Sejak Bona remaja, posturnya yang tinggi semampai membuat banyak teman dan kerabat menyarankannya untuk menekuni dunia modeling. Namun, baru setelah lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 2003, wanita bertinggi tubuh 179 sentimeter itu menggenggam restu sang ibu. Untuk mengisi waktu luang di sela-sela kuliah, Bona mendaftar ke sekolah modeling Flash milik perancang Adjie Notonegoro.
Di mata wanita berdarah Jawa ini, modeling berperan penting dalam membentuk kepercayaan diri dan karakternya. Ia merasakan sendiri perubahan dalam dirinya sebelum dan setelah aktif di dunia modeling. Ia lebih pandai bergaul dan lebih menghargai orang lain. Modeling juga mengajarinya untuk disiplin dan giat membangun jejaring. Penolakan saat casting maupun audisi turut melatihnya agar bersikap rendah hati dan tak cepat berpuas diri. Ia jadi terbiasa dengan kehidupan model yang keras.
Meski sudah memiliki anak, Bona tak kehilangan keraguan bahwa ia masih dapat berprestasi sebagai seorang model. Berkat olahraga rutin seminggu tiga kali di pusat kebugaran, bentuk badannya tetap terjaga. Ia pun rajin merawat wajah dan tubuhnya agar pertambahan usia tak menghalanginya untuk dapat tampil segar di depan kamera. Lagi pula, pada dasarnya, aktivitas modeling yang dijalaninya tidak banyak berbeda dibandingkan dengan sebelum berkeluarga.
Di sisi lain, sejak berumah tangga, wanita yang tiap hari memasak sendiri untuk keluarganya ini tak lagi berkarya untuk kepuasan dirinya semata. “Kini, hasil karya saya jadi sumber kebanggaan di mata suami dan anak. Terkait dengan waktu saya bersama si kecil, sekarang saya perlu berdiskusi dengan suami sebelum mengambil pekerjaan,” ujar model yang turut memperagakan busana di Indonesia Fashion Week 2014 ini.
“Amabelle senang melihat saya bekerja dan menjadi pusat perhatian orang. Dia bilang, suatu saat ingin menjadi seperti saya,” tambah Bona, yang merasa seperti punya seorang penggemar kecil dengan adanya sang buah hati. Ia pun mendukung penuh jika kelak putrinya memilih menekuni dunia modeling.
Ia berharap, Amabelle nantinya siap menjalani karier sebagai model dengan penuh totalitas, bukan semata tergiur pekerjaan yang terlihat glamor dan mudah. Apalagi menurutnya, perjalanan karier seorang model tak selalu mulus. Di balik lenggak-lenggok atau pose seorang model yang terlihat mudah, ada perjuangan yang cukup keras. Ia juga harus berhadapan dengan persaingan ketat dan regenerasi yang cepat.
Sadar bahwa masa berkarier di dunia modeling tidaklah panjang, Bona bercita-cita mendirikan sekolah modeling. Di sana, ia berharap dapat berbagi pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan modeling. Tak hanya mencetak model-model baru berbakat, ia pun ingin membekali murid-muridnya dengan keahlian public speaking, juga personality dan karakter yang kuat.
Bona percaya, karakter yang dimiliki seorang model akan menentukan seberapa lama ia bisa mempertahankan kariernya. Seorang model yang berkarakter pun dapat membawa dirinya dengan baik, bahkan saat mereka tak lagi aktif menjadi model. “Dengan karakter dan personality yang kuat, orang lain akan respek pada kita, dan kita pun tidak mudah terbawa ke hal-hal negatif,” ujar wanita yang juga mengajar di kelas Total Look, di TalkINC ini, menyimpulkan.
Puji Maharani
Foto: Dok. Femina