Celebrity
Cate Blanchett: Peka Isu Feminisme

7 May 2014


Terlahir sebagai anak tengah dari pasangan pekerja eksekutif periklanan dan seorang guru, wanita kelahiran Melbourne, Australia, ini menemukan minatnya dalam berakting ketika duduk di sekolah menengah, Ivanhoe Girls’ Grammar School dan Methodist Ladies’ College.

Cate memulai karier akting profesionalnya di Australia, dengan bermain di sejumlah teater lokal, membintangi berbagai serial televisi hingga film-film yang dirilis terbatas. Bakat aktingnya sudah terlihat sejak awal karier. Bahkan, ia mendapatkan penghargaan Pendatang Baru Terbaik dari Sydney Theatre Critic, ketika tampil di pertunjukan Oleanna bersama Geoffrey Rush. Karier internasionalnya dimulai tahun 1997, ketika Cate mendapatkan peran di Paradise Road (1997).

Film yang membuat namanya mulai diperhitungkan adalah Oscar and Lucinda tahun 1997 (di film ini Cate berperan bersama Ralph Fiennes), kemudian dalam Elizabeth I (1998), film yang membuat nama Cate mulai terkenal luas secara internasional. Cate menyentak perhatian dunia perfilman ketika dengan penghayatan penuh ia berhasil ‘menghidupkan’ kembali Ratu Inggris, Elizabeth I, dalam film Elizabeth  I dan sekuelnya, Elizabeth: The Golden Age (2007).

Selama ini, belum pernah ada aktris yang bisa memerankan karakter Elizabeth I sebaik dirinya. Cate berhasil menjadi aktris pertama dan satu-satunya yang meraih nominasi Oscar untuk memerankan Ratu Inggris tersebut. Bahkan, hingga dua kali! 

Karisma wanita bernama lengkap Catherine Élise Blanchett ini telah menggiringnya ke peran-peran sosok  tokoh besar atau ratu peri dari salah satu novel fantasi legendaris. Ia memerankan Lady Galadriel di trilogi The Lord of the Rings dan The Hobbit yang membuat namanya dikenal di segala lapisan usia.

Tak hanya penggemarnya yang jatuh cinta pada perannya sebagai ratu bangsa peri yang anggun dan bijaksana, Cate sendiri mengakui ia memiliki alasan tersendiri menerima tawaran sang sutradara, Peter Jackson, untuk berperan sebagai ratu peri terkuat dalam adaptasi novel karya J.R.R. Tolkien itu.

“Sejak dulu saya selalu ingin berperan dalam film sebagai karakter bertelinga lancip. Saya bahkan mengambil dan menyimpan telinga peri palsu yang saya pakai di Lord of the Rings,” ujarnya.

Ketika syuting Lord of the Rings, Cate harus terbang ke Selandia Baru, kemudian ke Amerika Serikat untuk Blue Jasmine, dan Jerman untuk The Monument Men. Syuting di berbagai belahan dunia bukan menjadi penghalang bagi mantan Direktur Kreatif Sydney Theatre Company ini untuk selalu dekat dengan ketiga buah hatinya, Dashiell (13), Roman (10), dan Ignatius (6).

Ia kerap mengajak ketiga anaknya untuk ikut bersamanya ke lokasi syuting apabila jadwalnya sesuai dengan liburan sekolah. Jika tidak sedang syuting di luar negeri, Cate selalu menyempatkan diri untuk membantu mereka mengerjakan PR dan mengantar anak-anaknya ke sekolah.

Tak hanya keluarga yang menjadi fokus perhatiannya, tapi juga berbagai kegiatan yang terkait isu feminisme. Tahun lalu, Cate dengan berani menyuarakan kecemasannya akan pandangan konservatif yang berpotensi mengancam hak-hak kaum wanita di dunia.

Di ajang Annual Screen Actors Guild Awards, Cate yang saat itu mengenakan gaun Givenchy, memarahi seorang juru kamera yang mengarahkan kameranya secara zoom dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Do you do that to the guys?” ujarnya, keras.

Ia bahkan mengutarakan kecemasannya ini dalam pidatonya saat menerima piala Oscar. “Para penonton Blue Jasmine dan sebagian dari kita yang berada di industri film yang masih menganggap bahwa film feminin dengan tokoh utama wanita itu memiliki penggemar terbatas, saya nyatakan bahwa Anda keliru! Kenyataannya, banyak sekali yang sungguh-sungguh ingin menonton film feminin seperti itu, dan film-film itu terbukti menghasilkan uang!” kata Cate, yang menyayangkan sedikitnya tokoh wanita dalam industri perfilman Hollywood. (f) 



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?