Travel
Road Trip ke Selandia Baru

9 Jun 2012

Auckland – Christchurch - Dunedin



Singgah di Auckland, kami langsung menuju ke Auckland Bridge. Sudah niat melakukan hal-hal seru, kami  pun mem-booking untuk memanjat jembatan setinggi 43 meter!
Di bawah sana,  pemandangan City of Sail sangat menakjubkan.
Kami sempatkan juga berlayar ke Pulau Waiheke. Pulau yang hanya 35 menit dari Auckland ini membuat kami berkhayal, betapa indahnya jika masa tua kami nanti dihabiskan di sana.

Dari Auckland, kami terbang menuju Christchurch. Mobil yang kami pesan, sudah menunggu di bandara. Ini pertama kalinya  kami menggunakan GPS. Kecerewetan ‘Miss’ GPS dan tertibnya lalu lintas membuat kami canggung dan sempat nyasar.

Jarak antara Christchurch ke Dunedin sekitar 500 km, tapi menjadi 700 km karena kami menikung ke Danau Tekapo. Keindahan Danau membuat kami tak menyesal menyetir beratus-ratus kilometer. Warnanya yang hijau tosca membuat kami seolah berada di alam mimpi. Ada sebuah gereja tua kecil bernama Good Shepherd yang berada di atas bukit menghadap  ke arah danau. Siapa sangka, saat di sana, ada pasangan yang sedang melakukan prosesi pernikahan. Amazing!

Kami akhirnya tiba di Dunedin setelah menyetir selama kurang lebih 8 jam! Kota ini adalah kota kampus karena di sini letak Universitas Otago, universitas paling terkenal di Selandia Baru. Berhubung sudah hari ke-3 perjalanan, kami harus mencuci baju! Satu hal yang tak biasa kami lakukan. Hal yang kecil, tapi lucu, adalah saat kami berdua berusaha menemukan cara menyalakan mesin cuci. Untung tak ada baju yang rusak karena salah cuci.

Keesokan paginya, kami menikmati jalan-jalan romantis di tepi Pantai St. Claire. Meski saat itu musim panas, temperaturnya 12 derajat Celsius tetap saja membuat kami kedingingan.




Queenstown & Milford Sound


Jarak dari Dunedin ke Queenstown  kurang lebih 300 km dan bisa ditempuh dalam waktu 3,5 jam. Perjalanan ini melewati apa yang disebut scenic route karena memang sepanjang jalan kami banyak menjumpai danau dan sungai yang indah. Fantastis!

Enaknya menyetir mobil sendiri, kami bisa berhenti sesuka hati. Contohnya, saat melewati perkebunan anggur Wild Earth. Kami bertemu dengan Quentin, orang Amerika yang memutuskan untuk jadi warga negara Selandia Baru dan berbisnis restoran dan perkebunan anggur.

Ternyata, Quentin adalah seorang produsen anggur merah terbaik versi International Wine Challenge. Dia bahkan memberi kami diskon untuk sebotol Pinot Noir. Rasanya senang bukan main!

Quentin juga mengajarkan kami cara mencicipi anggur yang benar, yaitu dengan mengulumnya di bawah lidah selama beberapa detik sebelum ditelan. Menurutnya, di situlah letak indra pencicip kita.

Kami melanjutkan perjalanan ke Milford Sound. Tempat ini adalah muara sungai yang terbentuk dari glacier yang telah membeku jutaan tahun. Kami mengambil paket tur ‘BBQ Bus’. Paket tur ini hasil temuan suami saat menjelajah internet.
Sesuai namanya, saat makan siang, disediakan sajian ala barbecue. Nick, si pemilik BBQ Bus, menjadi sopir, pemandu tur, sekaligus juru masak kami.

Queenstown, menurut kami, adalah kota yang wajib dikunjungi, jika berada di Pulau Selatan. Lokasi Queenstown yang dikelilingi oleh Danau Waketipu sungguh memanjakan mata. Saat musim dingin, Queenstown menjadi tujuan populer untuk wisata ski. Jangan kaget kalau hotel-hotel di sana tergolong mahal. Kami tinggal di hotel yang lokasinya menurut saya terbaik karena memiliki pemandangan langsung ke danau dan harganya lumayan terjangkau. 

Di Queenstown, sempatkan mengunjungi Sky City dengan naik gondola dan melihat pemandangan kota dari atas bukit. Di atas, kami bisa menikmati segala macam atraksi seru, seperti luge ride, bungee jumping, paralayang, dan masih banyak lagi.

Di Sky City, kami juga menikmati pertunjukan tarian Haka yang merupakan tarian khas suku Maori untuk menakuti lawannya.




Franz Josef Glacier


Untuk merasakan suasana yang mendekati musim dingin dari Queenstown, kami menempuh perjalanan empat jam ke Franz Josef Glacier. Untuk menuju ke sana, kami melintasi jalanan pegunungan berliku-liku. Saking tingginya, kami seperti menyetir menembus awan.

Franz Josef ini sebenarnya menjadi tujuan puncak kami. Kami berencana ikut wisata heli-hike, terbang naik helikopter ke salah satu gunung gletser, kemudian hiking hingga ke puncak gunung.

Semua itu rencananya akan kami lakukan tepat pada hari ulang tahun pernikahan kami. Malah kami sempat berencana membawa sebotol champagne untuk dibuka setelah mencapai puncak bukit.

Sayangnya, semua itu menjadi rencana. Karena cuaca mendung, kami harus membatalkan perjalanan heli ini.

Reservasi kami kemudian digeser keesokan siangnya. Namun awan gelap menyelimuti langit. Untuk kedua kalinya, tur dibatalkan.

Untuk melipur lara, kami memilih provider wisata heli lain yang berani terbang dengan jarak terbatas. Walau hanya 15 menit, kami berhasil menginjak gletser. Meski tak sesempurna  rencana yang kami bayangkan, senang sekali akhirnya menginjak gletser!

Banyak hal yang menjadi pelajaran bagi kami dalam trip ini. Kegagalan di Franz Josef contohnya.  Ada bagusnya juga jika itinerary dibuat mengalir saja.

Dan, layaknya   pasangan yang melakukan perjalanan,  ada saja argumen-argumen tolol: berdebat menerjemahkan maksud GPS, lupa memenuhi tangki bensin sebelum perjalanan 300 km, salah pesan makanan di pompa bensin.  Belum lagi masalah perbedaan sifat, saya yang control freak dan suami yang go-with-the-flow.

Liburan ini membuat saya dan suami  makin sadar apa yang membuat kami menjadi teman hidup. Walau kami berbeda, kami saling melengkapi. And that makes us a great team!




Tip



>> Biaya sewa mobil ukuran kecil selama 7 hari perjalanan sekitar 530 dolar AS. Pilih yang ada fasilitas GPS. Dengan GPS, kita tahu seberapa jauh dan lama perjalanan akan ditempuh. Tidak perlu SIM internasional karena SIM Indonesia ditulis dengan huruf roman dan di atasnya sudah tertulis ‘Driving Licence’. Patuhi rambu lalu lintas dan jangan sekali-kali minum alkohol sambil menyetir. Rambu lalu lintas di Selandia Baru mudah dimengerti.

>> Aplikasi online TripAdvisor cukup membantu dalam mengorganisasi wisata. Lewat aplikasi ini, kita bisa mendapatkan info hotel, restoran, dan tempat-tempat menarik yang patut dikunjungi berdasarkan ulasan-ulasan dan rating dari traveler lain. Untuk menghemat waktu, siapkan jadwal perjalanan dan booking hotel secara online dari Indonesia.

>> Perkiraan biaya liburan untuk 10 hari sekitar 60 juta rupiah. Biaya terbesar adalah tiket pesawat (4.000 dolar AS untuk dua orang) untuk rute Jakarta – Singapura –Auckland – Christchurch – Auckland – Singapura - Jakarta.

>> Untuk menghemat biaya, service apartment bisa menjadi pilihan sehingga bisa memasak dan mencuci baju sendiri. Hotel-hotel  di New Zealand umumnya tidak menyediakan makan pagi.

Mia Salim  (Kontributor -  Jakarta)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?