Celebrity
Ruang Kreatif Fariz RM

3 Jul 2014


Sebuah media nasional ternama pernah berniat membuat program dengan format sehari bersama Fariz RM. Selama sehari penuh, kegiatannya akan diliput. Namun, Fariz menolak liputan ini. “Mereka salah sasaran. Mereka membayangkan, saya seperti selebritas yang bergerak terus dari jam ke jam ke berbagai tempat berbeda. Padahal, saya orang rumahan. Dunia saya di rumah,” ujar pemusik yang bernama lengkap Fariz Rustam Munaf ini. Menurutnya, dari mencipta lagu, membuat ilustrasi dan aransemen musik, hingga membuat desain produk dilakukannya di rumah. Tepatnya di studio. “Kasihan peliputnya karena seharian saja di rumah saya,” tambahnya, tertawa.  

Pemusik yang terkenal dengan lagu Sakura, Barcelona, dan Nada Kasih ini memang berkata apa adanya. Dulu ia pernah memiliki kantor sendiri untuk menggerakkan usahanya, Fariz RM Creative Solutions. Tapi, kemudian dunia kreatifnya berputar di kamar kerjanya yang ‘nyeni’ dan nyaman. Memiliki pandangan luas ke arah taman, ruang kerja merangkap studio musik memang menjadi sarang berkreasi yang nyaman. Meski hanya berukuran sekitar 3x4 m, ruangan itu bisa memuat berbagai peranti musik layaknya studio musik. Dua keyboard, gitar, dua laptop, dan alat-alat untuk aransemen lagu diatur dengan apik. “Kemajuan teknologi membuat alat aransemen yang besar-besar kini hanya berukuran kotak kecil,” ujar Fariz, yang selalu mengikuti perkembangan teknologi di bidang musik.

Senja itu ia sedang mengutak-atik aransemen musik yang menggabungkan gitaris jazz muda berbakat Barry Likumahuwa dan maestro gitar beraliran cadas, Eet Syahrani.  "Saya tak mau mengotak-ngotakkan musik. Justru ada keasyikan sendiri jika menggabungkan musik dari aliran berbeda-beda,” ujar penggemar musik  rock n roll yang namanya mencuat di jalur musik pop ini.

Bosan mengutak-atik lagu, ia tinggal membalikkan badan ke meja kerja yang didesain menyatu dengan lemari berisi benda-benda memorabilia dan foto-foto kenangan dalam hidupnya. Di meja itu pula pensil desain warna-warni, buku gambar dan peralatan tulis lainnya, diletakkan. Meski penuh, semua tertata rapi dan artistik.
 
“Di meja ini saya menyalurkan hasrat seni lainnya, seperti melukis atau desain produk," ujar sarjana muda Fakultas Seni Rupa ITB ini, sambil memamerkan karyanya, seperti pengikat rambut dan cincin ukir yang menghiasi kuping.
Di meja kerja ini juga ia berhasil menuangkan pemikirannya ke dalam buku berjudul Living in Harmony: Catatan Ringan Fariz RM  dan  Rekayasa Fiksi: Bagaimana Fariz RM Menulis Lagu.

Kalau lelah, tak perlu jauh-jauh, sebuah sofa empuk membuatnya bisa berbaring nyaman. Kesehatan Fariz memang tak seperti dulu. Hepatitis C sempat menggerogoti tubuhnya,  hingga badannya jadi tidak berisi. Wajahnya pun tergolong sangat tirus. Dulu, dengan tinggi 169 cm, bobotnya 62 kg. Kini, berat tubuhnya hanya sekitar  53-55 kg saja.  Untungnya, penyakit ini sepertinya bisa dijinakkan. Dia ada, tapi seperti tiada. Nyaris tak terasa kehadirannya. Hasil cek ke dokter juga normal. Cuma, ia sepertinya tak bisa gemuk lagi. “Pernah, saya menaikkan berat badan. Hasilnya, napas jadi pendek-pendek.
Pada suatu show, malah saya perlu menghirup tabung oksigen untuk menambah napas di sela-sela menyanyi. Eh, setelah kembali kurus, justru saya sehat. Mau nyanyi berapa lagu, ya, ayo saja,” ujarnya, sambil tertawa.

Meski tirus dengan rambut yang kini dihiasi helaian abu-abu, pada usia yang ke-55, aura bintangnya tetap terpancar. Malah kini kian funky dengan rambut sebahu dan dicukur tipis di pelipis kiri dan kanan. Dalam bermusik, meski gaungnya tak seheboh dulu, ia selalu menghasilkan karya. Malah menurutnya kesibukannya kini lebih padat.

Selama lebih dari 35 tahun kariernya, Fariz telah menghasilkan 20 album solo, 72 album kolaborasi, 18 album soundtrack, 27 album produksi yang menjadikan dia berperan sebagai produser, serta 13 album internasional yang dirilis di Eropa dan Asia Pasifik. Ia pun membuat ilustrasi untuk film dan sinetron, serta jingle untuk berbagai perusahaan. “Cita-cita saya sejak kecil adalah menjadi pemusik. Tak terbayang menjadi apa pun di luar musik,” ujar pria yang dekat dengan  almarhum Chrisye  ini,  tegas.

Namun, hidup Fariz bisa dibilang seperti roller coaster. Ia sempat dikabarkan wafat. Pada tahun 2007, ia pernah terancam UU Narkotika dengan hukuman penjara di atas 5 tahun atas kepemilikan lintingan ganja. “Saya memang pernah memakainya. Tapi, saya bukan pecandu, bukan juga peminum. Dulu memakainya untuk fun saja, bukan menu harian. Saya pun memakai di saat yang benar-benar santai, bukan untuk menunjang kreativitas berkarya, apalagi untuk manggung. Haram bagi saya teler saat manggung,” ungkapnya.
Di saat dunia menudingnya kejam, Fariz sangat mensyukuri dukungan istrinya,  Oneng Diana Riyadini, dan anak-anaknya, si kembar Venska dan Venski (22) serta Vergio. “Ketika ditanya wartawan, si kembar hanya menjawab singkat: ‘Kami percaya pada ayah kami.’ Kata singkat itu dukungan luar biasa bagi saya,” ujar Fariz, yang menyebut istrinya adalah orang tua dan teman untuk anak-anaknya.

Kepercayaan itu berbuah manis. Ia divonis ringan, hanya 8 bulan. Itu pun dipotong masa penjara yang telah dijalani, sisanya ia diwajibkan menjalani rehabilitasi. Usai masa hukuman, Fariz langsung menggelar konser tunggal yang bertajuk Anthology Live Concert. Ia berkolaborasi dengan artis-artis muda, antara lain Sherina Munaf, Koil, dan White Shoes & The Couples Company.

Hingga kini musikus muda menjadi bagian tak terpisahkan dari kreativitas Fariz. “Untuk musik, saya bukan pengajar. Tapi, saya membuka kesempatan bagi yang serius belajar  musik untuk menyerap semua ilmu melalui magang dalam berbagai kegiatan saya.” Melly Goeslaw dan suaminya, Anto Hoed, serta Dhani Ahmad bersama Maia sewaktu masih berpacaran disebutkan Fariz sebagai beberapa dari anak magangnya.  Karena sering menggawangi musik sebagai orang di balik konser, live show, dan produksi musik lainnya, Fariz pun tergelitik berbagi ilmu dan pengalaman. Ia tercatat sebagai dosen terbang di berbagai universitas, seperti Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, Universitas Media Nusantara, dan Bina Nusantara University untuk mengajar manajemen penyiaran.

Untuk manggung, ia meminta istrinya menjadwalkan tak lebih dari 6 show  tiap bulan.
“Dari dulu, saya bukan pengejar setoran manggung. Dalam sehari tak pernah show lebih dari satu. Lagi pula, kalau sibuk manggung, kapan waktu saya untuk berkarya,” ujarnya.  Bandung Dekade 2014, Three Sound, Yogya Jazz Festival, dan Java Jazz antara lain panggungnya. Ia pun terlibat dalam Legendary Chrisye Dekade Poject.
Saat ini  Fariz juga gencar memperjuangkan hak karya cipta. “Karya lagu bukan soal sepele, karena itu satu-satunya harta yang saya, sebagai pekerja seni, bisa wariskan kepada anak-anak saya. Walaupun anak-anak saya, Venska dan Venski, kini sudah mandiri, bahkan di tahun ini mereka memberi ‘kado’ untuk menanggung pengeluaran keluarga. Alasannya, agar  saya bisa fokus kembali dalam idealisme   bermusik,” ujarnya, tak menyembunyikan rasa bangganya.

Lantas, apa resepnya tetap eksis? Lagi-lagi ini mungkin karena kesetiaannya menjadi pemusik. “Saya fokus. Menyanyi itu juga menghibur, sehingga sepertinya saya selalu didoakan orang. Saya juga bersyukur didukung oleh komunitas Fariz RM yang fanatik di Indonesia dan di luar negeri, sekitar 1,6 juta orang. Mereka setia mengapresiasi karya saya,” ungkap Fariz, yang pada tahun 2012 mengeluarkan antologi album karya musiknya seharga Rp260.000, dan  masih jadi incaran. (f)
 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?