Celebrity
Ameerah Al Taweel: Aktivis Hak Wanita di Arab

11 Mar 2015


Sosoknya bisa jadi memunculkan rasa iri bagi banyak wanita di dunia: wajah jelita, tubuh molek, pintar, dan kaya raya. Ya, Ameerah Al-Taweel sepertinya memiliki segala yang diinginkan dalam kehidupan ini. Nama Ameerah mencuat ketika ia menikah dengan Pangeran Alwaleed bin Talal bin Abdul Aziz dari Arab Saudi. Kecantikan dan keanggunannya kontan mencuri perhatian dunia. Semua orang penasaran dengan si jelita yang menikahi salah satu pangeran terkaya di dunia itu.

    Pertemuan Ameerah dengan Pangeran Alwaleed berawal seperti kisah dalam novel percintaan. Ameerah mulanya hanya ingin mewawancarai Pangeran Alwaleed untuk tugas sekolahnya. Dari wawancara yang harusnya berlangsung 10 menit menjadi 2 jam, selanjutnya berujung panjang. Keduanya saling jatuh cinta dan menikah 9 bulan setelahnya. Perbedaan usia keduanya yang cukup jauh, 28 tahun, tidak menjadi halangan. Ameerah resmi menjadi istri ke-4 dari duda yang masuk dalam daftar 30 orang terkaya di dunia itu.

    Sulit mengungkap siapa sebenarnya Ameerah sebelum menikahi Pangeran Alwaleed. Tidak banyak data yang mengulasnya. Ameerah disebut-sebut berasal dari kalangan rakyat biasa dan dibesarkan oleh ibunya yang janda dan kakek neneknya. Namun, publik tampaknya tidak peduli mengenai latar belakang Ameerah, karena aktivitasnya setelah menikah justru jauh lebih menarik.

Ketulusan dan semangat wanita kelahiran 6 November 1983 itu membungkam komentar negatif tentangnya. Gosip yang menyebut-nyebut bahwa Ameerah sebenarnya hanya mengincar kekayaan Pangeran Alwaleed yang konon mencapai 27 miliar dolar AS pun, surut dengan sendirinya. Penampilannya yang selalu chic kerap menghiasi halaman rubrik berita kerajaan di beragam media. Ia pun melejit sebagai salah satu ikon fashion dunia.

    Ameerah kini menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) dari Time Entertainment Holding, perusahaan yang memfokuskan investasinya pada media dan teknologi yang dikelola kaum muda Arab. Lewat perusahaannya ini Ameerah berharap   bisa mendukung dan mengembangkan kaum muda Arab, membantu mereka untuk mendapatkan karier impian dan mengurangi jumlah penganggur di negaranya. Sayangnya, aktivitas ini mendapat komentar miring. Konon, sepak terjang Ameerah sebenarnya merupakan salah satu strategi public relations untuk menampilkan image modern Arab Saudi di dunia Barat.

Seakan tak peduli dengan gosip, Ameerah terus melaju. Di bidang sosial, ia menjabat sebagai Chairwoman dan pendiri Tasamy Social Initiatives Center. Yayasan ini mendanai dan memfasilitasi kegiatan sukarela di Arab Saudi. “Ketika Yayasan Tasamy didirikan, hanya ada 800 lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Arab Saudi. Kaum muda lebih tertarik untuk bekerja di pemerintahan atau swasta,” katanya prihatin. Kini, makin banyak LSM tumbuh di Arab Saudi.

Antusiasme Ameerah untuk membela hak-hak wanita di Timur Tengah menjadi buah bibir, khususnya di media internasional. Pasalnya, apa yang ia perjuangkan kontradiktif dengan situasi yang berlangsung di negaranya. Bukan rahasia umum bahwa hak-hak wanita di Arab Saudi sangatlah terbatas. Seperti diungkapkan Ameerah dalam wawancara dengan Forbes (2012), bahwa wanita sarjana di negaranya sudah mencapai angka 57%, namun hanya 15% di antaranya yang boleh bekerja atau berkiprah di ranah publik.

Situasi ini kerap dikritik Ameerah. Sikap kritis inilah yang membuahkan kondisi tidak menyenangkan baginya. “Saya menerima banyak komentar negatif, terkadang ancaman. Banyak wanita juga tidak setuju dengan gerakan yang saya mulai. Saya mungkin hanya mewakili jumlah minoritas dari wanita muda Arab,” kata wanita yang lulus magna cum laude dari University of New Haven, ini. 

Ameerah tak gentar, ia tidak segan mengungkapkan opininya. Dukungannya terhadap pemberdayaan kaum wanita di bidang profesional tetap gencar. Selain itu, Ameerah juga tetap menyokong dicabutnya larangan mengemudi bagi kaum wanita Arab. Baginya, wanita Arab berhak untuk memperoleh hak yang sama dengan pria. Ia yakin, ada banyak wanita yang berpikiran sama dengannya, namun kerap kesulitan untuk menyuarakan kehendaknya. “Kami memang berpendidikan, kami tahu apa yang kami mau, namun kami tidak terorganisasi,” ucapnya.

Liberalisme Ameerah ini ternyata berujung tajam. Ameerah mendapat  teguran keras dari iparnya, Pangeran Khalid bin Talal bin Abdul Aziz. Komentar tajam dan kritis Ameerah dianggap melanggar nilai-nilai keluarga, agama, kerajaan, dan masyarakat Arab Saudi. Tak berapa lama setelah mendapat teguran keras ini, Ameerah dikabarkan bercerai dari Pangeran Alwaleed. Publik pun berspekulasi bahwa perceraian mereka dipicu oleh sikap kritis Ameerah tersebut. 

Perceraian  ini justru  menampilkan sosok Ameerah yang mandiri tanpa dibayang-bayangi sosok (mantan) suaminya. Aktivitas Ameerah di panggung global untuk membela hak-hak wanita di Timur Tengah pun tidak surut. “Nenek saya berkata kepada ibu saya bahwa bergerak itu harus setapak demi setapak. Ibu juga mengatakan hal serupa kepada saya. Tapi, saya tidak akan mengatakan hal yang sama kepada putri saya. Kami tidak akan bergerak setapak demi setapak. Kami tidak sabar, kami ingin perubahan segera,” katanya.(f)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?