Celebrity
Nadine, Konsisten Merawat Alam

3 Nov 2011

Gerak-gerik Nadine Chandrawinata (27) seolah menyatu dengan alam. Kehidupan pribadinya pun minim sensasi, karena semua kesibukannya pasti tak jauh dari pelestarian lingkungan hidup, terutama alam bawah laut. Kulit menghitam dan rambut rusak akibat hobi menyelam, tak membuatnya jera. Justru, ia mengaku menemukan kedamaian tersendiri saat menikmati keindahan di dasar laut. Ia juga kerap duduk-duduk saja menatap gulungan ombak di tepi pantai.

Konsisten akan kecintaan dan kepeduliannya pada alam, membuat Nadine dinobatkan sebagai Duta Ekowisata kawasan terumbu karang Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 2008. Kecintaan pada alam juga membuatnya menekuni dunia baru sebagai penulis traveling dan produser film tentang kehidupan suku Gipsy Laut.
 
“Saya tidak suka melihat alam ini dirusak,” seru Nadine, berapi-api. Rasa cintanya yang begitu besar itulah yang membuatnya giat menyuarakan pelestarian lingkungan, sejak terpilih menjadi Puteri Indonesia, tahun 2005 silam. Tak main-main, titel itu ia gunakan sebagai corong untuk mengajak masyarakat turut serta. “Saya pun sadar harus terjun langsung dan membawa semangat perubahan itu sendiri,” ungkapnya.

Hal ini terbukti ketika Nadine terpilih menjadi Duta Ekowisata Taman Nasional Wakatobi. Tak hanya mempromosikan Wakatobi dengan gugusan empat pulau besar (Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko) yang masuk dalam pusat segitiga terumbu karang dunia (The Coral Triangle Center) kepada para wisatawan, ia pun rajin melakukan penyuluhan kepada masyarakat pesisir dan anak-anak. “Ini adalah salah satu bagian favorit karena saya memang senang bertemu dengan anak-anak dan berbagi cerita, sambil menyadarkan mereka untuk peduli pada laut,” tuturnya, tersenyum.

Nadine berkisah, saat pertama kali datang ke sana, ia kaget sekali melihat banyak sampah di laut dan lingkungan. Hal ini membuatnya tergerak untuk kampanye keliling pulau agar membuang sampah pada tempatnya. Warga sekitar saat itu memang belum memiliki kesadaran untuk peduli pada sampah, terbukti dari belum adanya tong sampah, terutama di jalan-jalan. “Saya memberikan penyuluhan dan langsung mempraktikkan kepada mereka bagaimana membuang sampah yang benar, sampai akhirnya mereka mengerti,” ceritanya, antusias.

Tak hanya menjadi ‘pemulung’ di pesisir pantai dan laut, Nadine dalam kesehariannya pun tegas menjalankan prinsip tidak membuang sampah sembarangan. “Saya selalu menyediakan tempat sampah kecil di dalam mobil, meski keluarga membiasakan saya untuk tidak makan selama di mobil,” ucapnya, mencontohkan. Jika terpaksa, itu pun hanya permen yang tak akan mengotori bagian dalam mobilnya.

Nadine juga mengurangi penggunaan plastik, misalnya dengan selalu membawa botol minum sendiri dan tas lipat kain dari bahan daur ulang yang selalu digunakannya ketika berbelanja di supermarket. “Pokoknya, saya say no to kantong plastik!” tegasnya. Bentuk kepeduliannya yang lain ia tunjukkan lewat penghematan air. “Indonesia langka akan air bersih. Salah satu cara yang bisa saya lakukan, misalnya menyiram tanaman bukan dengan air bersih, tapi memakai air hujan yang ditampung,” ungkap Nadine.

Keteguhan wanita kelahiran 8 Mei 1984 ini dalam menjaga lingkungan hidup ternyata timbul dari pribadinya yang suka merenung sambil menikmati keindahan alam liar. “Saya menemukan diri saya dan bisa seperti ini karena alam. Mungkin, karena saya sering traveling ke banyak pulau terpencil. Perjalanan panjang itu mendekatkan saya pada alam dan membuat saya banyak berpikir, juga melihat kehidupan makhluk hidup,” tutur Nadine.

Stephanie Mamonto
 



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?