Celebrity
Lena Dunham: Hannah vs Carrie

6 Apr 2013


Di usia awal 20-an, masa depan Hannah Horvath tampak suram. Kekasihnya tak bisa diandalkan. Pekerjaan serabutannya sebagai penulis tak ada yang bertahan lama. Belum lagi, orang tuanya memutuskan untuk berhenti membiayai hidup Hannah yang mahal di New York. Prinsip hidup yang ‘asal’ membuat Hannah dalam serial Girls ini menjadi salah satu karakter televisi yang sedang hangat dibicarakan. Dianggap berhasil memotret kegalauan orang muda zaman sekarang, pemeran, penulis, sekaligus sutradaranya, Lena Dunham (26), menyabet dua piala Golden Globe 2013.

Melalui serial drama komedi Girls, dengan lugas Lena menggambarkan sebuah generasi yang berjuang di tengah krisis identitas yang menjangkiti orang-orang sepantarannya di era media sosial. Tak hanya itu, mereka juga harus berjuang di tengah krisis ekonomi Amerika yang membuat mereka terancam menjadi pengangguran. Mereka yang sedikit lebih beruntung, malah terpaksa melakukan dua atau bahkan tiga pekerjaan sekaligus demi membayar utang biaya kuliah.
   
Cerita kehidupan Hannah dan ketiga sahabat wanitanya yang kacau-balau di Kota New York membuat para kritikus menyebut Girls sebagai Sex And The City (SATC) versi muda dan tanpa keglamoran. Maklum, Carrie Bradshaw dan kawan-kawan hidup bergelimang sepatu Manolo, hinggap dari satu klub mewah ke klub mewah lainnya. Sedangkan Hannah, harus puas dengan baju-baju koleksi ‘tabrak lari’ dari aneka garage sale, sibuk mondar-mandir untuk job interview.

Lena, yang lahir dan besar di New York, memang ingin menceritakan kehidupan wanita dengan lebih realistis. Menurutnya, persahabatan wanita sering kali digambarkan terlalu ideal dan indah, bebas rasa cemburu dan egoisme. Mereka juga sering kelihatan menikmati hidup tanpa perlu bekerja keras. “Siapa yang tidak ingin seperti Carrie dan teman-temannya, minum-minum koktail di siang bolong di hari kerja. Tapi, pada kenyataannya, kebanyakan dari kita tidak punya kemewahan itu,” katanya.

Selain karier dan persahabatan, percintaan juga menjadi sumber drama buat Hannah dan kawan-kawan. Lagi-lagi, Lena menghindari stereotip komedi romantis tentang pria tampan dan baik hati. Di sini Hannah, Marnie, Jessa, dan Shosanna harus berurusan dengan tipe-tipe pria yang jauh dari kata idaman. “Coba lihat saja, teman-teman cowok yang kita kenal kebanyakan kan agak aneh. Mereka pikir mereka tahu segalanya dan mengerti wanita. Sesungguhnya mereka sama clueless-nya dengan kita,” ujar Lena, yang juga mengangkat isu seputar kebingungan seksualitas dengan kocak.

Melalui Hannah, Lena menunjukkan keberanian untuk terbuka, baik secara emosional maupun fisik. Tapi, dengan bentuk tubuh yang bukan tipikal idaman Hollywood, Lena justru tampak pede dan nyaman berada di depan kamera nyaris tanpa busana. Beberapa kritikus menduga, ini karena Lena sebetulnya adalah seorang gadis narsis. Tapi, ia menyanggah pendapat ini. “Serial ini adalah tentang petualangan orang muda dan kesalahan-kesalahan mereka. Hannah adalah karakter fiksi yang memiliki beberapa aspek kepribadian yang sudah lama saya tinggalkan. Dia adalah saya versi buruk,” katanya.

Keberanian dan kelugasan dalam bercerita ini membuat nama Lena Dunham disebut-sebut selama ‘musim’ penghargaan Januari lalu. Komentar yang ia dapat tak melulu pujian. Tak sedikit yang menganggap Girls, bahkan Lena secara pribadi, terlalu murahan dan nyeleneh. Tapi, akhirnya di ajang Golden Globe Awards, Lena memenangkan Best Performance by an Actress in Television Series dan Best Television Series untuk kategori musikal dan komedi. “Penghargaan ini saya persembahkan untuk setiap wanita yang merasa tak punya ruang berekspresi,” ujar Lena, dalam pidatonya malam itu.



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?