah (PTDR). 

Bagaimana caranya? Teruskan membaca laman berikut.
 


Topic

#kesehatan, #stroke, #hipertensi, #tekanandarahtinggi

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?