Celebrity
Ayu Dewi: Membunuh Rasa Malu

8 May 2012

Dengan gaya bicara yang blakblakan dan keterampilan melemparkan lelucon yang fresh, perlahan namun pasti nama Ayu Dewi (27)  makin berkibar di dunia hiburan. Namun, sejak menjadi host salah satu acara musik remaja, leluconnya banyak dikritik dan dianggap tidak berkelas. Namun, siapa sangka, ia justru mengaku ‘naik kelas’ karena acara itu makin melambungkan namanya.   

Ayu memulai kariernya dengan mengikuti pemilihan model di salah satu majalah pada tahun 2006. Setelah itu, ia kebanjiran job menjadi MC acara mal. “Bagi saya, itulah tempat belajar paling jitu karena saya harus membunuh rasa malu. Saya harus berusaha membuat orang di mal tertarik mengikuti acara yang saya pandu,” katanya.

Setelah itu, Anda mendapat kesempatan jadi host di acara televisi?
Ya. Tapi, bisa dikatakan, itu juga hasil dari usaha saya sendiri. Setelah sering menjadi MC, nama saya cukup dikenal, lalu saya memberanikan diri ikut casting untuk host acara jalan-jalan di televisi. Akhirnya, saya mendapatkan pekerjaan impian saya, selama dua tahun saya menjadi host acara Koper Selebriti dan Paspor Selebriti. Saat itu, saya merasa impian saya tercapai. Namun, saya masih memiliki cita-cita untuk membawakan acara stripping. Sejak awal masuk ke dunia hiburan, saya ingin menjadi seorang TV personality bukan selebritas, artis, atau aktris. Saya ingin terlibat di program TV sebanyak mungkin. Pernah, dalam beberapa bulan, saya tampil nonstop di berbagai acara, talk show malam, gameshow, gosip, dan lain sebagainya. Capek, tapi senang banget, karena saya dasarnya senang bekerja. Kalau orang lain capek bekerja mengeluh, saya justru menikmati kesibukan dan kelelahan itu.

Sejak tampil di Dahsyat, gaya bercanda Anda berbeda dari sebelumnya?
Di Dahsyat tidak ada skrip, saya harus menyamakan frekuensi lelucon saya dengan Olga dan Raffi. Acara musik bercandanya tentu tidak jauh-jauh dari musik. Tidak bisa dipungkiri Dahsyat-lah yang justru mengangkat ‘derajat saya’. Kalau banyak orang protes dengan  candaan saya, itu karena saya harus menyesuaikan dengan jenis acara dan penontonnya. Sebagai MC untuk acara fashion show atau launching acara kelas atas, tentu pilihan kata yang saya gunakan berbeda. Itu merupakan tantangan, saya harus mampu menyesuaikan diri pada segmentasi acara yang berbeda-beda. Jika sekarang saya dianggap lebay, saya rasa tidak semua pendapat perlu didengar. Saya tetap bekerja dengan hati.

Bagaimana konsep melucu yang Anda pilih? 
Melucu itu susah. Menurut Winston Churchill, jokes is very serious thing. Saya sangat setuju. Menurut saya, melawak harus cerdas, harus mengerti isu-isu apa yang sedang berkembang. Akan basi kalau kita menertawakan isu tahun  1965, misalnya. Untuk itu, saya selalu up to date isu-isu terbaru. Dalam melawak, saya termasuk idealis. Saya tidak mau melontarkan lawakan yang pernah dipakai orang lain. Selain itu, juga harus melihat segmentasi penonton. Saya mau sok pinter membawakan lawakan tentang koruptor,   tapi, jika penonton saya anak-anak usia 15-20 tahun, tentu tidak sesuai.

Daria Rani Gumulya



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?