Celebrity
Srikandi Muslim

10 Dec 2014


Inggris pada 13 Oktober lalu telah mengambil sikap atas konflik Israel-Palestina. Hal ini berdasarkan pengambilan suara oleh parlemen Inggris, yang mengakui kedaulatan Palestina sebagai negara. Langkah ini dinilai merupakan kemajuan besar, sebab setidaknya, dukungan itu akan membuat kebijakan berbeda bagi negara-negara Eropa lain yang selama ini menganggap Palestina sebagai wilayah pendudukan Israel. Bukan tidak mungkin, ‘angin’ yang berbalik itu terjadi setelah mundurnya Sayeeda Hussain Warsi (43), akibat penolakan pemerintah London untuk mengambil tindakan keras terhadap Israel dalam perang Gaza, beberapa waktu lalu.

Srikandi Muslim
Di kebun belakang kediaman Sayeeda Warsi di Wakefield, London, terdapat tempat bermain bola yang biasa digunakan anak-anaknya. Ibu dari lima anak ini mengaku, kini ada yang berbeda  tiap kali ia memandangi anak-anaknya bermain di situ. Ia jadi teringat pada empat bocah Palestina yang terbunuh oleh tentara Israel saat mereka bermain bola, di dekat pantai di Gaza. “Apa yang dipikirkan oleh orang tua dari anak-anak ini? Saya tak bermaksud naïf untuk  mengatakan, kita harus pergi ke sana dan menghentikannya. Tapi, minimal kita bisa mengatakan, tindakan itu salah dan tidak manusiawi,” ujar wanita yang mendapat gelar Baroness ini.
Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza dalam beberapa minggu terakhir, menjadi kegelisahan utamanya. Dan, kulminasinya, awal Agustus lalu, ia pun mengirimkan surat pengunduran dirinya dari pemerintahan.   
Ketika Warsi terpilih sebagai menteri, dirinya menjadi headline media yang menampilkan foto-fotonya, seorang wanita keturunan imigran, beragama Islam, yang di acara-acara resmi mengenakan shalwar kameez (busana two pieces yang terdiri dari atasan tunik dan celana panjang). “Itu adalah momen bersejarah di Inggris,” tutur Sayeeda  kepada femina, saat ia berkunjung ke Jakarta, dua tahun silam. 
Dalam kesempatan itu, ia dengan antusias bercerita tentang geliat kebangkitan Islam di Inggris, terutama di kalangan kaum muda. Muslim di Inggris berasal dari banyak etnis dan negara. Di antaranya adalah dari Bangladesh, India, Pakistan, Nigeria, Somalia, dan dari negara-negara Eropa. Jumlah populasi muslim di Inggris sekitar 5% (kurang lebih 2,9 juta orang).
“Generasi wanita muda muslim Inggris banyak yang mulai ingin mengenakan jilbab. Tetapi, jilbab di sana tidak se-stylish seperti yang saya lihat di Indonesia,” tutur Warsi,  yang disebut media Inggris sebagai Britain's Most Influential Muslim Woman dan masuk dalam daftar 500 orang paling berpengaruh di dunia.
Wanita yang pernah menjabat sebagai Ketua Partai Konservatif Inggris ini sejak tahun 2010 menduduki jabatan di kabinet sebagai Minister without Portfolio (Minister of State) pada kabinet Perdana Menteri David Cameron. Dan, pada reshuffle terakhir, 2012 lalu, ia menjabat sebagai Senior Minister of State for Foreign and Commonwealth Affairs dan Minister for Faith and Communities.
Karena itu, berita tentang pengunduran dirinya pada awal Agustus lalu sempat menyita perhatian publik. Ia mundur karena ia kecewa pada kebijakan pemerintah setempat dalam menyikapi kasus yang menimpa Gaza.  "Ini menyangkut prinsip hidup saya. Di rapat-rapat, ketika saya ingin mempertanyakan tentang bagaimana sikap kita, bagaimana membangun kembali Gaza yang hancur, sayangnya tidak ada tanda-tanda adanya pemikiran atau proses untuk mewujudkan hal itu. Saya merasa sendirian,” ujarnya.
Menurut Warsi, Inggris sangat keras dalam mengecam ISIS (kini Islamic State/IS), Irak, Suriah, atau negara mana pun yang melanggar HAM. Akan tetapi, menyangkut  Israel, mereka tidak satu suara. “Situasi politik bisa berubah silih berganti, namun  apa pun yang terjadi, saya ingin bisa berdamai dengan diri saya sendiri. Saya merasa telah membuat keputusan yang tepat,” tutur Warsi, yang berencana menulis buku tentang kiprahnya di politik.
Dunia politik memang keras. Tak semua pihak bisa membaca ‘pesan’ yang ingin ia tunjukkan. Kemundurannya menuai kritik. Beberapa mengatakan, ia memanfaatkan krisis Gaza untuk resign karena ia tidak mendapatkan promosi yang ia inginkan di reshuffle kabinet.  Tudingan lain mengatakan, keputusan itu merupakan kulminasi dari ketidakharmonisan hubungannya dengan David Cameron.
Warsi menepis anggapan itu. Lebih lanjut ia mengakui bahwa dirinya memang punya sejarah panjang tentang perbedaan pandangan dengan rekan-rekannya di kabinet. Namun demikian, jika bukan karena perdebatan tentang Gaza, saat ini tentunya ia masih akan ada di kabinet.
"Saya tak peduli kalau mereka tak setuju dengan saya. Ketika kau bekerja 10 kali lipat lebih keras dibanding orang lain untuk bisa mencapai posisi yang sekarang ini, lalu setelah apa yang terjadi sekarang, yang kau dengar adalah, “Dia tak becus,” itu sungguh berat,” cetus Warsi. 




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?