Celebrity
Arti Baru Kecantikan Lupita Nyong'o

13 May 2014


Lupita Nyong’o mengaku, dahulu orang tuanya sempat khawatir ketika dirinya mengambil bidang akting sebagai jalan hidup. Begitu mendapat peran Patsey, ia seketika menelepon sang ayah, Peter Anyang Nyong'o, yang adalah seorang senator dari Kisumu County. Gadis itu berkata dengan antusias bahwa ia akan bermain film bersama Brad Pitt (memerankan Samuel Bass). Dengan nada datar ayahnya  berkata, "Oh, akhirnya kamu mendapat pekerjaan!"
Berbeda dengan hidup Patsey yang nyaris tertutup kabut, Lupita berasal dari keluarga Kenya kelas menengah dengan status sosial terpandang. Ayahnya adalah mantan Menteri Kesehatan Kenya yang juga seorang aktivis yang sempat melakukan perlawanan terhadap rezim pemerintahan Kenya. Ibunya, Dorothy Nyong’o, adalah kepala Africa Cancer Foundation dan direktur konsultan komunikasi di Nairobi. Saat Lupita lahir, sang ayah sedang menjadi dosen tamu Ilmu Politik di El Colegio de Mexico, Mexico City. Mereka pindah ke Meksiko setelah paman Lupita hilang karena peristiwa politik di Kenya.
Lupita serta-merta mendapat kewarganegaraan Meksiko. Keluarga mereka telah tinggal di sana selama 3 tahun. Sudah menjadi tradisi sukunya, suku Luo, untuk menamai anak sesuai peristiwa yang terjadi di hari yang sama. Maka, orang tuanya memberi nama Lupita, kependekan dari Our Lady Guadalupe, merujuk pada Bunda Maria dalam ajaran Katolik.
Keluarga Lupita sempat pindah ke New York, namun kembali lagi ke Kenya saat ayahnya diangkat menjadi profesor di Universitas Nairobi. Saat itu, Lupita belum genap setahun. “Saya hidup normal. Tapi, normal bagi saya adalah menyetrika pakaian saya sendiri  tiap malam,” ucap Lupita, yang menggandeng adiknya, Junior, di malam Oscar itu. Saat ia berusia 16 tahun, orang tuanya mengirim Lupita kembali ke Meksiko selama 7 bulan untuk belajar bahasa Spanyol di Taxco, Guerrero.
Meneruskan studi di Amerika diakuinya adalah sebuah lompatan besar. Lupita mengaku sulit beradaptasi dengan atmosfer yang sangat individual dan liberal. Hal yang paling merisaukannya adalah warna kulitnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya Lupita merasa begitu rendah diri.
Kegelisahan masa muda itu ia ungkapkan dalam pidatonya pada Essence Magazine‘s 7th annual Black Women di Hollywood, 27 Februari lalu. “Saya ingat, saya berdoa  tiap hari memohon kulit yang lebih cerah. Hingga saya melihat supermodel Sudan, Alek Wek, dengan kulitnya yang segelap langit malam muncul di majalah dan peragaan busana. Dan dunia menyebutnya cantik,” ujar anak kedua dari enam bersaudara ini.
    Lupita seperti melihat refleksi dirinya sendiri dan mulai menghargai versi cantik yang berbeda dengan pemahaman para ‘pendefinisi’ kecantikan. “Bukan penampilan, tapi kasih sayang Anda pada diri sendiri dan orang lain yang membuat Anda cantik. Seperti Patsey, kita dapat merasakan dan mengingat keindahan jiwanya, bahkan setelah tubuhnya tak terlihat.”
    Kini, Lupita menjadi bintang fashion kesayangan para desainer ternama. Beberapa pekan menjelang Oscar, orang menunggu-nunggu apa yang akan dikenakan wanita itu di malam penganugerahan. Desainer seperti Stella McCartney dan Alexander McQueen menginginkan Lupita mengenakan gaun mereka, setelah ia tampil mengagumkan dalam balutan gaun Dior dalam British Academy Film Awards (BAFTA), dan gaun Victoria Beckham dalam pesta Golden Globes di Hollywood.
Akhirnya, wanita itu datang dengan gaun  warna biru pastel rancangan desainer Lupita, Micaela Erlanger, bersama rumah busana Prada. Pakaian yang terinspirasi gaun Elizabeth Taylor itu segera menjadi trending topic di Twitter dengan tagar #NairobiBlue. Lip gloss yang digunakannya pun --yang mereknya sempat tertangkap kamera-- seketika diburu di seluruh Amerika, hingga tak tersisa. 
“Ibu saya selalu berkata, kita tidak perlu berusaha ‘mendapatkan’ kecantikan. Kini saya memahami bahwa Anda memang hanya perlu ‘menjadi’ cantik dengan apa yang sudah ada dalam diri. Semoga kehadiran saya di majalah dan TV membuka pintu bagi wanita-wanita muda untuk menapaki perjalanan serupa,” tuturnya.(f)





 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?