Travel
Valencia, Kota Yang Jelita

3 Apr 2015

Lama berada di bawah bayang-bayang Madrid dan Barcelona yang memang lebih trendi dan populer, Valencia terus berbenah dan bersolek, dan kini telah menjelma sebagai kota tujuan wisata yang tak kalah memesona. Kota kelahiran paella, ‘nasi goreng’ tradisional Spanyol, ini adalah rumah dari banyak benda seni bersejarah dari berabad-abad lalu, serta bangunan-bangunan berarsitektur modern dan fantastis. Di mata saya, Eko Nugroho, Valencia seperti sebuah benda antik tak ternilai yang berlindung dalam kotak kacanya yang mewah.

Testamen Bangsa yang Berseni
Eksplorasi saya di kota ini dimulai dari Estació del Nord atau The North Station. Stasiun kereta utama yang megah dan artistik ini dibangun pada awal abad ke-20. Namun, stasiun ini terlihat seperti tak lekang dimakan waktu. Eksterior bangunannya dicat dengan dominan warna kuning cerah, dengan warna hijau merah dan cokelat di sana sini. Bagian interior stasiun ini juga tak kalah cantik, dengan dinding dan langit-langit yang dihiasi  keramik serta mozaik dari marmer dan kayu berwarna cerah.

Keluar dari stasiun, saya berjalan menyusuri avenida Marqués de Sotelo menuju pusat kota. Lima menit berjalan kaki, saya tiba di alun-alun Plaza del Ayuntamiento yang dipercantik oleh sebuah kolam air mancur yang menjadi landmark populer di Valencia.
Alun-alun ini dikelilingi beberapa bangunan megah dari abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang bergaya neo-baroque. Yang paling mudah dikenali adalah gedung balai kota, yang dalam bahasa Spanyol-nya: ayuntamiento. Di seberang gedung balai kota ini terdapat gedung kantor pos utama atau El Palacio de Comunicaciones.

Daya tarik kantor yang selesai dibangun tahun 1922 oleh arsitek Miguel Ángel Navarro ini adalah lobi utama dengan langit-langitnya yang berbentuk kubah kaca dengan hiasan kaca patri warna-warni.

Di sekitar alun-alun ini juga bertebaran objek-objek wisata lain, seperti gereja katedral dan aneka museum, yang rasanya tidak cukup dieksplorasi dalam waktu sehari saja. Di arah timur laut alun-alun  terdapat Mercado Central atau Central Market, salah satu pasar indoor terbesar dan tertua di Eropa yang dibangun pada tahun 1928.

Terpilih sebagai objek wisata shopping di Valencia yang paling direkomendasikan TripAdvisor yakni Mercado Central, masih menjadi tempat favorit masyarakat lokal untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Kalau mereka kebanyakan membeli bahan-bahan segar seperti buah-buahan dan daging mentah, para turis lebih senang mengisi bangku-bangku dan mencicipi berbagai makanan lokal. Mulai dari aneka seafood segar yang disajikan mini dalam bentuk tapas, seporsi paella hangat, sampai lembaran pata negra atau jamón ibérico yang disajikan di atas potongan roti baguette. 

Yang juga menangkap perhatian saya adalah betapa pasar yang memiliki ratusan gerai dengan jualannya yang begitu beragam  dengan aneka aroma ini justru terasa terlalu bersih, rapi, dan beradab. Sungguh jauh dari bayangan tentang pasar tradisional yang umumnya berisik dan becek.

Memang, seluruh penjuru Kota Valencia pun tertata apik dan bersih. Wilayah pusat kotanya merupakan jalinan jalan-jalan sempit yang karismatik, khas kota-kota pesisir Mediterania. Pada banyak bangunan tersebut masih jelas terlihat pengaruh dari suku bangsa terdahulu yang pernah hadir di kota ini.

Misalnya, Katedral Valencia atau La Seu Valencia, yang dibangun pada abad ke-13 dan memiliki ciri khas berupa tiga gerbang dengan gaya arsitektur yang berbeda. Gerbang utama bernama Puerto de Hierros, memiliki gaya baroque, lalu gerbang Puerto de los Apostoles memiliki gaya gothic, dan gerbang tertuanya yang bernama Puerto de Palau, memiliki gaya Romawi.

Selain itu, facade rumah penduduk dan bangunan di kiri-kanan jalan banyak yang masih memiliki gaya Moor, yang pernah berjaya pada periode Kerajaan Andalusia. Ini mengingatkan saya pada kehadiran Islam di kota yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, selama tujuh abad lamanya.

Yang tak kalah berkesan adalah Museo Nacional de Ceramica Gonzalez Marti, museum keramik yang terdapat di Palacio de Marques de Dos Aguas, sebuah ‘istana’ kecil dari abad ke-15 yang mengombinasikan elemen rococco, neo-klasik, dan oriental dalam desainnya. Detail-detail ornamennya yang kaya menjadi testamen bagi bangsa Spanyol yang jiwa artistiknya begitu tinggi. Dengan pintu masuk bergaya baroque memukau, museum ini menyimpan koleksi keramik bergaya Valencia dari berbagai aliran, seperti kerajinan tembikar Celto-Iberia dan lukisan-lukisan surealistis karya Pablo Picasso.


























Taman yang ‘Tenggelam’

Meski sarat akan peninggalan sejarah yang sudah berusia beberapa abad lamanya, Valencia juga ingin tetap relevan. Mereka tidak ragu untuk merangkul modernitas dan mengaplikasikannya di sudut-sudut kota. Namun, menukarkan ornamen-ornamen rumit dengan dinding-dinding kaca minimalis tidak membuat Valencia kekurangan nilai artistiknya.
Upaya mengeksplorasi sisi modern Valencia, saya mulai dari sebuah jembatan yang melintang di atas El Jardín del Turía. Taman terbesar di Valencia ini adalah jalur hijau yang tadinya berupa sungai kering sepanjang 11 kilometer, yang membelah kota dari sisi utara ke arah barat daya. Di sekitarnya terdapat hamparan pohon jeruk, playground, kolam air mancur, dan beberapa lapangan bola.

Di ujung barat daya Taman Turia terdapat sebuah megakompleks budaya dan ilmiah bernama Ciudad de las Artes y las Ciencias. Ibaratnya Taman Mini Indonesia Indah, kompleks yang luas dan hypermodern ini terdiri dari 2 jembatan besar dan beberapa ‘anjungan’ berupa bangunan futuristis, spektakuler, dan sedikit ajaib hasil karya Santiago Calatrava dan Félix Candela, arsitek lokal Valencia dengan reputasi internasional.

Dari square Glorieta de Europa, saya berjalan kaki menyusuri jembatan Puente Monteolivete. Di sebelah kanan saya terdapat El Palau de les Arts Reina Sofía, yaitu gedung opera dan pusat budaya yang bentuknya seperti sebuah helm raksasa. Memiliki 4 ruangan besar untuk opera, musik, balet, dan teater, gedung ini menjadi gelanggang pentas bagi seniman-seniman terkenal dunia.

Di seberangnya terdapat Museo de las Ciencias Príncipe Felipe. Museum ilmu pengetahuan ini bentuk luarnya seperti kerangka ikan paus, dan memiliki tiga lantai sebagai ruang pameran yang menyajikan berbagai aspek perkembangan ilmu pengetahuan dan berbagai bahasan kontemporer, seperti  perubahan iklim. Mereka juga menyelenggarakan aneka workshop interaktif, di mana pengunjung bisa bereksperimen, misalnya belajar bagaimana membuat acara televisi atau mengikuti simulasi penerbangan ruang angkasa.

Bersebelahan dengan museum ilmu pengetahuan ini terdapat gedung yang bernama L'Hemisfèric, sebuah karya arsitektur menawan dalam bentuk mata raksasa yang dapat membuka dan menutup, lengkap dengan 'bola mata' terbuat dari kaca dan baja. Mata raksasa berwarna putih ini didesain seperti habis tenggelam lalu keluar dari kolam air berwarna hijau, menampilkan kontras yang cantik dan anggun.

L'Hemisfèric adalah sebuah planetarium sekaligus bioskop IMAX yang memanfaatkan teknologi terkini untuk gambar dan suara. Dipisahkan oleh sebuah kolam, di seberangnya terdapat boulevard khusus pejalan kaki yaitu L'Umbracle dengan kebun raya tropis dan pohon-pohon palemnya. Di boulevard sepanjang 300 meter ini juga terdapat berbagai karya seni dari seniman-seniman lokal.

Dari sana, saya menuju L'Oceanogràfic, sebuah taman oseanografi terbesar di Eropa dengan koleksi puluhan ribu hewan laut dan hewan pesisir pantainya. Dari dekat saya dapat menyaksikan hiu, lumba-lumba, singa laut dan bahkan ikan paus putih berenang di akuarium-akuarium besar. Taman oseanografi ini dilengkapi dengan dolphinarium, akuarium Laut Merah, dan akuarium Laut Mediterania. Saya juga menikmati suasana terowongan sepanjang 70 meter –terpanjang di Eropa-- di mana ikan-ikan dan hewan laut tropis berenang di sekitar dan di atas saya.

Ribuan flora dan fauna yang ada tampak begitu memukau dengan berbagai bentuk, warna dan ukurannya. Tak terkecuali ubur-ubur. Makhluk kecil berwarna putih transparan ini tampak menyala di dalam air berwarna biru, sebuah fenomena sederhana dengan kecantikan bak makhluk ruang angkasa. Selama beberapa jam saya berkeliling, berpindah dari satu anjungan ke anjungan yang lain yang semuanya dibangun dengan desain yang terinspirasi dari bentuk rumah kerang.

Di siang hari, perpaduan warna biru di langit, warna putih bangunan-bangunannya dan warna hijau air kolam yang mengelilinginya sudah merupakan keindahan dengan daya tarik tersendiri.   Saya membayangkan, di malam hari  pasti suasana kompleks ini bakal lebih indah dan menakjubkan lagi dengan lampu-lampu cantiknya.


Kampung Halaman Paella
Walau begitu sophisticated, Valencia bukanlah kota tujuan wisata yang terlalu mahal. Di sana terbilang mudah untuk menemukan restoran dengan harga lebih rendah dibandingkan di Madrid atau Barcelona. Di pusat-pusat turis seperti area sekitar stasiun kereta utama atau alun-alun kota, restoran-restoran tidak memasang harga yang kelewat tinggi.

Selain menyediakan menu biasa, hampir semua restoran di Valencia menyediakan pilihan terjangkau yang disebut degustacion, yaitu menu tapas berupa hidangan daerah setempat dalam porsi kecil. Bila ingin mencicipi aneka makanan khas lokal tapi tidak ingin terlalu kekenyangan, memilih degustacion adalah cara yang paling tepat.

 Minuman khas Valencia adalah horchata, yang pada dasarnya adalah susu kacang almond, air, dan gula. Penduduk Valencia jarang makan daging, mereka banyak mengonsumsi sayuran Mediterania, buah, ikan dan kerang. Komponen utama dari masakan mereka adalah nasi. Tak mengherankan, kota ini tempat kelahiran paella, nasi dengan kaldu seafood atau daging, yang dimasak dalam panci khusus yang disebut paellera dan dipanaskan di atas arang.

Hidangan khas lain adalah arros al forn, nasi yang dimasak dalam oven dengan tomat, longaniza (sosis Mediterania), morcilla (sosis Spanyol Utara), kentang, sedikit daging dan buncis. Ada juga arros a banda, yaitu nasi panggang dengan berbagai jenis ikan dan sayuran. Saya rasa, Valencia adalah tempat liburan yang cocok untuk orang Indonesia yang mudah kelaparan kalau belum makan nasi.



TIP

Belanja

- Toko-toko di Valencia biasanya buka pukul 10:00-21:00. Kebanyakan toko-toko skala kecil memiliki jam istirahat siang dan tutup sementara pukul 14.00-17.00.
- Bila ingin mencari toko fashion retail seperti Mango dan Zara dengan harga aslinya yang lebih murah dibanding di kota lain, Jalan Calle Colón adalah tempat yang ideal. Toko-toko ini juga ada di mal besar seperti El Saler, Arena, dan Nuevo Centro.
- Kalau ada ‘niat’ lebih, tengok Resort Bonaire, mal di luar kota dengan gaya outlet Amerika.

Menginap

- Hotel Lotelito yang mungil dan hip di pusat kota. Di sekitar hotel bertebaran restoran, bar-bar, dan kafe-kafe.  Hotel Lotelito sendiri juga memiliki restoran dan bar, yang terletak di lantai dasar, yang merupakan hotspot populer. Alamat: Calle de virues 6, 46002 Valencia.
- Hotel Caro, juga di pusat kota, adalah hotel mungil berbintang lima di sebuah istana abad ke-19 yang sudah direnovasi. Desainnya antik dan modern, dengan tembok benteng bergaya Arab, lengkungan gothic, mozaik Romawi, dan konstruksi khas abad ke-19. Alamat: Almirante 14, 46003 Valencia.

Transportasi

- Terdapat bus, tram, dan metro dengan harga tiket mulai dari 1 euro untuk sekali jalan. Gunakan Valencia Card dengan akses unlimited bila Anda tinggal beberapa hari. Kartu ini juga memberi diskon di banyak objek wisata, restoran, dan toko-toko suvenir. Tersedia untuk 1-3 hari, dengan harga mulai dari  6  euro.
- Pusat kota dapat diakses dari bandara hanya dalam 20 menit dengan bus, kereta bawah tanah, atau taksi. Bus Aero dengan tarif 2,5 euro, metro sekitar 2,5 euro, sementara taksi sekitar 20 euro.(f)





 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?