Celebrity
Lia Candrasari, Hati untuk Berbagi

22 Mar 2012

Pelaku usaha mengenal Lia Candrasari (37) sebagai wanita tangguh di balik bisnis tambang yang menjadi dominasi para pria. Kiprah finalis Wajah Femina 2000 ini di panggung hiburan adalah sebagai model, pemain film, dan host di televisi swasta. Namun, anak-anak berkekurangan di daerah-daerah pelosok di Indonesia, dan mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mengenalnya sebagai wanita dermawan yang memperjuangkan masa depan mereka.

Baru-baru ini, nama orang tua tunggal dari seorang putri, Saniyyah (12), ini erat dikaitkan dengan kiprah Rafi Abdurrahman Ridwan, bocah laki-laki tunarungu berusia 9 tahun, yang berhasil menghebohkan panggung runaway Jakarta Fashion Week 2012 dengan koleksi busana kasual batik pesisiran hasil sketsanya. Keterbatasan fisik tidak membatasi Rafi untuk berkarya. Inilah yang menggerakan hati Lia untuk membantu pengobatan 'jenius' cilik ini.

Melalui yayasannya, LC Foundation, Lia membantu biaya operasi implan pada telinga kanan Rafi. Operasi yang dilakukan di Singapura pada September 2011 ini membutuhkan biaya sekitar Rp400 juta. Untuk mendapatkan biaya ini, Lia mencicilnya setiap minggu, selama 16 kali.

Dananya terkumpul dari penjualan sekitar 200 tas branded, koleksi pribadinya. “Kalau jualan saya tidak laku, sebagai gantinya, saya akan menyisihkan sebagian dari pendapatan pribadi saya di perusahaan,” ujar Lia, yang memiliki tak kurang dari 700 tas itu.

Dari segi pendanaan, LC Foundation yang awalnya memakai nama Yayasan Kasih Amelia ini murni diambil dari menyisihkan pendapatan Lia dari bisnis tamban. Sisanya dari 100% penghasilan yang didapatnya dari profesinya sebagai model dan host di berbagai acara. Setiap tiga bulan sekali ia juga menggelar garage sale barang-barang branded orisinil miliknya, seperti tas, pakaian atau aksesori. "Saya cukup broadcast BBM pada teman-teman di grup saya yang jumlahnya ada 500-an. Jadi, sudah ada pembeli tetapnya," tambah Lia

Kepiawaiannya dalam mengelola bisnis tambang ini diwarisinya dari garis keluarga. Pada tahun 2004, ia bergabung di bisnis pertambangan milik keluarganya. Setelah dua tahun belajar seluk beluknya, pada 2006 ia memutuskan untuk mengelola bisnis tambang sendiri di Kalimantan. Ia mulai dari nol dengan dana pinjaman. Kini, usaha tambang yang dikelolanya di bawah bendera PT Wana Lestari Utama makin berkembang. Tidak hanya bergerak di industri batu bara saja, tapi juga nikel dan juga pupuk.

Meski terbilang sukses, Lia tidak merasa perlu membesar-besarkan kesuksesannya dan tetap rendah hati. “Tambang saya itu luasnya hanya 2015 hektar, ukuran yang terbilang kecil untuk usaha jenis ini. Tetapi, saya sudah merasa berkelimpahan. Dan saya wajib untuk membagikannya dengan orang lain,” ujar Presiden Komisaris PT Wana Lestari Utama ini merendah.

Nama LC Foundation baru berkibar tahun 2009, tapi sepak terjang Lia sebagai seorang filantrop telah berawal lama. Dengan semboyan ‘Berbagi untuk Indonesiaku’, lulusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Nasional, Malang, ini banyak melakukan kegiatan sosial, seperti Gerakan 1000 Sembako yang dilakukan yayasannya  di bulan Ramadhan dan Natal di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Tidak berhenti di situ, keprihatinannya terhadap masa depan anak diwujudkan dalam bantuan dana pendidikan. Ia memiliki beberapa anak didik di Cibubur dan NTT. Bersama 10 orang stafnya di LC Foundation, ia tergerak untuk mengajak media massa melakukan tur sosial dan budaya ke beberapa daerah di Indonesia.
 
Ia ingin mengenalkan kekayaan dan kearifan budaya setempat. “Saya ingin membantu siapa pun itu, tidak peduli apa latar belakang ras, budaya, atau agamanya,” tandas Lia, yang bercita-cita mengikuti jejak socio entrepreneur, (alm) Anita Roddick, dalam mengembangkan bisnis yang peduli terhadap permasalahan lingkungan, sosial, budaya, dan pendidikan.

Butuh mental baca dan komitmen yang kuat untuk bisa melakoni semua kegiatan bisnis dan sosialnya ini. "Saya orangnya gigih. Begitu punya keyakinan, saya pasti akan mengejarnya. Kalau gagal, saya akan mencari tahu penyebabnya dan berusaha untuk memperbaikinya," tegasnya.

Naomi Jayalaksana




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?