Travel
Petualangan di Middle Earth

7 Feb 2013


Berlibur ke luar negeri di akhir tahun tidak berarti harus bertemu salju di Eropa. Terbang ke selatan, dan nikmati musim panas terindah di Negeri Kiwi.  Argarini Devi mengunjungi Auckland dan Queenstown, New Zealand, selama 8 hari, atas undangan Auckland Airport.

Dulu, orang hanya mengenal New Zealand sebagai penghasil wol dan susu terbaik di dunia. Padahal, banyak hal lain tak kalah menarik dari tempat itu. Dari gaya hidup kosmopolitan, seperti shopping, makan enak dan menyesap wine lezat, aktivitas outdoor, keindahan alam, hingga berkunjung ke lokasi pembuatan trilogi The Lord of The Rings yang dikenal dengan Middle Earth, bisa Anda lakukan.

Apalagi kalau Anda berkunjung antara bulan Desember hingga April, karena meski matahari bersinar terik, langit biru tanpa awan, udara tetap terasa sejuk. Tak perlu repot membawa jaket tebal pengusir dingin.



Auckland
Metropolitan Hijau

Lelah akibat penerbangan selama 10 jam dari Singapura langsung lenyap begitu merasakan segarnya udara Auckland, salah satu kota besar dan tujuan utama di North Island, New Zealand. Sebagai kota terbesar di New Zealand,  Auckland memang jadi tujuan pertama wisatawan asing.  Auckland yang luasnya sekitar 1,086 km², dihuni oleh sekitar 1,7 juta penduduk. Tak mengherankan, meski kota metropolitan, Auckland tidak terasa padat dan bising. Gedung pencakar langit, pemandangan menakjubkan, taman kota dan hijaunya pepohonan, pelabuhan, makanan dari berbagai bangsa, wine lezat, bahkan Anda juga bisa bungy jumping dengan lompat dari Sky Tower yang ketinggiannya mencapai 92 m.




Desa Matakana
Luangkan waktu mengunjungi Desa Matakana yang cantik, sekitar 40 menit ke selatan Auckland. Tiap Sabtu pagi hingga siang hari, Matakana Village Farmers Market digelar oleh para petani lokal. Sekitar 20 petani menggelar dagangannya yang beraneka ragam. Sambil belanja dan makan, penduduk bisa menikmati keindahan sungai kecil di sisi pasar, dan sajian musik.




















Lunch di Winery

Makan siang kami kali ini di Brick Bay Winery, Warkworth, yang bisa dicapai sekitar 50 menit dari Auckland atau 10 menit dari Farmers Village. Menikmati platters segelas rose wine yang lezat di Glass House. Winery ini terkenal dengan wine-nya yang elegan, Pinot Gris, Rosé yang lezat, merah premiumnya, Pharos. Tak lupa sebelum makan, saya mengelilingi Brick Bay Sculpture Park di sekitar winery, yang menampilkan 45 art work yang tersebar di jalur sepanjang 2 km, yang menyatu dengan lingkungan sekitarnya.

Di Queenstown, saya menikmati lunch lezat di Amisfield Bistro, di sebuah winery terkenal, Amisfield Winery.  Winery yang telah beberapa kali memenangkan penghargaan ini hanya sekitar 5 menit dari Arrowtown, kota kecil di daerah Queenstown.

Amisfield Winery terkenal sebagai penghasil Pinot Noir di daerah Central Otago, white wine beraroma, hingga wine yang dibuat dengan metode tradisional. Amisfield memiliki pemandangan Danau Hayes yang indah, dikelilingi oleh ladang anggur, hingga keindahan dari Coronet Peak yang menjulang.




Makan Enak & Mewah Di Selandia Baru


Rata Restaurant.

Resto milik Josh Emmet, juri Masterchef New Zealand, dan juri bintang tamu di Masterchef Australia ini jadi tempat hang out sosialita Selandia Baru  khususnya yang di Queenstown. Sebagai chef yang pernah bekerja sama dengan chef kondang Gordon Ramsay selama 11 tahun, tak heran ia menyajikan Beef Wellington sebagai salah satu menu andalannya. Namun, tak berarti yang lain tak istimewa, karena   Pan Fried Snapper, Goat Cheese Profiteroles, dan Green Asparagus-nya luar biasa!

Euro
Simon Gault, juga salah satu juri Masterchef New Zealand, adalah pemilik resto Euro. Resto fine dining yang terletak di Viaduct, Auckland, ini selalu dipenuhi para sosialita New Zealand yang tentunya mencari makanan lezat. Menu utamanya? Cicipi  Chicken Risotto yang jadi andalan, serta Steak SG Choice from the Ageing Room (dari daging sapi yang sudah diawetkan selama sekitar 3 minggu). Rasanya lezat bukan main!

Fergburger
Ke Queenstown, jangan lupa makan burger dari Fergburger. Ukurannya yang jumbo dan rasanya yang lezat konon membuat banyak selebritas dunia khusus terbang dengan jet pribadi hanya untuk menikmatinya!  Makan malam yang menyenangkan, sambil duduk-duduk di pinggir danau.

Mantra
Rindu nasi dan kari? Saat di Queenstown, jangan lupa mampir di Mantra. Restoran India yang mungil dan cantik ini terletak di Arrowtown. Makanan yang disajikan oleh sang koki, Shammi, tak kalah dengan resto kelas satu.



Memicu Adrenalin Di Queenstown
Hanya butuh waktu sekitar 1 jam 30 menit terbang dari Auckland,  ke Queenstown. Kota yang luasnya sekitar 8.705 km² dan memiliki populasi (hanya) 17.000 jiwa ini terletak di tengah-tengah pegunungan di South Island di pinggir Danau Wakatipu. Bukit-bukit hijau, gunung-gunung bersalju, serta danau di mana-mana, membuat kita serasa berada di dalam kartu pos. Apalagi di sini saya menginap di Millbrook. Resort yang terkenal keasriannya.

Cuaca cerah saat itu seakan sengaja datang untuk memamerkan keindahan alam Extreme Sports Capital of The World ini. Di cuaca seperti inilah saatnya mencoba  aneka aktivitas outdoor yang memicu adrenalin.  Dari jet boating, off road dengan Land Rover, bungy jumping di lokasi bungy pertama di dunia, AJ Hackeet Bungy Kawarau Bridge,  hingga terbang dengan helikopter! Selama 20 menit kami terbang di atas Queenstown yang cantik. Naik heli ternyata cukup bikin deg-degan. Namun, rasa itu terbayar saat kami mendarat di atas gletser di puncak gunung, hingga piknik di tepi danau yang sembunyi di balik pegunungan es. 

Keindahan lain dari Queenstown adalah mendaki dengan skyline gondola ke puncak Bob's Peak. Disuguhi pemandangan indah Dana Wakatipu yang bersisian dengan Queesntwon. Saya meluncur dengan luge.



Mengintip The Hobbiton

Tak ingin ketinggalan kehebohan The Hobbit: An Unexpected Journey yang baru saja dirilis, saya ke The Hobbiton. Perkampungan The Hobbit atau The Shire yang dibuat untuk setting film The Lord of The Rings (TLOTR) ini terletak di Matamata, sekitar 2,5 jam dengan mobil dari Auckland. Setahun sebelum TLOTR, The Fellowships of the Rings, rilis 1999, angkatan bersenjata NZ dikontrak khusus untuk membangun jalan sepanjang 1,5 km menuju ke dan di area setting film, serta  membangun perkampungan The Hobbit itu. The Hobbiton yang pembangunannya memakan waktu sekitar 9 bulan ini   tetap dibiarkan apa adanya. Karena, selain digunakan lagi untuk trilogi The Hobbits, tempat ini dijadikan tujuan wisata para penggemar TLOTR.(AD)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?