Travel
Ukiran Rasa Di Tepi Sungai Yarra

10 Jan 2014


Pengalaman pertama menginjakkan kaki di Melbourne, membuat femina penasaran pada sisi lain kota yang mendapat julukan negeri para migran ini. Makanya, usai meliput kegiatan Melbourne Food and Wine Festival 2013 beberapa waktu lalu, femina menyempatkan diri untuk ‘berlibur’ di wilayah sub-urban kota ini, yaitu Yarra Valley dan Mornington Peninsula.

Dibutuhkan sekitar dua jam perjalanan menggunakan mobil dari pusat Kota Melbourne menuju dua daerah itu. Bertolak belakang dengan Melbourne yang dinamis nan stylish, di sini ditemukan kenyamanan berbeda. Tak ada lagi gedung modern, lalu-lalang mobil, atau restoran mewah. Yang ada justru bangunan klasik ala Victorian, hamparan pohon anggur dan lavender yang menyejukkan mata, hingga makan enak gaya pedesaan menggunakan bahan segar dari pertanian sekitar. Liburan baru saja dimulai dan inilah cara asyik menikmati sebagian ‘wajah’ negara bagian Victoria itu.


1.Sarapan Gaya Victorian
Bak aromaterapi, lelah akibat perjalanan panjang dari Melbourne lenyap saat melihat hamparan ungu lavender di Warratina Lavender Farm, di kaki bukit Pegunungan Dandenong. Pertanian yang dikelola oleh wanita paruh baya, Anne Marie, dan sang suami, Peter Manders, ini sungguh mengagumkan.
    Di   usia senja, mereka masih tangguh menyelesaikan semua pekerjaan sendiri dan hanya dibantu kurang dari sepuluh orang pekerja. Mulai dari menanam di kebun seluas 6 hektare, memanen dua kali dalam setahun, hingga membuat produk berbahan lavender dilakukan secara homemade.
“Setelah dipanen, lavender segar yang berkualitas langsung dikirim ke pasar bunga segar, sedangkan sisanya (dalam hal ini kualitas nomor dua) dikeringkan dan ekstraknya digunakan untuk produk lanjutan,” cerita Marie.
Berbagai produk perawatan kecantikan seperti sabun mandi, sampo, hingga lotion hadir di pertanian ini. Tersedia pula makanan dan minuman yang menggunakan lavender, seperti Lavender Black Tea dan Lavender and Plain Scones with Homemade Raspberry Jam and Cream. Semua bisa dicicipi di rumah induk bergaya Victorian yang disulap menjadi tempat makan dan toko suvenir Lavender Cottage Tea Room.
Nikmatnya tak terbayarkan ketika menyeruput teh hangat disertai scones lezat. Cocol potongan scone ke dalam selai raspberry yang asam segar. Hmm, serasa sedang menikmati afternoon tea ala kerajaan Inggris. Belum puas mencicipi,  hari sudah beranjak siang. Oleh sang pemilik, femina dibekali biskuit, madu, dan permen rasa lavender. Ah, senangnya!
Boks:
105 Quayle Rd, Wandin North, Victoria (+61 3 59644650/ www.warratinalavender.com.au)




2. Petik Buah di Kebun
Kurang lebih 15 menit dari pertanian lavender, terhampar kebun buah segar, Rayner Stonefruit Orchard, milik Len Rayner. Kebun seluas 11 hektare ini bisa membuat siapa pun yang hobi menyantap buah segar lupa diri. Bagaimana tidak, sekitar 300 jenis buah, seperti fig, peach, apricot, nectarine, apel, hingga plum bisa dipetik  dan disantap langsung sambil duduk-duduk santai di kebunnya. Kalau di Jakarta, buah-buah impor ini jatuhnya mahal sekali!
Menggunakan traktor yang dikendarai sendiri oleh Rayner, femina dan rombongan berkeliling kebun. Rayner menghentikan traktornya di  tiap area pohon buah dan mengambil buah yang sedang ranum untuk dicicipi. “Tak perlu dicuci terlebih dulu karena kulitnya tak dimakan,” pesannya. Manis dan segar! Cocok untuk membasahi kerongkongan di tengah panasnya matahari siang itu.
“Meski jenisnya sama, masing-masing buah punya karakter rasa tersendiri karena umur yang   berbeda,” jelas Rayner. Ia memang memberi jarak waktu tanam untuk  tiap jenis pohon buahnya. Tujuannya, supaya bisa panen sepanjang tahun dan tidak terjadi penumpukan di gudang.
Pantas, setelah 35 tahun mengelola perkebunan, perusahaan ini sukses menjadi pemasok utama buah segar di beberapa supermarket di Melbourne dan sekitarnya. Padahal, harga buahnya boleh dibilang tak murah, sekitar 1,5 dolar Australia (Rp15.000) per buah. 
Usai berpanas-panasan di kebun, ayah dua anak ini mengajak kami mampir ke Peach Café yang  lokasinya tak jauh dari kebun. Di sini kami puas mencicipi ragam produk yang diracik dari buah-buahan hasil kebunnya oleh keluarga Rayner.  Jus apel, es krim peach, dan  fruit pie pun habis tak bersisa!
Boks:
Schoolhouse Rd, Woori Yallock, Victoria (+61 3 5964 7654/ www.raynerstonefruit.com.au)



3. Memacu Adrenalin di Kebun Anggur

Perjalanan diteruskan untuk menyusuri kebun anggur di wilayah ini yang memang berjodoh dengan tanaman anggur. Selain tanahnya yang subur, suhu udara wilayah ini (± 14? C) sangat ideal dijadikan  lahan perkebunan anggur. Terlihat akar-akar pohon anggur yang subur menjalar di daerah ini. Tunas-tunas daunnya yang berwarna hijau segar, begitu memukau.
Tak semudah yang dibayangkan, kali ini kendaraan harus berhenti di sebuah area parkir luas dan perjalanan dilanjutkan dengan menunggang kuda. Dalam 15 menit, semua peserta jalan-jalan sudah berbalut pakaian berkuda lengkap dengan jaket dan helm pengaman.  Tinggi dan berat badan anggota tim diukur satu demi satu untuk disesuaikan dengan ukuran kuda.
Bagi pemula, proses persiapan ini cukup menantang. Diawali dengan belajar  menunggang, memegang tali kendali, memacu kuda untuk berjalan, belajar belok, hingga mengerem. Setelah mencoba beberapa putaran di pacuan, akhirnya femina berhasil menemukan harmonisasi antara konsentrasi, posisi badan, dan perasaan tenang, agar bisa berkuda dengan stabil.
Dari sekitar 150 kebun anggur di sini, ada dua kebun yang banyak dikunjungi wisatawan, yakni T’Gallant dan Mantons Creek yang letaknya bersebelahan. T’Gallant yang dirintis pada tahun 1990 ini bergaya sangat country dan luas. Tempat ini menjadi basecamp para produsen wine untuk bertukar pikiran karena nyaman untuk ngumpul sore-sore. Ke sini, jangan lupa untuk mencicipi ‘art series’ Pinot Noir untuk red wine-nya.
“Warna menjadi indikator umur red wine,” papar Kevin McCarthy, wine maker T’Gallant.  Dengan kadar alkohol 13%-15%, umumnya red wine berwarna merah gelap. Warna merah keunguan seperti T’Gallant Juliet Pinot Noir yang femina cicipi menandakan wine masih muda. Rasanya? Manis, minim alkohol serta tersirat aroma buah blackberry dan raspberry. Sedangkan warna merah kecokelatan menunjukkan bahwa wine cukup tua. 
Lain lagi dengan Mantons Creek, yang berdiri sejak tahun 1982 yang populer dengan Sauvignon Blanc dan Chardonnay. Minuman tersebut dihasilkan dari buah anggur yang ditanam di atas tanah seluas 100 hektare. Di atas tanah itu pula berdiri bangunan induk  dengan arsitektur bangunan klasik dan interior bergaya Eropa.
Pemandangan awan biru berpadu dengan hamparan ladang anggur yang hijau terlihat langsung dari bangunan induk. Duduk di teras sembari meneguk segelas sparkling wine dingin membuat lupa akan nyeri dan kaku di badan usai menunggang kuda.
Boks:
356 Shands Rd, Main Ridge, Victoria (+61 3 5989 6119/ www.horsebackwinerytour.com.au)



4.Mengintip Pabrik Wine

Senang rasanya berkeliling kebun dan menghirup udara segar serta harum khas pohon anggur. Apalagi sempat mencicipi wine langsung di tempatnya, hingga lidah pun berlatih untuk lebih peka pada karakter rasa minuman ini. Informasi kian lengkap ketika femina berkunjung ke Chandon, bagian dari Moët & Chandon, Prancis.
Butuh waktu yang panjang untuk menghasilkan sebotol wine berkualitas. Mula-mula buah anggur yang telah dilumatkan dan diperas  dimasukkan ke dalam tong berbahan stainless steel. Lalu ditambah ragi untuk difermentasi selama 4 hingga 20 hari. Sepanjang proses, endapan wine terkumpul di dasar tong.
 Setelah fermentasi selesai, endapan dibuang dan didapat cairan bersih. Wine lalu dipindahkan ke dalam tong kayu oak untuk disimpan selama 2 tahun agar menjadi wine yang sempurna, memiliki karakter rasa tertentu, dan beraroma khas. Terakhir, wine dimasukkan ke dalam botol-botol dan diberi label.
“Lain halnya dengan sparkling wine yang pembuatannya butuh proses lebih panjang dari red wine dan white wine,” papar Jane Gordon, Wine Ambassador Chandon. Sparkling wine dibuat dari dua kali proses fermentasi. Pertama, anggur yang telah diperas dan diambil sarinya, difermentasi dalam tong besar selama 14 hari. Pada tahap ini gula dan ragi yang berasal dari buah anggur muncul dan bereaksi menjadi cairan beralkohol.  Setelah itu, beberapa di antaranya dicampur oleh ahli wine untuk mendapatkan formula yang pas. Lalu, campuran wine kembali difermentasi, dituang ke dalam botol, dan ditutup rapat.
Di tahap ini, gelembung udara dari karbon dioksida muncul. Uniknya,  tiap botol diletakkan miring pada  tiap lubang pada rak kayu dan didiamkan selama 8 minggu. Tujuannya, supaya endapan pada campuran wine terkumpul pada tutup botol sehingga mudah dibuang. Sparkling Shiraz dan Cuvée Riche patut dicoba. Cicipi pula Green Point Chardonnay dan Pinot Noir. Nikmat! 
Boks:
727 Maroondah Hwy, Coldstream, Victoria (+61 3 9738 9200/ www.chandon.com.au)




5. Surganya Cokelat
Cokelat dan dairy product (susu dan keju) menjadi komoditas favorit, selain anggur.  Keesokannya femina berkunjung ke Yarra Valley Chocolaterie & Ice Cream Creamery. Di pabrik itu, dapat disaksikan sebagian dari proses pembuatan cokelat. Ruang pertama yang dapat dilihat adalah ruang cetakan. Di ruang ini, biji cokelat asal Afrika yang sudah dipanggang diproduksi menjadi cokelat cair, lalu dicetak menjadi permen cokelat, praline, truffle, atau chocolate bar dan dikemas cantik.
“Semua cokelat diproduksi melalui proses alami dan menggunakan 100% lemak kakao (cocoa butter),” urai Remco Brigou, salah satu chocolatier asal Belgia yang bekerja di sini. Kandungan minyak biji cokelatnya sungguh terasa. Proses inilah yang membuat cokelat langsung meleleh saat dikulum.
Bahan campuran seperti gula dan susu diberikan secara minim sehingga tidak menghilangkan karakter asli cokelat. Soal rasa, selain dark chocolate, ada milk chocolate dan white chocolate.
Inovasi rasa juga dilakukan dengan menambahkan aroma cabai, buah-buahan, rempah kayu manis, atau kacang-kacangan. “Cokelat cabai cukup jadi favorit,” tambah Brigou. Jika digigit, awalnya ada terasa seperti cokelat umumnya, dan rasa pedasnya muncul sebagai aftertaste. Tak hanya cokelat, es krim pun dibuat secara natural dari susu sapi murni.
Cokelat dan es krim diolah lebih lanjut di kafe yang terletak di samping pabrik menjadi puluhan dessert lezat. Juaranya adalah Mudcake with Milk and Dark Couverture Chocolate and Icing Sugar atau Brownie with Vanilla Bean Ice Cream and Maple Syrup. 
Boks:
35 Old Healesville Rd, Yarra Glen, Victoria (+61 3 9730 2777/ www.ycvi.com.au)




6. Mari Bikin Minyak Zaitun

Petualangan berlanjut dengan melihat proses pembuatan minyak zaitun di Green Olive Estate. Hamparan pohon zaitun dengan lima varietas yang berbeda, kebun anggur, serta sayuran dan tanaman rempah organik bisa ditemukan di sini.
Uniknya, meski jarang kebagian air hujan, seluruh tanaman yang ada di sini tumbuh subur. Rahasianya ternyata ada pada sistem penyimpanan air bawah tanah. Air dari sungai ditampung dengan sistem irigasi bawah tanah dan tanaman akan menyerap air dari dalam tanah tersebut. Wah! Puluhan domba dan ayam petelur yang menjadi penghuni peternakan di sekitar kumpulan pohon-pohon zaitun juga terlihat sehat.
“Pohon zaitun biasanya hanya berbuah sekali dalam setahun, yakni antara bulan Oktober - November,” urai Sam O’Donoghue, salah satu pemilik. Ketika tidak sedang musimnya, misalnya pada bulan Januari, maka produksi juga akan turun.
Serupa dengan proses pembuatan wine, sebagai langkah awal membuat minyak ini adalah dengan memeras buah zaitun hingga mengeluarkan minyak.
“Umumnya, buah zaitun diperas sebanyak tiga kali,” tambah O’Donoghue. Kemudian minyak dimasukkan ke dalam wadah selama 30-40 hari hingga warna minyak menjadi transparan dan siap digunakan. Makin matang buah, warna minyak akan makin gelap.
Setelahnya, minyak zaitun disaring untuk memisahkan minyak dari air dan kotoran. Untuk menjaga kualitas minyak, proses ini harus berlangsung di bawah temperatur 16o C. Hmm… tak terlalu sulit, tapi sepertinya harus tetap punya alat khusus untuk produksinya.
“Daripada terbuang percuma, ampas minyak zaitun biasanya kami gunakan untuk bahan bakar,” cerita O’Donoghue. Maklum, di tempat ini alat masaknya masih berupa perapian atau oven kayu bakar. Aroma asap pun keluar dari tiap masakannya, layaknya bruschetta atau pizza ber-topping buah zaitun. Tapi, justru itulah letak kelezatan alaminya! Sebagai pendamping, tersedia aneka salad sayuran segar seperti lettuce, arugula, hingga tomat yang diambil dari kebun sendiri.  Segarnya mengesankan!
Boks:
1180 Mornington-Flinders Rd, Main Ridge, Victoria (+61 3 5989 2992/  www.greenolive.com.au)



7. Saatnya Menikmati Raw Food

Belum puas bersantap serba organik di tempat sebelumnya, rasa penasaran pun ditebus dengan menyantap sayuran segar, jus buah alami, hingga susu kedelai. Semuanya dibuat  dengan rasa rumahan, hasil racikan head chef Bruce Paulie, di Eco Hummingbird Retreat and Conference Centre. Sebuah tempat makan dan menginap yang jauh dari kebisingan. Sungguh gaya hidup sehat dan dekat dengan alam.
    Dapur klasik bergaya country hadir di tengah halaman luas yang penuh dengan tanaman sayuran, bumbu, dan rempah di dalam pot yang ditaruh di sekeliling pekarangan. Hidangan yang disajikan termasuk jenis raw food, yakni makanan yang diproses  tanpa menggunakan api sama sekali.
Semua yang tersedia di meja hanya beragam jenis salad sayuran dan buah. Tak ada campuran daging atau seafood di dalamnya. Hanya tersedia beberapa jenis keju untuk memperkaya cita rasa. Andai punya banyak waktu, rasanya ingin berlama-lama di tempat ini. Damai untuk lidah, hati, dan pikiran!   
Boks:
183 Arthurs Seat Rd, Red Hill, Victoria (+61 3 5989 2504/www. hummingbirdeco.com.au)

BERLIANTI SAVITRI






 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?