Celebrity
Pertama Di Film Action

24 Nov 2014


Setelah tampil menyanyi di pergelaran Java Jazz Festival tahun lalu, rencananya Eva Celia akan kembali meneruskan sekolahnya di Los Angeles, Amerika Serikat. Namun, saat itu tantenya, Mira Lesmana, yang seorang produser film, meneleponnya dan menawarinya untuk ikut terlibat dalam produksi film Pendekar Tongkat Emas (PTE).
Tidak berpikir dua kali, Eva langsung menyetujui tawaran tantenya. “Daripada menyesal, lebih baik saya lakukan sekarang,” ujarnya. Meski memiliki relasi dengan produser PTE, Eva tetap harus mengikuti casting beberapa kali hingga akhirnya lolos memerankan karakter Dara.   
Dara adalah salah seorang murid mahaguru Cempaka (Christine Hakim). Untuk mendapatkan tongkat emas dan jurus mematikan yang diwariskan Cempaka, Dara harus bertarung melawan ketiga murid Cempaka lainnya, Gerhana (Tara Basro), Elang (Nicholas Saputra), dan Biru (Reza Rahadian).
Proses syuting PTE sendiri memakan waktu hampir satu tahun. “Tujuh bulan sebelum syuting, kami harus berlatih wushu dan silat.  Lelah, pegal-pegal hampir tiap hari, tetapi saya merasa lebih banyak serunya!” ungkap Eva, yang pernah terpilih sebagai Pemain Terbaik di film pendek Out of The Smoke, saat masih SMP.
Ia sangat senang terlibat di sini karena selain bisa belajar akting dari aktris senior sekelas Christine Hakim, juga menambah keterampilannya bermain silat. Ia juga belajar banyak tentang manajemen perfilman. “Dari kecil saya memiliki impian untuk bermain di film action. Akhirnya bisa terwujud,” ujar penggemar film Crouching Tiger Hidden Dragon ini. Sebelumnya, Eva sudah membintangi film drama Adriana (2013), Jamila dan Sang Presiden (2009) dan Takut: Faces of Fear (2008).
Film Pendekar Tongkat Emas sendiri bercerita tentang balas dendam dan kekuasaan. Kehadiran film ini pun dinilai membawa angin segar bagi perfilman Indonesia yang sudah lama tidak mengangkat film kolosal dengan unsur action yang kuat.
Eva menuturkan, ternyata tak mudah berakting di film action. Selama syuting banyak tantangan yang ia hadapi. Apalagi ketika ia harus beradegan silat dengan lawan mainnya. “Akting silat itu sangat susah, gerakannya harus tepat untuk mendapatkan hasil terbaik. Ditambah lagi, udara di lokasi syuting sangat panas, sehingga mudah membuat lelah dan hilang konsentrasi,” ungkap Eva.
Beruntung, Eva bisa melalui masa syuting itu dan tidak merasa bosan ataupun jenuh. Pasalnya, banyak temannya sesama pemain yang mendukungnya di lokasi syuting. “Mungkin tahu kalau saya baru merasakan pengalaman berat ini. Di saat emosi bercampur lelah, apalagi harus menunggu jadwal syuting yang lama, teman-teman memberi semangat. Everyone in this production gives me energy,” ungkap Eva yang mengaku kini bersahabat dengan Tara Basro.
Diakui Eva, suasana syuting yang menyenangkan dan lokasi yang jauh dari keramaian, di daerah Sumba Timur, sukses membuat kedekatan yang kuat di antara pemain dan crew. Syuting berbulan-bulan di lokasi terpencil, tidak banyak hal yang bisa mereka lakukan di malam hari. Sebagai mengusir penat, mereka senang membuat acara seru-seruan, seperti pesta barbecue ikan di padang rumput. Kadang-kadang mereka juga menikmati kesunyian dengan hanya duduk diam mengamati bintang-bintang  gemerlap di langit jernih. Pemandangan yang jarang didapatkan di kota besar seperti Jakarta.
“Padang rumput yang hijau, laut yang jernih, berinteraksi langsung dengan penduduk lokal, berhasil mengubah pandangan saya tentang tujuan liburan selama ini yang selalu mengejar luar negeri. Sekarang rasanya ingin liburan di Indonesia saja karena alam dan budayanya jauh lebih kaya. Tiga bulan pun rasanya tak cukup lama menikmati Sumba,” ujar Eva, yang mengaku jatuh hati pada pesona alam Sumba.  
Hatinya juga tergugah  ketika melihat langsung bagaimana pembuatan tenun yang memakan waktu berbulan-bulan. Ia bahkan membeli beberapa helai untuk koleksi. “Jika dulu harus memakai pakaian branded buatan luar negeri, kini saya lebih bangga mengenakan tenun atau sarung,” jelasnya.
Usai syuting PTE, Eva yang penasaran dengan alam Indonesia, tak menunggu waktu lama untuk menjelajahinya. Ia langsung berkunjung ke Labuan Bajo dan Pulau Komodo. Bulan lalu, ia juga menyambangi Minahasa.
 “Melalui foto-foto yang saya punggah di media sosial, saya ingin mempromosikan alam Indonesia kepada teman-teman di luar negeri. Mereka harus traveling ke sini,” ungkapnya, bangga.(Daria Rani Gumulya)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?