Celebrity
Aktivisme Atas Nama Cinta

17 Feb 2015


Sebuah kisah asmara terkadang ibarat daya tarik magnet: dua kutub yang bertolak belakang justru akan saling tarik-menarik. Jalinan cinta Kristen Bell (34) dan Dax Shepard (39) membuktikan bahwa daya tarik itu tak hanya mampu membuat hati mereka bertaut tujuh tahun lalu. Cinta pulalah yang mendorong mereka giat mengampanyekan berbagai gerakan kemanusiaan, mulai dari isu gender hingga privasi anak-anak selebritas dari kejaran paparazzi.

Setelah empat tahun bertunangan dan dikaruniai seorang putri bernama Lincoln Bell Shepard, Kristen dan Dax akhirnya meresmikan ikatan cinta mereka di Kantor Catatan Sipil Beverly Hills, pada 17 Oktober 2013.

Pernikahan keduanya berlangsung tanpa banyak gembar-gembor. Berbeda jauh dengan pesta-pesta pernikahan mewah ala Hollywood, pernikahan Kristen dan Dax hanya menghabiskan biaya US$ 142, tak sampai Rp1,8 juta.  “Setelah upacara pernikahan selesai, teman-teman kami datang ke kantor catatan sipil dengan membawa cake bertuliskan ‘The World’s Worst Wedding’,” cerita Dax, yang membuat tato bergambar bel dan inisial K, L, dan D di jari manisnya sebagai pengganti cincin kawin.

“Kami berdua memang sepakat untuk menghabiskan sisa hidup berdua sebagai bentuk perayaan pernikahan kami, bukannya menyediakan satu hari khusus untuk itu dan menghabiskannya dengan sejumlah orang,” tambah Kristen.

Kristen dan Dax juga punya alasan tersendiri untuk tidak segera menikah setelah bertunangan. Giat mengampanyekan isu-isu kesenjangan gender, mereka mengaku enggan menikah, selama masih ada orang di negara bagian tempat tinggal mereka yang belum bisa menikah karena alasan hukum yang timpang. Baru setelah undang-undang yang melarang pernikahan sesama jenis dihapus di negara bagian California pada Juni 2013, Kristen mengajak tunangannya itu untuk menikah lewat Twitter.
   
Sementara itu, setelah memiliki buah hati, Kristen dan Dax menyadari bahwa profesi mereka di dunia hiburan turut menyeret putri mereka ke tengah sorotan lampu kamera. Jengah dengan paparazzi yang menguntit selebritas demi mendapatkan foto-foto anak mereka, awal tahun ini mereka meluncurkan kampanye No Child Policy.

“Anak-anak harusnya tidak terbawa-bawa konsekuensi pekerjaan orang tua mereka. Saya menganggap serius peran saya sebagai ibu, dan saya tidak mengizinkan mereka memotret putri saya,” tegas Kristen. Gerakan untuk memboikot  tiap publikasi foto anak-anak selebritas yang diambil tanpa izin ini pun mendapat dukungan dari rekan-rekan seprofesi mereka, seperti Jennifer Garner, Halle Berry, dan Adele.

Dax tak kalah keras mengecam tindakan paparazzi dalam mengusik privasi selebritas dan keluarga mereka. Baginya, memotret anak-anak yang tengah bersama orang tuanya yang kebetulan seorang selebritas, dengan cara-cara yang membuat mereka merasa terganggu atau terancam, tak bisa dianggap sebagai tindakan mencari berita. Ia pun mengajak masyarakat, sebagai konsumen, untuk turut serta mengakhiri hal ini.

“Selama masih ada yang mau membayar untuk membeli majalah berisi foto-foto anak selebritas, akan selalu ada orang-orang yang mengintip dari semak-semak dan mengintai di sekitar taman bermain untuk mendapatkan foto-foto itu,” tulis Dax dalam artikel opininya, yang dimuat di situs berita Huffington Post.

Upaya Kristen dan Dax pun mulai mendapatkan hasil. Setelah menemui dan melobi banyak petinggi media, mereka telah sukses meyakinkan lebih dari 60 media untuk mendukung gerakan No Kids Policy, termasuk di antaranya majalah People, Us Weekly, Access Hollywood, dan Glamour. Walaupun perjuangan mereka masih panjang, Kristen dan Dax, juga teman-teman selebritas mereka, merasakan bahwa situasi mulai membaik.
   
“Kini saya merasa jauh lebih aman karena tak lagi diikuti paparazzi. Ini membuat saya merasa telah berjuang bersama orang-orang yang sama-sama peduli pada  kesejahteraan anak dan membuat suatu perbedaan,” tutur Kristen, yang kini tengah mengandung anak kedua.

Puji Maharani




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?