Celebrity
Lirik Jenius dan Jenaka Tulus

21 Apr 2014


Kita adalah sepasang sepatu/Selalu bersama tak bisa bersatu/Kita mati bagai tak berjiwa/Bergerak karena kaki manusia/Aku sang sepatu kanan/Kamu sang sepatu kiri/Ku senang bila diajak berlari kencang/Tapi aku takut kamu kelelahan/Ku tak masalah bila terkena hujan/Tapi aku takut kamu kedinginan/.                 

Inilah penggalan lirik lagu Sepatu yang menarik karya Muhammad Tulus Rusydi alias Tulus (26), dari album teranyarnya yang rilis tahun ini bertajuk Gajah. Penggunaan personifikasi untuk menggambarkan kisah-kasih sendu ini menjadi salah satu bukti kegeniusannya dalam bermusik.   

Kemampuan Tulus memadukan sentuhan pop, jazz, swing yang easy-listening meraih respons positif dari pengamat musik Indonesia. Lagu-lagunya pun merajai tangga lagu Indonesia. Tak berlebihan bila ia dianggap mampu membawa ‘angin segar’ di tengah industri musik Indonesia yang didominasi oleh lagu muram bertempo mendayu-dayu.

Penyanyi kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat, 20 Agustus 1987, ini memang sudah jadi buah bibir sejak mengeluarkan album perdananya tahun 2011 lalu. Selain bersuara merdu, ia juga andal menciptakan lagu puitis yang dibalut dengan lirik jenaka dan terkadang nyeleneh. Mayoritas buah karyanya memang bertemakan cinta, namun permainan lirik yang cerdas mampu memberikan rasa yang berbeda.

Misalnya, Tuan Nona Kesepian. Lagu upbeat tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan ini memiliki aransemen jazz akustik yang menggelitik. Atau lagu Kisah Sebentar yang membongkar rasa sakit hati atas janji-janji manis mantan kekasih. Di lagu Teman Hidup, Tulus ingin menyebarkan optimisme bahwa tiap orang diciptakan berpasang-pasangan. Sedangkan lagu smooth-jazz, Sewindu, berkisah tentang besarnya cinta seorang pengagum rahasia.

Tulus juga menuangkan pengalaman pribadinya di lagu Gajah. Di lagu yang menyentuh hati ini  ia bertutur tentang kisah masa lalunya yang sering diicemooh karena rupa fisiknya yang lebih besar dari teman-temannya.   
                
“Waktu kecil saya sering dipanggil Gajah, karena memang tubuh saya besar seperti gajah. Sempat tidak senang, sempat tidak suka. Namun, beranjak dewasa ketika saya mengingat-ingat lagi, masa di mana saya diolok-olok dan ditertawakan itu justru mendorong saya untuk menjadi lebih baik lagi. Dan karena cerita itu lahirlah lagu ini,” ungkap Tulus, saat mengenalkan lagu baru ini untuk pertama kalinya di panggung Java Jazz Festival 2014.

Menilik ke belakang, lulusan Jurusan Arsitek Universitas Katolik Parahyangan ini ternyata sudah menemukan kesenangan berolah vokal sejak kecil. Konon, momen saat sang ibunda meninabobokannya  tiap hendak tidur yang membuat Tulus jatuh cinta pada musik. Beranjak dewasa, ia pun sering diminta menyanyi oleh teman-temannya dan rajin bernyanyi di acara kampusnya. Selain itu, Tulus juga mulai terbiasa  menuangkan apa yang ia lihat, rasa, dan dengar melalui lagu gubahannya. (WORO HARTARI TRIANTI. Foto: WORO)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?