Travel
Sepanjang Australia Barat

19 May 2012


Perth dan Sejarah Emas

Sebuah bangunan besar berwarna krem berdiri megah di sudut Hay Street, Perth. Di halaman depannya, terdapat patung dua orang pria yang tengah menggali. Itulah Perth Gold Mint yang dibuka pada tahun 1899, bongkahan emas ditemukan di Coolgardie dan Kalgoorie. Sejak saat itu, emas menjadi industri pertambangan yang berkembang pesat di Perth, kota dengan populasi hanya sekitar 1,7 juta penduduk.

Tahun 2003, mereka menambah bangunan baru. Namun, bangunan lama yang berada di sebelahnya  tetap populer sebagai salah satu gedung bersejarah tempat jual beli emas dan batu mulia berlangsung sejak dulu.
 
Sungguh menarikmelihat bagaiman emas-emas itu dilebur lalu dibentuk berupa batangan emas senilai 300.000 dolar Australia. Bila dihitung sejak pertama kali dilakukan pada 17 tahun lalu, berarti, emas itu telah dicairkan, dicetak, dan didinginkan hingga 35.000 kali!

Kings Park and Botanic Garden adalah ikon penting lain di Perth. Di area hijau seluas 400 hektare yang terbentang di sisi Swan River, saya bisa menemukan 391 jenis tanaman lokal dan 80 jenis burung. Diantaranya, ada saltbush (tanaman gurun yang daunnya terasa asin), pohon botol (batangnya menyerupai botol dan berfungsi menyimpan cadangan air), pohon peppermint, dan Pacific Black Duck. Di taman favorit bagi warga Perth ini, hari itu, setidaknya ada dua persiapan resepsi pernikahan yang saya lihat.

Saya juga tak melewatkan untuk bercakap-cakap dengan salah seorang warga keturunan aborigin, bernama  Greg Nannup, dalam sebuah tur sejarah. Greg membagi kisah-kisah bangsa Whadjuk, kelompok suku Aborigin yang tinggal di Perth, bagaimana mereka hingga sekarang masih hidup harmonis dengan alam dan menggunakan peralatan tradisional.

“Nama Whadjuk berarti penjaga hubungan antara daratan dan lautan. Kami punya tradisi tahunan, berjalan sepanjang Swan River menuju Fremantle untuk bertemu kelompok Aborigin di sana, Mundjah. Perjalanan itu simbol perayaan terhadap bumi dan air yang mereka sayangi,” jelas Greg.



Lumba-lumba di Mandurah


Tahun ini, hari jadi ke 11 Mandurah, kota kecil yang hanya berjarak 1,5 jam perjalanan dengan mobil dari Perth. Dulu, kota ini adalah kampung nelayan yang menjadi destinasi liburan wisatawan lokal. Karakter ini tetap melekat hingga kini, berkat letaknya di garis pantai Samudra Hindia.

Area perumahan dan publik ditata cantik, berdasarkan konsep kota air, berdampingan dengan teluk dan sungai yang membelah daratan Mandurah. Banyak juga rumah yang memiliki teras belakang menghadap teluk dengan speed boat atau yacht yang tertambat.

Setelah menikmati sarapan di salah satu kafe yang terletak di tepi pelabuhan Mandurah, saya berpesiar di atas kapal feri Mandurah Cruise dengan harapan bisa bertemu   lumba-lumba. Dengan membayar 28 dolar Australia (Rp250.000) untuk 1 jam perjalanan, kata si pemandu, saya bisa berkencan dengan lumba-lumba. Betul saja. Ketika berenang-renang di sisi kapal feri, sepasang lumba-lumba datang menemani saya! Bersama mereka, saya berenang adu cepat dengan kapal.


Busselton Jetty

Dari Pantai Busselton, terhampar dermaga sepanjang 1,8 km yang membelah Teluk Geographe, di sisi timur Samudra Hindia. Ketika pertama kali dibuat tahun 1865 dengan panjang yang hanya mencapai 161 meter. Sembilan puluh tahun  kemudian, dermaga ini diperpanjang hingga seperti sekarang. Alasan memperpanjang di waktu itu adalah karena semakin dangkalnya dasar laut sehingga kapal-kapal tidak bisa menepi lebih dekat ke pantai.

Saya menuju ujung dermaga menumpang kereta antik. Embusan angin laut terasa segar. Kayu tua dermaga yang kokoh, air laut yang biru beriak, dan burung-burung camar yang berkicau menjadi ornamen yang memperindah perjalanan.
 
Bangunan Busselton Jetty Underwater Observatory berdiri tegak dari 8,5 meter di bawah laut. Dari 11 jendela yang mengelilingi bangunan, saya bisa menikmati pemandangan ekosistem laut dari 5 level. Ada 300 jenis spesies laut, antara lain  siput laut, ikan gembung, lace cora bryozoans, dan green sponge.




Cape Naturaliste Lighthouse

Di antara rimbunnya pepohonan Leeuwin-Naturaliste National Park dan garis pantai Teluk Geographe, terdapat sebuah mercusuar berusia lebih dari 100 tahun, Cape Naturaliste Lighthouse.

Warnanya yang putih tampak begitu mendominasi. Hingga saat ini, mercusuar setinggi 123 meter ini masih digunakan untuk memandu kapal-kapal yang melintas di Samudra Hindia.

Pemandangan laut yang indah dan taman nasional yang menyegarkan mata terpampang dari balkonnya. Jika Anda datang di bulan Agustus-September, Anda mungkin bisa melihat paus yang berenang melintas. 

Sebelum mercusuar ini dibangun tahun 1903, setidaknya ada 12 kapal yang karam karena menghantam karang-karang berbahaya di Teluk Geographe. Lensa dan meja putarnya khusus didatangkan dari Inggris dan kini menjadi bagian dari museumnya.

Dalam obrolan dengan penjaga mercusuar dan istrinya, saya pun baru tersadar betapa itu adalah pekerjaan yang amat berat. “Pekerjaan ini adalah komitmen seumur hidup. Bayangkan, kami tidak punya hari libur!” cetus Karma, istri penjaga mercusuar.



Hamparan Zaitun di Margaret River

Margaret River memiliki industri perkebunan dan peternakan yang cukup maju. Di sepanjang jalan utamanya, mata Anda akan dimanjakan oleh lahan perkebunan anggur dan zaitun yang tumbuh subur.

Tak sedikit pula warga yang memproduksi bahan makanan dan produk kecantikan dari buah zaitun.  Salah satunya, Margaret River’s Olive, yang membuat  aneka minyak dan saus berbahan dasar buah zaitun. Di balik perkebunan zaitun yang luas itu, berdiri toko-toko mereka yang mungil dan bersahaja. Bertolak belakang dengan keasrian alamnya, tokonya didesain secara modern.

 Selain itu, saya mampir pula ke Natural Olive Oil Soap Factory. Usaha keluarga ini dimulai oleh Louis Scherini, 16 tahun lalu, setelah ketiga anaknya didiagnosis menderita eczema dan dermatitis sehingga tidak boleh menggunakan produk perawatan tubuh yang berbahan kimia.

Kini, Louis membuat beragam produk, mulai dari sabun cuci tangan hingga krim malam yang berbahan dasar zaitun dan bahan organik lainnya. Toko kecil yang dibuat mengelilingi pabrik terlihat sederhana. Begitu memasuki toko, saya  disambut oleh aroma zaitun yang berpadu serasi dengan keharuman vanilla maupun lemon.

Ternyata, lavender juga salah satu tanaman yang cukup populer ditanam di Margaret River. Salah satunya Cape Lavender milik Beth, seorang wanita usia 60-an. Lahan seluas 8 hektare itu ditanami 60 jenis english lavender. Dikelilingi danau, membuat perkebunan Beth ini sangat menyejukkan mata.

Di toko kecilnya, Beth membuat 50 produk, mulai dari produk kecantikan, perawatan tubuh dan wajah, hingga selai dan teh. Semuanya terbuat dari lavender. Saya tak melewatkan kesempatan untuk menikmati secangkir teh lavender bersama scones hangat yang diolesi krim dan selai strawberry lavender.

Margaret River Chocolate Company adalah surga bagi pencinta cokelat. Dibuat dari biji cocoa berkualitas yang diimpor langsung dari Swiss. Pabrik cokelat ini menghasilkan lebih dari 200 produk cokelat, seperti hand made truffles, bars, dan pastelles, bubuk dan sirop cokelat, hingga lip balm cokelat. Sambil berbelanja, saya bisa mencicipi kepingan-kepingan cokelat gratis! Yummy! Di pojok toko, ada jendela kaca tempat saya bisa mengintip ruang produksi cokelat.

Yang perlu dicatat, semua toko di Margaret River tutup pukul 5 sore. Hanya restoran dan kafe-kafenya yang buka hingga larut malam.



TIP

Menginap di Mana?
Mandurah – Sea Shells Resort. Resor berbintang 4,5 pemenang Western Australia Tourism Award tahun 2006 ini memiliki 2 tipe penginapan, vila cantik di tepi pantai atau apartemen mewah yang menghadap ke muara.
Busselton – Abbey Beach Resort. Garis pantai Busselton membingkai resor ini. Meski tergolong resor mewah, Abbey Beach Resort tetap mengutamakan keserasian dengan alam. Contohnya, kolam-kolam kecil yang ada di area resor yang kerap jadi tempat persinggahan bebek-bebek liar.
Margaret River – Darby Park Serviced Residences. Terletak di pusat kota Margaret River dengan salah satu sisinya yang menghadap hutan kecil.
Perth – Holiday Inn Burstwood. Terletak di Burstwood Entertainment Complex yang memiliki kasino, gedung teater, restoran, dan night club.

Transportasi
Perth – Mandurah. Kereta Transperth Mandurah Line. Dari Stasiun Mandurah, naik shuttle bus gratis menuju pusat kota.
Mandurah – Busselton. Bus dari Stasiun Mandurah berangkat dua kali sehari menuju Busselton (2,5 jam).
Busselton – Margaret River. Bus dari Busselton Visit berangkat dua kali sehari menuju Margaret River (1 jam).
Margaret River – Perth. Bus dari pusat kota berangkat satu kali sehari menuju Perth (5 jam).

Makan di Mana?

- Cicierello’s, restoran fish and chips di tepi Pelabuhan Mandurah, jadi agenda wajib. Dengan harga 13,7 dolar Australia (Rp125.000), sepiring traditional fish and chips yang berisi 2 fillet ikan dan kentang goreng, plus bonus semangkuk chicken cream soup, bisa mengganjal perut Anda selama perjalanan ke kota berikutnya.
- Eagle Bay Brewing Company (EBBC), di Cape Naturaliste. Restoran keluarga yang bisnis utamanya adalah membuat bir dan wine ini terletak di peternakan yang sangat luas. Tersedia juga steak daging kanguru yang dimasak medium rare, disajikan bersama salad dan saus nectarine (buah khas Australia). (EKA JANUWATI)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?