Travel
Rio de Janeiro: Tampan & Seksi

6 Jul 2011

Rio de Janeiro, kota kedua terbesar di Brasil setelah São Paulo, terkenal dengan pantai-pantainya yang indah. Masyarakatnya juga terkenal senang berpesta dan berdansa. Kota yang dalam benak saya,  Nia Leroy-Jelantik, menawarkan kegembiraan dan daya tarik yang tak ada habisnya.

Sugarloaf, Bongkahan Batu Raksasa
Rio de Janeiro berarti Sungai Bulan Januari. Nama ini diberikan oleh pelayar Portugis saat pertama menemukan Teluk Guanabara pada tahun 1502. Di teluk itu pula, dia menemukan sebuah bukit batu granit setinggi 395 meter, yang kini menjadi salah satu tujuan wisata utama di Rio. Karena bentuknya menyerupai gula batu, bukit tersebut dinamai Pão de Açúcar (Sugarloaf).

Untuk menuju puncak Sugarloaf, ada kereta gantung yang dapat menampung hingga 75 penumpang. Dengan membayar tiket sekitar 22 dolar AS (Rp198.000) per orang, kami dapat melihat pemandangan Rio 360 derajat. Saat kereta gantung menanjak, pemandangan pelabuhan di kaki Sugarloaf mulai tampak. Perahu-perahu layar menghiasi teluk, taman-taman kota yang indah memberi kesejukan di antara gedung-gedung pencakar langit yang berjejer rapi menghiasi sisi pantai dan kaki bukit.

Setelah lima menit, kami sampai pada pemberhentian pertama, Morro de Açúcar. Bukit batu ini tingginya 220 meter. Dari bukit ini kami dapat melihat Sugarloaf yang menjulang tinggi. Dari jarak dekat, jelaslah bagi kami mengapa bukit batu granit ini begitu terkenal. Bukit ini terbentuk dari sebuah batu granit utuh. Sungguh menakjubkan melihat bongkahan batu sebesar dan setinggi itu!

Kami naik kereta gantung berikutnya menuju puncak Sugarloaf. Dari sana kami dapat melihat pantai-pantainya yang tersohor. Di sisi sebelah tenggara, pasir putih Pantai Copacabana terhampar sepanjang 4,5 km, diteruskan oleh Pantai Ipanema dan Pantai Leblon.

Di sebelah utara, kami dapat melihat seluruh wajah Teluk Guanabara. Di situ terdapat puluhan pulau kecil yang menghiasi birunya air teluk dan Jembatan Nitéroi yang membelah dua Teluk Guanabara sepanjang 100 km. Jembatan ini merupakan pintu penghubung antara Rio dan Nitéroi. Sementara di sebelah barat, laguna Rodrigo de Freitas memisahkan wilayah pegunungan dan wilayah pantai. (f)


Menuju Puncak Corcovado
Gunung Corcovado merupakan puncak gunung tertinggi di Rio. Untuk mencapai puncak, ada dua alternatif. Pertama, naik taksi, bus, atau kendaraan pribadi. Kedua, dengan menaiki kereta antik dari Stasiun Corcovado.
Pilihan kami jatuh pada kereta antik bersejarah. Pembangunan stasiun dan rel kereta dimulai tahun 1884 sebagai sarana transportasi bagi para pekerja selama konstruksi pembuatan patung Christ the Redeemer dan juga sebagai sarana pengangkutan berbagai material bangunan.

Disediakan 4 kereta yang masing-masing memiliki dua gerbong. Tiap kereta dapat menampung hingga 360 penumpang. Kami tidak perlu menunggu terlalu lama, karena pemberangkatan dilakukan setiap 30 menit. Perjalanan menuju puncak Corcovado yang berjarak 3,8 km dari stasiun dimulai dengan  melewati perumahan penduduk, disusul oleh rimbunnya pepohonan Hutan Tijuca.

Setelah 20 menit perjalanan, tibalah kami di stasiun. Untuk menuju patung Christ the Redeemer, kami harus naik 225 anak tangga. Sepanjang perjalanan melalui anak tangga, terdapat beberapa toko suvenir dan kantin. Kami pun makan siang sambil menikmati pemandangan hijau Hutan Tijuca.

Sesampainya di puncak, kami dapat melihat patung Christ de Redeemer berdiri kokoh setinggi 38 meter. Patung ini memandang jauh ke depan, dengan kedua tangannya yang terbuka lebar, seolah tengah memberkati dan melindungi Rio. Kami juga dapat melihat seluruh wajah kota, hijaunya Hutan Tijuca, laguna cantik di tengah kota, pantai-pantai dengan pasir putihnya yang menggoda, gedung-gedung pencakar langit yang memadati pusat kota, hingga puluhan favela, perumahan kumuh khas Rio. (f)


Hutan Urban Tijuca
Kami mengekplorasi Hutan Tijuca, setelah memandangnya dari kejauhan. Hutan Tijuca adalah hutan di tengah kota yang terbesar di dunia. Karena itu, hutan ini disebut hutan urban. Dengan luas area hutan yang 32 km², hutan ini menjadi rumah ratusan jenis flora dan fauna yang dilindungi. Kami berangkat bersama beberapa turis lain menuju Tijuca dengan mobil Jeep beratap terbuka. Hanya dalam waktu 15 menit, kami sudah tiba di pintu gerbang hutan.

Sejarah Hutan Tijuca dimulai pada pertengahan abad ke-19. Pada masa itu, Rio mengalami kelangkaan sumber air, sebagai akibat dari meluasnya perkebunan kopi. Penguasa masa itu memutuskan melakukan penghijauan hutan, serta melarang pembangunan rumah di wilayah hutan. Setelah menjadikan hutan ini sebagai wilayah hutan lindung, masalah menipisnya sumber air pun terpecahkan.

Rimbunnya dedaunan memberikan kesejukan dan kami dapat mendengar kicauan burung serta sesekali riuh suara monyet yang bermain di antara dahan pepohonan. Hutan ini sangat bersih terawat. Kami menyempatkan diri untuk menikmati keindahan air terjun di dalam hutan. Airnya yang jernih menerpa bebatuan dan mengalir membelah hutan.
Kami juga tracking menembus hutan, berjalan kaki menyusuri sungai kecil di antara pepohonan menjulang tinggi. Tak terasa sama sekali bahwa kami hanya beberapa menit jauhnya dari hiruk pikuk metropolitan. (f)


Berlayar ke Angra dos Reis
Kami juga mengunjungi Kepulauan Angra dos Reis, yang artinya wilayah kepulauan para raja. Wilayah ini sangat terkenal dengan keindahan pantai dan 365 pulau kecil yang memenuhi Teluk Angra dos Reis. Jaraknya sekitar 150 km dari kota. Setelah dua jam perjalanan dengan bus wisata, tibalah kami di pelabuhan Kota Angra dos Reis. Pelabuhan ini dipenuhi perahu-perahu tradisional nelayan yang berjajar rapi di sepanjang marina. Di ujung marina, telah menanti sebuah kapal layar tradisional yang siap membawa kami berkeliling menikmati keindahan teluk.

Segera setelah perahu mulai berlayar, musik ingar-bingar memenuhi suasana kapal. Para turis lokal pun mulai melenggak-lenggokkan badan mengikuti alunan musik. Bagi penduduk Brasil, berdansa memang telah mendarah daging. Sepanjang perjalanan, mereka nonstop bergoyang dan bernyanyi. Seru!
Pelayaran kami mengelilingi teluk di Angra dos Reis memerlukan waktu sekitar tiga jam. Kami disuguhi pemandangan puluhan pulau kecil yang dihiasi pantai pasir putih. Kami juga singgah di beberapa pulau untuk menikmati kesegaran air laut dan menyusuri pantai dengan pasirnya yang lembut. (f)


Copacabana & Girl from Ipanema
Benak saya ‘dipenuhi’ oleh melodi dua lagu bossa nova sangat terkenal, Copacabana dan Girl from Ipanema. Keduanya adalah juga nama pantai di Rio. Meski lagu Copacabana yang dipopulerkan oleh Barry Manillow ini sebenarnya bercerita tentang sebuah club terkenal di New York, nama club-nya sendiri jelas merujuk pada Pantai Copacabana. Terletak di pusat kota, setiap hari tempat ini diserbu ratusan ribu turis dari seluruh dunia.
Di sisi jalan raya Atlantica yang menyentuh pantai, dibangun trotoar cukup luas. Setiap beberapa ratus meter, terdapat kios-kios minuman segar dan makanan ringan. Pada akhir pekan, sepanjang pantai dipenuhi kursi-kursi pantai dan payung yang disewakan. Rasanya seluruh isi kota ‘tumpah’ di pantai!

Di samping trotoar, disediakan juga jogging track dan jalur khusus skateboard. Warga Rio sangat suka olahraga. Setiap sore, jalur ini padat oleh orang yang jogging dan skateboarder. Di titik, kami juga melihat banyak sekali lapangan voli pantai dan beberapa pos khusus yang disediakan pemerintah kota untuk berolahraga body builder dengan gratis.    

Hotel kami terletak di pinggir pantai yang bersentuhan dengan Pantai Ipanema, pantai yang menjadi pusat berkumpulnya orang muda. Untuk menuju Ipanema, kami tinggal berjalan kaki. Pantai Ipanema dikembangkan menjadi daerah wisata setelah Pantai Copacabana, sehingga hotel-hotelnya tampak lebih modern dan lebih muda. (f)


Menimbang Piring Saji
Dua blok dari pantai, terdapat sebuah jalan yang dipadati beragam restoran, toko, dan pusat perbelanjaan. Saat makan siang adalah waktu yang kami tunggu-tunggu. Ada dua jenis tempat makan di Brasil. Yang pertama, restoran. Standar porsi makanan di sana cukup besar, rasanya satu porsi untuk dua orang sudah lebih dari cukup.

Tipe kedua adalah buffet à peso, yang artinya makanan yang ditimbang. Pertama kali kami menemukan tempat makan sejenis ini adalah saat kami jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan di area Botafogo, Shopping Rio Sul, tidak jauh dari Pantai Copacabana. Di area kafetaria, saya tertarik melihat kerumunan pembeli sedang menimbang piring makanan mereka di depan kasir. Baru pertama kali saya melihat pembayaran makanan dengan cara seperti itu.

Menurut suami saya, di negara Angola, dia juga pernah makan di restoran seperti itu. Angola adalah negara Afrika yang berbahasa Portugis, karena negara itu juga merupakan negara bekas jajahan Portugis, seperti halnya Brasil. Mungkin, pembayaran makanan dengan ditimbang adalah salah satu warisan peninggalan Portugis.
Akhirnya buffet à péso menjadi tempat favorit saya, karena memberikan kebebasan bagi kami menentukan jenis makanan kesukaan dan porsi yang sesuai dengan kemampuan perut masing-masing. Di buffet à péso, makanan disajikan secara prasmanan. Harga per 100 gram,  antara 3 – 4 real (Rp16.000 - Rp21.000), belum termasuk minuman. Sementara, rata-rata timbangan piring saya adalah 500 gram, yakni sekitar Rp70.000 – Rp100.000, cukup ekonomis untuk ukuran Rio de Janeiro. (f)


TIP:
  1. Harga tiket Jakarta – Rio de Janeiro antara 1.600 – 3.500 euro (Rp20 juta - Rp43 juta). Makin awal memesan tiket, makin murah harganya.
  2. Musim panas di Rio dimulai pada November hingga April. Jika ingin menyaksikan meriahnya karnaval Rio, maka datanglah pada awal bulan Maret.
  3. Jangan ragu menggunakan kendaraan umum agar liburan lebih ekonomis dan dapat berinteraksi dengan penduduk lokal. Sayangnya, tak banyak warga yang berbahasa inggris. Jadi, bersiap-siaplah menggunakan  bahasa tarzan.
  4. Pengurusan visa dilakukan online di http://www.brazilembassy.or.id.
  5. Jangan lupa untuk melihat penjual bikini keliling yang unik di sini.

Nia Leroy-Jelantik (Kontributor - Prancis)
Foto: Dok. pribadi



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?