Travel
Sepekan Musim Dingin Di Kansai

13 Mar 2015

Beberapa waktu lalu, dalam rangka Visit Japan 2015, femina diundang untuk menjelajahi kota-kota di Jepang: Kyoto, Kobe, Osaka, dan Sakai. Diwakili oleh redaktur boga, Valentina Limbong, femina menikmati peleburan pesona sejarah, seni budaya, dan modernitas industri yang melekat di kawasan tersebut.

Dari Bandara Kansai, ada beberapa kota unik Jepang yang bisa dieksplorasi, dengan jarak tempuh tak lebih dari satu jam. Saya menjelajahi sebagian wilayah Kansai yang terletak di bagian barat Pulau Honshu. Tiga dari prefektur yang saya singgahi adalah Osaka, Kyoto, dan Hyogo. Di sinilah pertama kalinya, saya merasakan udara musim dingin di Jepang.


KYOTO:
MENEMBUS ZAMAN EDO

Tour guide  lokal Kiyotaka Kondo membawa saya bersama tiga teman lainnya berpelesir ke Kyoto. Perjalanan menempuh kota yang didirikan sejak 794 Masehi ini berlangsung selama 1 jam menggunakan kereta dari tempat menginap di kawasan strategis Umeda, Osaka.
    Perhentian pertama adalah Toei Kyoto Studio Park, satu-satunya theme park di Jepang. Jika Anda menyaksikan Jidaigeki, yaitu film, drama, dan teater berlatar belakang zaman Edo, area ini adalah lokasi syuting film berlatar tahun 1603-1868 itu.
Tempat ini membawa saya ke Jepang di era lama. Permukiman geisha, rumah ninja, hingga para samurai yang memamerkan keahliannya mengayun pedang di hadapan pengunjung. Bukannya menakutkan, pertunjukan ini justru dikemas ringan, sehingga saya yang tak paham dengan percakapan mereka, turut tergelak hanya dengan menyaksikan bahasa tubuh para pemain.   
    Saya  bertemu dengan Kotaro Minami di Toei Anime Museum. Dia adalah  si Kesatria Baja Hitam. Selain itu, saya juga bersua dengan para idola dari masa kecil saya: Sailormoon, Dragonball, dan para superhero Jepang lainnya. Rupanya, para pahlawan super itu masih begitu dielu-elukan di sini sampai sekarang.
Di Arashiyama, tujuannya adalah untuk menyaksikan Kyoto Arashiyama Hanatouro di Sagana Bamboo Path. Jalanan sepanjang 500 meter di antara hutan bambu yang disinari pantulan cahaya LED beragam warna. Sinaran dimensi cahaya terlihat memantul di jejeran pohon bambu yang hijau. Saking terpesona dengan pemandangan ini, sejenak cuaca dingin dan kaki pegal terlupakan.
    Setelah melewati jalan yang agak menanjak, saya berjalan menuju jembatan Togetsukyo yang melintasi Sungai Oi. Jembatan yang diberi nama demikian oleh Kaisar Kameyama dari abad ke-12 ini sangat terkenal akan pemandangan indah yang dipenuhi pohon sakura di sekitarnya.
    Perut sudah mulai lapar, saya pun mampir ke restoran Yosiya yang berlokasi tak jauh dari jembatan. Sang pemandu wisata yang saya panggil Kondo-san (Pak Kondo) menjelaskan mengapa saya harus bersantap di tempat ini. “Tofu terbaik dari Jepang dihasilkan dari Kyoto. Salah satu yang terenak bisa didapat di sini,” katanya, sambil menunjuk tofu segar nan mulus di dalam wadah berbahan kayu.
    Sebuah kotak makan bersekat di atas nampan menyajikan enam jenis hidangan berbeda dalam porsi kecil. Ini adalah kaiseki, cara bersantap tradisional   gaya Jepang. Syaratnya adalah keharmonisan dalam penampilan, tekstur, rasa, dan warna. Sambil berbincang, penataan makanan yang artistik ini membuat saya yang sudah lapar terhenti sejenak  menikmati presentasi satu per satu makanan sebelum melahapnya. 



























KOBE:
JEJAK PEDAGANG EROPA DI KOTA SAKE 


Kobe terletak di prefektur Hyogo. Suhu terendah di ‘Kota Sake’ ini mencapai 2° C, tapi saya tetap bersemangat untuk main salju di Gunung Rokko. Menuju gunung yang berada di ketinggian 931,1 meter di atas permukaan laut ini, saya menaiki Rokko Cable Car yang ternyata lebih curam dibanding kendaraan serupa di Victoria Peak, Hong Kong. 
Sebelum bermain papan seluncur di atas salju, saya mampir di Rokko International Musical Box Museum. Jika Anda penggila kotak musik, dijamin bakal kalap memborong kotak musik beragam bentuk unik. Selain itu, Anda juga dapat merakit sendiri di bawah bimbingan staf museum ini.  
    Tiba di puncak gunung, udara dingin langsung menusuk. Untungnya saya dipinjamkan mantel supertebal agar bisa bermain papan seluncur di atas salju. Adrenalin yang terpacu akibat meluncur dari ketinggian lagi-lagi mengurangi rasa dingin yang tadinya menusuk raga. Seru!
    Pada akhir abad ke-19, kota yang terkenal dengan daging sapi kobe ini membuka diri untuk perdagangan internasional. Alhasil, kota ini pun menjadi pusat budaya internasional, terutama Eropa, di Jepang. Jejak pertama saya dapati di Masjid Kobe, yang dibangun pada tahun 1935. Jan Josef Švagr, arsitek asal Ceko, mendesain masjid yang bertahan pada guncangan gempa di Kobe tahun 1935 ini dengan gaya Turki.
    Saat yang ditunggu-tunggu, makan malam menikmati daging sapi kobe. Jika biasanya daging lembut ini disantap secara teppanyaki atau grilled, pramusaji menyajikannya dengan cara berbeda. Irisan daging dikukus di dalam wadah bambu berisi irisan bawang bombay, kemudian daging yang masih lembut dan juicy itu membungkus irisan bawang bombay dan taoge. Sensasinya tak terkalahkan. Jika Anda menyukai sake, distrik Nada di Kobe  sudah dikenal sebagai sarangnya arak khas Jepang berkualitas.  


OSAKA:

HOGWARTS DI OSAKA
Abeno Harukas saat ini menjadi bintang di Osaka, kota yang menjadi perpaduan budaya dan bisnis. Melihat wajah Osaka dari gedung pencakar langit setinggi 300 meter ini sungguh mencengangkan. Di sana, Anda juga bisa bersantai sambil ngopi di Sky Garden 300. Tak kalah unik, di dalam gedung kita juga bisa melihat view kota  dari kaca toilet di dalam gedung tertinggi di Jepang itu.  
    Saya tak melewatkan kesempatan untuk mengunjungi Universal Studio. Yang membuat berbeda kala itu adalah ‘kehadiran’ Harry Potter dalam The Wizarding World of Harry Potter yang membuat antrean begitu panjang. Salah satu area dalam taman bermain ini disulap menjadi Hogwarts. Melewati gerbang utama bertuliskan “Please Respect The Spell Limits”, membuat diri merasa seperti terjun ke dalam dunia penyihir.
    Begitu masuk ke dalam wahana tiga dimensi, saya ‘ditarik’ menjadi bagian dari tim Gryffindor.  Bersama Harry, mengalahkan tim Slytherin dalam permainan quidditch, hingga menaklukan kekuasaan penyihir jahat. Hari pertama datangnya salju kala itu justru  makin menghanyutkan diri terlena dalam cerita penuh sihir J.K. Rowling.      
    Berkeliling di Osaka yang dipenuhi street food tentunya pantang jika tak mencicipi salah satunya. Takoyaki merupakan jajanan khas kota bisnis ini. Saya mencicipi bola isi gurita dan udang ini beserta okonomiyaki, pancake gurih yang terkenal di Kansai dan Hiroshima. Keduanya saya nikmati di salah satu kedai di surga belanja Dotonburi. Meja saji tamu dilengkapi dengan teppan (wajan datar untuk memasak sajian teppanyaki) sehingga meski porsinya besar, suhu panasnya tetap menjaga kelezatan kedua hidangan ini.  


Sakai:
WARISAN PEMBUAT SAMURAI

Sakai merupakan kota industri yang juga sekaligus menyimpan sejarah Negeri Sakura  di masa lalu. Di masa perang, para pandai besi membuat perlengkapan perang seperti baju baja, senjata tajam, dan samurai  bagi prajurit di medan tempur. Saat perang usai, properti prajurit ini pun tak lagi dibutuhkan.
Sakai Hamono Museum yang hanya ditempuh dengan berjalan kaki dari Stasiun  Myokokujimae ini merekam kelanjutan karya para penempa besi usai masa perang. Selain disebut sebagai pusat kerajinan tradisional Sakai, tempat ini juga sering disebut sebagai museum pisau yang mendokumentasikan karya mantan pembuat samurai.
Di sini, saya menemukan pisau dengan aneka desain. Masing-masing desain ditujukan untuk fungsi yang berbeda: memotong ikan, melepas tulang ikan, mencincang sayuran, bahkan memotong mi. Yang paling populer adalah deba, yang digunakan untuk membuat fillet ikan.
Tak jauh dari Bicycle Museum Cycle Center yang memuat puluhan sepeda tertua di dunia, saya mengunjungi Taman Daisen. Taman seluas 35,6 hektare ini membentang di antara kuburan Nintoku-ryo dan Richu-ryo. Keindahan yang memanjakan mata, meski saya hanya menatap keindahan sekeliling dari dalam ruangan karena cuaca yang begitu dingin. Di dalamnya terdapat ruang Obaian dan Shinan yang digunakan untuk ryu-rei atau tradisi minum teh santai yang biasanya disajikan bagi orang non-Jepang.
Bagi penggemar bunga sakura, datanglah pada bulan April. Varietas oshimazakura dan someiyoshino akan bermekaran di taman bersuasana Tiongkok ini.
    Perjalanan ditutup dengan makan malam di restoran tradisional Mimiu. Berusia lebih dari 200 tahun, tempat ini berfokus pada hidangan berbasis mi. Yang paling populer adalah udonsuki. Seperti bersantap shabu shabu, sepanci besar kaldu gurih dipanaskan di atas meja. Kotak kayu besar berisi mi udon segar, aneka seafood, dan sayuran yang ditata rapi juga tersedia. Menggigil di tengah cuaca Sakai yang lebih dingin dari biasanya, cukup terobati dengan menyeruput kuah suki yang gurih sedap. Ini baru makan malam yang menghangatkan….


Jepang Ramah Muslim

Saat ini, pariwisata Kansai sangat memperhitungkan kehadiran wisatawan muslim. Toleransi bagi umat Islam ini diwujudkan dengan menghadirkan sarana ibadah dan berbagai restoran yang menyajikan sajian bebas daging babi dan arak.  

1. Musala/ Masjid:
• Kansai International Airport: Terminal 1 North Wing. 
• Rinku Premium Outlets: 3-28 Ohrai Minami, Izumisano-shi, Osaka.
• Hard Rock Café Osaka: Ito Building 1F, 3-6-14 Minami-hommachi, Chuo-ku, Osaka.
• Osaka Central Masjid: 4-12-16 Owada, Nishiyodogawa-ku, Osaka.
• Namba City Shopping Center: 5-1-60 Namba, Chuo-ku, Osaka.
• Kobe Muslim Mosque: 2-25-14 Nakayamate Dori Chuo-ku, Kobe-shi.
•  Kansai Tourist Information Center: 3F of Tommy Hilfiger Shinsaibashi-suji, Chuo-ku, Osaka.

2. Restoran halal di Osaka:  
• Koraibashi Kitcho: 2-6-7 Kouraibashi, Chuo-ku, Osaka.
• Dotonbori Honten Kani Doraku:  1-6-18 Dotonbori, Chuo-ku, Osaka.

3. Restoran muslim di Kobe:
Aarti: Hunter Building 1 F, 2-14-13 Nakayamate, Chuo-ku, Kobe.
Madras Kitchen: Komoto Building 1F,2-20-9 Nakayamatedo-ri, Chuo-ku, Kobe.
JICA Kansai Cafetaria: 1-5-2 Wakihama Kaigan-dori, Chuo-ku, Kobe.(VALENTINA LIMBONG)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?