Celebrity
Adele, Mengubah Sakit Hati Menjadi Piala Grammy

3 Apr 2012

Siapa yang tidak mengenal lagu Someone Like You? Karyanya ada di puncak tangga lagu dunia. Tanpa gosip sensasional, tanpa bujet promosi menjulang, tanpa tubuh kurus bak model atau pakaian minim. Hanya dia dan lagu kisah cintanya yang jauh dari sempurna. Adele Laurie Blue Adkins (23) membuat orang kembali percaya bahwa mereka hanya perlu menjadi diri mereka sendiri.

Pencetak Sejarah
“Saya tidak tahu apakah pria itu mendengarkan lagu saya atau tidak. Atau apakah ia cukup cerdas untuk menyadari bahwa pria yang saya maksud di lagu itu adalah dia. Yang  jelas, saya lelah berada dalam kemarahan. Pada akhirnya, saya harus bahagia dengan diri saya sendiri,” ucap Adele tentang  Someone Like You,  lagu yang ia tulis terinspirasi dari perpisahannya dengan kekasih terdahulu.

“Tahun 2008, saya pernah membatalkan tur saya ke Amerika hanya agar saya bisa menghabiskan waktu bersama pacar saya yang dulu. Kini, ketika memikirkannya lagi, saya tak percaya bahwa saya telah melakukan hal itu!” kata Adele, penuh penyesalan. Di masa itu, ia mengaku tengah berusaha mengendalikan kebiasaannya terlalu banyak mengonsumsi alkohol, sebuah kecanduan yang juga pernah diderita ayahnya, Mark Evans.

Kini, Adele bahagia hidup sendiri. Ia tak ragu mengungkapkan kenyamanannya akan penampilannya yang berbeda dari bintang pop pada umumnya. “Saya suka melihat Katy Perry menyanyi dengan tubuhnya yang proporsional, atau Lady Gaga dengan berbagai gaya uniknya. Tapi, tujuan saya bermusik jauh lebih besar dari itu. Saya membuat musik untuk didengarkan dan dirasakan,” kata Adele, menjawab komentar orang tentang berat badannya yang dinilai berlebih, dan aksi panggungnya yang cenderung tidak atraktif. Ia berprinsip tidak akan menjalankan diet kecuali karena alasan kesehatan.

Namun, sebagian besar orang tidak mempermasalahkan penampilan wanita yang hampir selalu mengenakan pakaian berwarna hitam itu. “Sangat tidak rasional jika orang tidak membeli albumnya yang hebat itu hanya karena ia tidak kurus,” seorang penggemar berkomentar. Pengamat musik Entertainment Weekly,  Leah Greenblatt,   menilai Adele sebagai fenomena yang diharapkan membuka mata semua orang, terutama para pelaku industri terhadap talenta-talenta yang selama ini mereka nilai tidak komersial. “Sudah saatnya kita keluar dari stereotip   idola pop yang seakan harus selalu tampil sempurna,” katanya. 

Kini, para pencari bakat dan perusahaan rekaman memang sedang berusaha mencari ‘Adele’ lain. Mereka berlomba-lomba mencari gadis ‘biasa’ bersuara luar biasa yang akan mengulang kesuksesannya. Namun, para kritikus musik menilai bahwa diperlukan sebuah keajaiban bagi siapa pun untuk menyamai pencapaian Adele.

Majalah Time menyebutnya sebagai salah satu People Who Mattered 2011, sejajar dengan Barack Obama dan Hillary Clinton.  “Karakter vokalnya kuat dengan warna suara  klasik sekaligus modern, lembut dan emosional,” demikian tulis Time. Albumnya,  21, disebut sebagai album patah hati terbaik sepanjang masa. Dengan cepat, wanita kelahiran Tottenham, London, itu menjadi kesayangan jutaan orang di seluruh dunia. Beyonce menyebutnya sebagai salah satu sumber inspirasi dalam albumnya yang ke-4. Aktris peraih Oscar, Julia Roberts, bahkan sempat berkata bahwa ia tidak akan membiarkan Adele disakiti lagi.

Presiden HMV, perusahaan entertainment nomor 1 di Kanada, Nick Williams, menyebut Adele sebagai penyanyi lintas generasi. “Sulit menemukan sebuah musik yang bisa diterima seluruh anggota keluarga. Tapi, lagu Adele disukai remaja, orang tua, bahkan kakek nenek. Itu sebuah formula sukses yang tidak bisa dirumuskan dan ditiru,” katanya.

Semua magnet itu menjadikan albumnya terjual lebih dari 13 juta kopi di seluruh dunia dalam waktu 11 bulan.  Someone Like You menjadi lagu akustik pertama yang mencapai tangga lagu nomor 1 Billboard, dan bertahan selama 13 minggu. Rekor terlama setelah soundtrack Titanic tahun 1998. Nielsen Soundscan menyebutnya sebagai artis dengan penjualan album terbanyak sejak tahun 2004. Sebuah prestasi besar, mengingat dalam satu dasawarsa terakhir orang lebih memilih mengunduh lagu secara gratis daripada membeli album.

Konser Di Kamar

Di usia 19, single mother Penny Adkins melahirkan Adele di Tottenham, London. Penyanyi muda itu mengaku tidak pernah benar-benar kenal sang ayah yang pindah ke Wales saat  Adele berusia 3 tahun. Penny kemudian membawa anaknya ke rumah Doreen Adkins, nenek Adele, di Brixton, London Utara. Adele tumbuh dalam sebuah keluarga sederhana yang sama sekali tidak punya sejarah di bidang musik, tapi selalu mendukung apa pun yang dilakukannya.

Seperti umumnya gadis remaja di era ‘90-an, wanita kelahiran 5 Mei 1988 ini sangat mengidolakan Spice Girls dan sering menari sambil menyanyikan lagu mereka.  “Ibu saya sering membuatkan sebuah konser mini di kamar, di mana saya bisa menyanyi untuk ia dan teman-temannya. Ia mendekorasi lampu-lampu sehingga membuat saya merasa bernyanyi di panggung,” ujar Adele, yang mengaku sangat dekat dengan ibunya. Ia menikmati saat-saat menjadi pusat perhatian, terutama ketika mendengarkan rekaman suaranya sendiri.

Saat Adele remaja, Shingai Shoniwa, vokalis band Inggris, The Noisettes, tinggal di seberang rumahnya. “Ia mengubah hidup saya. Bernyanyi bersamanya membuat saya bertekad menulis lagu-lagu saya sendiri, dan tidak melulu menyanyikan lagu orang lain,” kata Adele, yang sering berkunjung ke rumah seniornya itu.  Saat itu, Adele adalah siswa The BRIT School, almamater para musikus terkenal, seperti Amy Winehouse, salah satu idolanya. Ia adalah teman satu angkatan pelantun  Price Tag, Jessie J, yang mengaku juga mengagumi karya Adele.

Empat bulan setelah lulus,  akhir tahun 2004, Adele membuat 2 demo lagu ciptaannya sendiri. Seorang temannya kemudian memublikasikannya di social media MySpace. Pada Juni 2006, Nick Huggett dari perusahaan rekaman indie, XL Recordings, ‘menemukan’ video Adele dan langsung jatuh hati pada bakatnya. Meski sempat ragu-ragu karena merasa belum pernah mendengar nama perusahaan tersebut, Adele menerima juga tawaran mereka untuk merekam suaranya.

Januari 2008, album pertamanya, 19, dengan hits utamanya,  Hometown Glory,  langsung menempati posisi pertama dalam tangga lagu musik Inggris, disusul hits berikutnya, Chasing Pavement di urutan kedua. Pada Maret 2008, Adele menandatangani kontrak kerja sama dengan Columbia Records dan XL Recordings untuk meluncurkan albumnya ke Amerika. “Saya memberi nama  19,  dan kemudian  21  sesuai usia saya saat album itu dibuat. Album itu menjadi semacam katalog tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup saya di usia tersebut,”  kata Adele, yang mengaku masih sering mual karena demam panggung.  

Kehilangan Suara

Kariernya melesat di awal tahun 2011. Hingga kemudian ia mengalami masa sulit lain. Empat Oktober 2011, dalam sebuah tulisan berjudul  Important Blog, Adele  memberitahukan bahwa dengan sangat menyesal ia harus membatalkan konser-konsernya dan beristirahat total hingga waktu yang belum ditentukan. “Di tengah sebuah percakapan, tiba-tiba suara saya benar-benar hilang! Saya sungguh frustrasi!” ungkapnya. Pada  hari itu juga, lebih dari 2.000 penggemar dari seluruh dunia menyatakan keprihatinan mereka di blog resmi Adele, http://www.adele.tv/.

Sakit tenggorokan yang kemudian dideteksi sebagai  hemorrhage atau peradangan pita suara itu sebenarnya sudah dirasakan Adele sejak Januari 2011. Penyakit itu  makin parah karena selama berbulan-bulan ia mengabaikannya dan terus memaksakan diri menyanyi, memenuhi kontrak-kontrak yang sudah ia sanggupi. Hingga menjelang Grammy, penggemar Adele di seluruh dunia bertanya-tanya, akankah ia dapat bernyanyi kembali setelah menjalani operasi pada awal November 2011.

Seakan menjawab kecemasan para penggemarnya, dengan lantang dan indah, ia menyanyikan lagu "Rolling In The Deep" di panggung megah Grammy Award 2012, 13 Febuari lalu. Tepuk tangan panjang membahana di Staples Centre, Los A ngeles setelah Adele mengakhiri lagunya.

"Saya harus berterimakasih kepada dokter saya yang telah membuat suara saya kembali, " kata Adele yang berurai air mata haru saat menerima penghargaan yang keenam. Ia meneima penghargaan Record Of The Year, Best Short Form Music Video,, dan Song of the Year untuk lagu "Rolling in the Deep," Album of the Year dan Best Pop Vocal Album untuk album "21" serta Best Pop Solo Performance untuk lagunya yang fenomenal "Someone Like You."

Lucia Priandarini
Foto: SIPA PRESS


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?