Celebrity
Kecintaan Dewi Lestari Pada Kopi

6 Jan 2012

Saya minum kopi satu kali sehari di pagi hari. Hanya setengah cangkir. Dalam penyajiannya, saya lebih suka dengan gula dan krim (whipped or creamer). Tapi, kalau membuat sendiri di rumah, dicampur sedikit bubuk kayu manis. Jujur, di luar dari kekaguman dan kecintaan saya pada kopi, badan saya sebetulnya tidak terlalu ‘akur’ dengan kopi. Sejak lulus kuliah, badan saya jadi sensitif terhadap kafein, jadi saya batasi hanya secangkir sehari. Apalagi sejak hamil dan menyusui, saya membatasi sekali asupan kopi.

Kopi merek Gayo dari Aceh merupakan kopi favorit saya. Kopi luak lokal juga saya suka. Saya jarang coba kopi dari luar negeri. Pertama, saya tidak begitu paham dengan biji-bijian kopi dari luar. Kedua, saya percaya, kopi Indonesia adalah salah satu kopi yang terbaik, dan lebih gampang mencarinya. Jadi, saya pilih kopi lokal saja.

Saya melihat budaya ngopi di Indonesia sepertinya sudah ada sejak dulu, sebelum gerai kopi internasional banyak dibuka di kota-kota besar. Cuma, sekarang variasi ‘ngopi’ bertambah dengan adanya banyak pilihan gerai, cita rasa, dan lain-lain. Tapi, di sisi lain, menurut saya, kopi --minuman yang bersifat stimulant-- akhirnya juga menciptakan kultur urban yang agak 'neurotik'. Yah, memang identik  dengan karakter zaman sekarang yang serba cepat, workaholic, nggak bisa diam. Jadi, in a way, selalu ada dua sisi yang bisa kita lihat.

Buku Filosofi Kopi (1996) saya tulis ketika saya lagi senang-senangnya ngopi. Bahkan, saya sempat bercita-cita ingin buka kafe. Pada saat saya menulis cerpen itu, jumlah kafe belum banyak seperti sekarang. Waktu itu saya hanya terpikir  ingin mengabadikan kecintaan saya pada kopi dalam sebuah cerita, dan lahirlah ide cerita Filosofi Kopi. (f) 



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?