Celebrity
Tak Ingin Berhenti Belajar

26 Jan 2015


Baginya Wajah Femina adalah media untuk belajar, bukan semata mengejar popularitas.

Satu hari sebelum malam final Wajah Femina 2014,  di ruang penjurian bakat akting dan presenting, Reza Rahadian mengajak Alya Nurshabrina, finalis nomor urut dua ini beradu akting. Alya berperan sebagai penjaga pintu tol, sedangkan Reza berperan sebagai seorang pengguna tol yang tidak membawa uang. Tak disangka, kemampuan improvisasi Alya yang cerdas - saat itu ia menyuruh Reza meminggirkan mobilnya karena membuat antrian panjang – telah berhasil mencuri perhatian Reza dan juri lainnya. “Ia satu-satunya finalis yang berimprovisasi dengan cepat. Ia sangat cerdas,” ungkap Reza, kagum.

Menuju Bintang  
Meski usianya baru 18 tahun, wanita yang kuliah di jurusan Hubungan Internasional, Universitas Parahyangan Bandung ini memiliki pemikiran yang sangat dewasa. Hal ini terlihat dari semua jawaban yang ia berikan kepada para juri sepanjang penjurian dan masa karaktina Wajah Femian 2014. Sikap inilah yang nyata-nyata membuat sembilan juri Wajah Femina pada akhirnya menobatkan Alya sebagai Pemenang I Wajah Femina 2014.
   
“Tidak menyangka, karena selama masa karantina saya mengamati banyak finalis lain yang memiliki pengalaman, jauh lebih matang dan lebih anggun. Mungkin juri menilai saya lebih karena semangat belajar saya mendapatkan wawasan yang lebih luas lagi,” ungkap Alya mengomentari kemenangannya.
   
Ketika pertama kali mengikuti ajang wajah Femina 2014, hanya satu keinginan Alya, ia ingin bisa bergabung dengan F & G Model Agency untuk mengembangkan minatnya di bidang modeling. Karena ia merasa sudah saatnya untuk tidak setengah-setengah lagi menjalani modeling yang sudah ia mulai sejak SMA ini. “Seorang teman yang mendorong saya, bilang kalau istilahnya ‘mentahnya sebagai model’ saya sudah punya, yaitu tinggi badan dan tubuh yang proporsional, kenapa harus disia-siakan,” ungkap wanita yang memiliki tinggi badan 171 cm ini.
    
Maka Alya memutuskan untuk ikut pemilihan Wajah Femina 2014 ini. Jauh dilubuk hatinya, ia juga ingin mewujudkan mimpi masa kecilnya, menjadi model cover majalah. Saat masuk dalam 100 unggulan, lalu tersaring lagi di 40 semifinalis, Alya mengaku ragu jika ia akan terus lanjut di Wajah Femina. Pasalnya, wanita yang senang mengamati lingkungannya ini melihat unggulan-unggulan lain yang pengalamannya jauh lebih banyak daripada dia dan mereka siap menghadapi kompetisi. Sedangkan Alya, ini kali pertamanya ia mengikuti ajang pemilihan.

Ketika akhirnya terpilih sebagai salah satu dari 20 finalis Wajah Femina, Alya pun mulai menetapkan targetnya karena ia yakin akan potensi dalam dirinya. Baginya, segala hal yang ia lakukan haruslah ia jalani dengan maksimal untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Kini impian Alya terwujud, setelah memenangkan Wajah Femina 2014, wajahnya tentu akan menghiasi cover sekaligus halaman mode majalah Femina. Apalagi dukungan orang tua sudah ditangan untuk ia mengembangkan kariernya di dunia modeling, asal ia lakukan dengan konsisten.
   
“Prinsip saya, sesuatu yang sudah saya mulai harus saya kerjakan dengan serius. Setelah menang di Wajah Femina ini, komitmen saya untuk belajar lebih banyak lagi tentang modeling,” ungkap penggemar model Kimmy Jayanti ini, yakin. Meski untuk itu ia sadar benar harus bisa membagi waktu antara modeling dan urusan kuliahnya yang baru saja menginjak semester tiga. “Meski tampaknya modeling dan HI seperti dua dunia yang berbeda, saya rasa keduanya bisa saling menunjang karier saya nanti,” kata wanita yang bercita-cita ingin menjadi researcher sekaligus model ini.
   
Apa yang menarik dari kepribadian Alya di mata para juri adalah keinginan besarnya untuk selalu belajar. Tuti Indra Fauziansyah, psikolog dan juri Wajah Femina 2014 menilai Alya adalah wanita yang cerdas, mandiri, dan dewasa. Sedangkan juri lainnya, Panca Makmun yang seorang koreografer menjuluki Alya sebagai ‘model bunglon’, karena wajahnya yang bisa berubah-ubah sesuai dengan tema baju yang diperagakannya.

Faunda Liswijayanti




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?