Career
Dorong Inovasi Lewat Budaya Kesetaraan

27 Mar 2019

Menandai perayaan International Women’s Day ke-16, Accenture, perusahaan konsultan global yang bergerak di bidang manajemen, layanan teknologi, dan alih daya (outsourcing) yang telah membantu klien di lebih dari 52 negara, membuat survei dengan tema #EqualityDrivesInnovation. Melibatkan 18.000 responden dari 27 negara, termasuk 700 responden dari Indonesia survei ini memberikan gambaran tentang budaya kesetaraan dan inovasi di lingkungan kerja. Hasilnya, budaya kesetaraan  mampu meningkatkan innovation mindset hingga tiga kali lipat. Temuan ini diungkap dalam acara peringatan Internasional Women’s Day yang digelar Accenture di Ayana Hotel pada Jumat (22/4), dan dihadiri oleh lebih dari 500 wanita karier dari berbagai sektor.
 
Menurut Debby Alishinta, Managing Director Women in Accenture Sponsor Indonesia, hasil riset tersebut menunjukkan bahwa budaya kesetaraan menjadi pendorong utama pola pikir inovatif yang memiliki dampak signifikan bagi kemajuan suatu perusahaan. “Dari seluruh faktor yang menjadi fokus riset, budaya selalu menang. Budaya kesetaraan bahkan memegang peranan jauh lebih siginifikan dibanding faktor geografis, demografis, atau sektor perusahaan. Karyawan menunjukkan pola pikir inovatif lebih kuat pada lingkungan kerja dengan budaya kesetaraan yang lebih baik,” jelasnya.
 
Mengapa innovation mindset ini penting untuk perusahaan? Era Disrupsi digital menuntut karyawan memiliki pola pikir inovatif untuk mendukung eksistensi dan persaingan perusahaan. Kemampuan inovasi karyawan menjadi indikator sukses untuk memenuhi kebutuhan pasar yang bergerak cepat. Accenture mengemukakan jika setiap negara meningkatkan innovation mindset hingga 10%, produk domestik bruto global akan meningkatkan hingga mencapai $8 triliun pada tahun 2028.
 
Indonesia saat ini menduduki urutan ke-85 dalam Indeks Inovasi Dunia. Meski angka ini masih berada di posisi bawah, kabar baiknya inovasi sudah disadari oleh 95% pemimpin perusahaan, dan 96% karyawan ingin menjadi lebih inovatif. Dalam upaya memperkuat temuan riset ini, Accenture di Indonesia juga menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bersama Femina dan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) yang menjadi corong bagi upaya kesetaraan gender di Indonesia serta melibatkan sembilan responden level direktur dan sebelas responden dengan level sampai dengan senior manager.  Data kualitatif di Indonesia mengungkap bahwa 80% organisasi telah mendorong dan memungkinkan karyawan menjadi inovatif dalam bekerja sehari-hari.
 
Petty S. Fatimah, Pemimpin Redaksi Femina dan Editorial Director Prana Group mengatakan bahwa upaya menjunjung budaya kesetaraan di lingkungan kerja sejatinya merupakan salah satu langkah awal untuk menerapkan budaya kesetaraan yang lebih luas lagi dalam berbagai bidang.
 
“Kesetaraan dalam perusahaan akan memberikan kesempatan lebih banyak bagi perempuan Indonesia untuk menduduki posisi strategis dan membangun situasi kerja yang memberikan keberanian bagi seluruh karyawan untuk berinovasi lebih tanpa takut mencoba dan takut gagal. Ketika budaya setara berkembang, maka pola pikir inovatif turut berkembang,” katanya.
 
Pada kesempatan yang sama juga hadir empat pembicara lain yang berbagi cerita tentang budaya kesetaraan dalam lingkungan kerja dan inovasi, mereka adalah Fauzan Gani (CEO dan Founder Doogether), Nararya Soeprapto (Head of Government Relations Procter & Gamble), Rosari Chia (Senior Director Jones Lang Lasalle), dan Neneng Goenadi (Managing Director Grab Indonesia).
 
Neneng Goenadi melihat pentingnya inovasi di perusahaannya saat ini untuk mengembangkan produk dan layanan yang sesuai kebutuhan konsumen. Bahkan inovasi bisa terjadi sangat cepat. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Rosari Chia yang menciptakan budaya kesetaraan dengan membuka kesempatna bagi siapa saja untuk menyampaikan ide dan gagasannya.
 
Memperkuat tentang pentingnya mengedepankan budaya kesetaraan, tidak hanya di lingkungan kerja tapi juga dalam kehidupan lainnya, Accenture mengundang Wilma Margaretha Sinaga, atlet paralympic untuk cabang olahraga catur. Peraih dua medali emas cabang catur di ajang Asian Paragames ini tidak dapat melihat sejak kecil, meski begitu ia tidak ingin kecacatannya tersebut menjadi penghalang ia untuk berprestasi.
 
“Mimpi saya hanya satu saya ingin bisa mandiri dan tidak menyusahkan keluarga. Kaum difabel juga bisa berprestasi. Kami hanya ingin diberikan kesempatan untuk berkarya, kami tidak ingin dibedakan. Kini, saya sudah merasa cukup dengan diri saya, sekarang saya ingin memberikan apa manfaat hidup saya untuk orang lain,” ungkapnya, yang membuat banyak hati tergerak.
 
Istimewa karena dipenghujung acara International Women’s Day hadir Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati. Dalam kesempatan ini Sri Mulyani berbicara soal potensi kerugian finansial akibat ketidaksetaraan gender antara pria dan wanita. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu memaparkan penelitian dari McKinsey yang menyebutkan bila dunia dikelola secara lebih setara (equal) antara pria dan wanita maka akan mendatangkan keuntungan senilai US$ 12 triliun sampai 2025. Bukan angka yang kecil, Sri Mulyani menggambarkan angka tersebut sebagai gabungan dari GDP di 3 negara maju, yaitu Jerman, Jepang dan Inggris.

Dengan kesetaraan maka ekonomi akan tumbuh lebih cepat, namun kesetaraan gender, menurut Sri Mulyani merupakan isu yang tak mudah untuk dibenahi, karena berdasarkan riset yang sama butuh 106 tahun untuk negara bisa mengejar gender equality (kesetaraan gender) di bidang ekonomi dan politik sosial.
 
Menutup sambutannya, Sri Mulyani menyampaikan bahwa wanita memiliki peranan yang setara dengan pria. "Perempuan dan cowok itu kayak sepatu hak kiri dan kanan. Just look at your shoes, kamu nggak mau kan lihat hak-nya beda. Society kita akan dapat support bagus, kalau sepatunya haknya sama. Jangan kiri sepatu lari, satunya high heels. Jadi itu adalah message yang paling sederhana tapi akan mengena," tutupnya. (f)

Baca Juga: 
Sertifikasi Gender Equality Untuk Perusahaan
Sri Mulyani Ingatkan Akan Kekuatan Wanita





 

Faunda Liswijayanti


Topic

#IWD2019, #surveiaccenture, #wanitakarier

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?