Career
Sukses Dengan Gaya Kepemimpinan Feminin yang Mengutamakan Kolaborasi dan Inovasi

20 Nov 2017


Foto: Fotosearch

Feminine leadership atau gaya kepemimpinan feminin bukan berarti pemimpin harus berjenis kelamin wanita atau memihak pada wanita. Baik pria maupun wanita bisa mengadopsi gaya kepemimpinan yang disebut-sebut makin diperlukan di masa kini dan masa depan. Seperti apa bentuknya?
 
Dominasi VS Kolaboratif
“No woman no cry.” Kata-kata Bob Marley itu sangat berlawanan dengan apa yang ditemukan oleh peneliti sosial John Gerzema and Michael D’Antonio yang dituangkan dalam buku The Athena Doctrine: How Women (and the Men Who Think Like Them) Will Rule the Future (2013). Hasil survei terhadap 64.000 orang di 13 negara, baik wanita maupun pria, menemukan bahwa nilai-nilai feminin yang dimiliki wanita dan pria dalam memimpin dan berkompetisi sangat penting saat ini untuk memecahkan berbagai masalah bisnis, pendidikan, pemerintahan, dan lain-lain untuk menciptakan masa depan dunia yang lebih baik.
 
“Banyak ulasan dan penelitian yang menyatakan bahwa masalah global yang kita hadapi sekarang, misalnya peperangan, terorisme, kesenjangan sosial dan ekonomi, merupakan akibat dari terlalu fokusnya para pemimpin menggunakan gaya maskulin, yang mengutamakan kekuatan, agresivitas, independensi, atau arogansi,” ujar Heriati Gunawan, Executive Coach & Presiden Direktur Daya Dimensi Indonesia, yang akrab disapa Ria.
 
Menurut Ria, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut kita harus menyeimbangkannya dengan gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu gaya kepemimpinan feminin. Cirinya adalah kepemimpinan yang mengutamakan empati, kepedulian, keterbukaan dan kolaborasi serta kerendahan hati yang  berorientasi pada kepentingan yang lebih besar untuk membangun masa depan yang lebih baik.
 
Terkait dengan bisnis dan organisasi, Emilia Jakob, konsultan pengembangan sumber daya manusia dari Experd, mengatakan, “Di masa depan kita lihat akan makin banyak kebutuhan untuk berkolaborasi dengan beragam pihak. Teknologi bergerak begitu cepat, akses terhadap informasi tidak lagi terbatas. Sulit bagi kita untuk mau menjadi penguasa tunggal yang menguasai semuanya. Karenanya, sangat dibutuhkan kemampuan untuk berkolaborasi, merangkul berbagai pihak untuk mencapai keuntungan bersama.”
 
Menurutnya, karakter yang sangat dominan umumnya akan ditinggalkan oleh pihak-pihak lain. Karenanya, orang perlu lebih mempelajari gaya-gaya kolaborasi serta membangun jejaring yang biasanya lebih feminin. Kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan dan memimpin perusahaan kini menjadi persyaratan untuk sukses.

“Dunia yang makin kompetitif saat ini, serta perubahan yang terjadi demikian cepat di lapangan, telah membuat gaya kepemimpinan command and control menjadi usang. Era kini adalah era inovasi dan kreativitas. Gaya kepemimpinan yang egaliter dirasakan lebih tepat untuk memunculkan kekuatan masing-masing anggota tim dan memberikan ruang bagi mereka untuk berkreasi dengan sepenuh hati,” ungkap Betti Alisjahbana, pendiri QB Leadership Center, dalam bukunya, Perempuan Pemimpin (2017).(f)


Konsultan: Heriati Gunawan, Executive Coach & Presiden Direktur Daya Dimensi Indonesia; Emilia Jakob, konsultan pengembangan sumber daya manusia dari Experd


Baca juga:
Ingin Sukses Berkarier? 4 Tip Membuat Karier Melesat
8 Rahasia Karier Sukses Dengan Hidup Lebih Seimbang
Kiat Sukses dari 3 Wanita Karier di Dunia Teknologi


Topic

#karier

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?