Travel
Parade Rasa Dua Kota

7 Oct 2013


Setelah di beberapa edisi lalu femina mengulas tentang hutan maple, olahan icewine, dan ke kebun cranberry, Kanada masih menyisakan cerita dari sisi wisata kulinernya. Tidak perlu lagi blusukan hingga ke pinggiran kota untuk melihat lokasi industri ini, melainkan cukup berjalan-jalan di tengah kota Montreal (Quebec) dan kota Toronto (Ontario) yang sangat metropolitan. Resto hingga pasar makanan terlihat hidup, mengisi hari-hari sibuk kalangan urban.

DEMI SETANGKUP SMOKED BEEF SANDWICH



Saat mendapat free time di antara ketatnya tugas peliputan kuliner hari terakhir di Kanada, Oktober lalu, saya sempatkan berjalan kiloan meter jauhnya untuk icip-icip smoked beef sandwich di Schwartz’s Montréal Hebrew Delicatessen. Seorang imigran Rumania, Reuben Schwartz, merintis deli-resto ini di tahun 1928. Kabarnya, tahun lalu Schwartz’s beralih kepemilikan ke diva Kanada, Celine Dion.

Tempat legendaris ini terbagi dalam dua ruko bersisian yang berfungsi sebagai area dine in dan take away. Selain sandwich kosher-nya yang terkenal, kabar tentang antreannya juga santer! Walau mengira datang kepagian, saya tetap terjebak dalam antrean take away. Di tengah rute antre, sebutkan pesanan Anda ketika tiba di bagian grill. Baik itu sandwich isi smoked meat (terfavorit), smoked chicken, atau salami. Sesampainya di bagian kasir, petugas hanya menerima pembayaran, bukan pesanan mendadak. Saya, sebagai ‘orang baru’ tak menyadari ini, dan menyebut (sambil setengah memelas) ingin setangkup smoked meat sandwich. My lucky day, petugas kasir tak berteriak kepada saya dan ‘berbesar hati’  menyerahkan sandwich milik tamu berikutnya.

Smoked beef-nya ternyata sangat aromatik, dengan serat-serat daging beralur nyata, namun lembut saat dikunyah. Olesan mustard yang kecut berjasa sekali, karena bagi saya, rasa daging ini relatif ‘heavy’, terlebih porsinya besar. Sandwich ini saya makan sedikit demi sedikit, menemani hingga saya mendarat di bandara Schiphol, Amsterdam! 

Bumbu kering dengan racikan rahasia turut dijual di deli (di kemasan cuma tertera ‘spices, salt, palm oil’). Di tengah ‘kerahasiannya’, saya cuma bisa mencium kuatnya aroma peppercorn.  Mau coba hadirkan smoked beef ala Schwartz’s di rumah? Aaahhh, sulit punya kesabaran memeram daging sapi dalam balutan rempah ini selama 10 hari ala Schwartz’s!

Alamat: 3895 St. Laurent Boulevard, Montreal, Quebec

Tip: Daging dalam versi smoked-nya bertahan lama. Beli banyak sebagai stok sandwich sehari-hari.


WISATA SUPERMARKET



Tak repot membawa jalan-jalan turis yang hobi masak. Cukup sertakan pasar basah atau supermarket dalam itinerary-nya. Di pusat kota Montreal, tak jauh dari hotel tempat saya menginap, berdiri supermarket keren Fou d’Ici. Supermarket ini merangkai produknya atas kurasi ketat Christina Nacos, salah satu pemilik. Ada produk pilihan Kanada seperti CM Chocolatier, dan juga beberapa merek impor, seperti Kusmi Tea (tea blend gaya Rusia, produksi Prancis). Oh ya, CM itu akronim dari Christophe Morel, chef cokelat terkenal di Kanada. Tak sampai lima menit, produk CM Chocolate Bar Madagascar dan CM Éclats aux Pacanes segera masuk ke keranjang belanja saya.

Sebanyak tiga perempat produksi keju Kanada dihasilkan di Quebec. Karena ini, Christina tentunya menjual sabotte de blanchette. Goat cheese ini saya rasa enak disantap begitu saja, menemani segelas sauvignon blanc.
Fou d’Ici tidak besar, tapi Anda bisa ‘terjebak’ berjam-jam di dalamnya. Rasa-rasanya sejuta resep langsung terangkai di otak, terpicu oleh menggiurkannya bahan makanan di sini.

Pengundang juga memperkenalkan kami dengan Loblaws, supermarket dengan jaringan raksasa se-Kanada. Masuk ke Loblaws saya gambarkan seperti anak kecil yang dilepas ke toko permen. Lahannya yang gigantis, leluasa berkat langit-langit tinggi, menyatukan rak-rak bahan makanan, food court senyaman kafe, dan bagian-bagian kecil bakery, wine section, hingga charcuterie. Benar-benar ‘wisata’ supermarket!                                                    


“Anda harus mencoba President’s Choice, lini bahan makanan yang diedarkan oleh Loblaws. Seri Black Label Collection adalah yang terpremium,” saran Jennifer Hannam dari Ontario Ministry of Agriculture-Food and Rural Affairs. Saya membeli produk Walnut Oil dan Truffle Flavor Glaze. Oleh-oleh unik untuk para teman chef.

Sebagian besar produk yang dijual di sini sealiran dengan Fou d’Ici, yakni terdiri atas bahan-bahan artisan, seperti produk organik maupun jenis-jenis bahan yang sangat spesifik. Pembeli pun dimanjakan dengan kemasan yang modern. Jika tak ingat kapasitas bagasi, dan bumbu dapur hasil buruan dari destinasi lain yang masih teronggok di lemari, mungkin saya sudah ‘belanja bulanan di sini’!

Alamat: 360 de Maisonneuve West, Montreal, Quebec (Fou d’Ici); sementara Loblaws tersebar di seluruh Kanada

Tip: Walau tergiur dengan kemasan bumbu garam masala di sini, justru jatuhkan pilihan pada produk lokal, supaya Anda bisa mendapatkan produk yang benar-benar unik, khas Kanada.


ICIP-ICIP DI ‘BUTIK’


Takut rugi naik taksi karena merasa tak bisa meresapi keunikan lanskap kota, saya memutuskan berjalan kaki menuju Suite 88 Chocolatier. Setiba di sini, saya memesan chili-chocolate gelato, mengobati ngos-ngosan. Ruangannya rapi dan apik, serba putih dengan display lemari kaca ala toko perhiasan, mengingatkan saya akan cabang terbaru toko kue Harvest di Kemang Village, Jakarta Selatan. Di Jakarta, jauh sebelumnya pula Huize van Wely mengadopsi gaya ala toko perhiasan ini. Jadi, untuk melihat koleksi cokelatnya, Anda harus ‘melongok’ ke bawah, bukan melihat pada eye level seperti rak pajang  konvensional. 

Semua orang tahu bahwa biji cokelat tumbuh di negeri tropis. Perbedaannya adalah di negara mana biji-biji cokelat itu akan terbang dan selanjutnya diolah. Suite 88 Chocolatier memasok olahannya dari Prancis, Swiss, dan Belgia. Chef Ashley Mosca lantas meraciknya dalam resep-resep lezat di sini.

Yang unik adalah seri Mosaiques. Chocolate praline ini dicetak bentuk dadu dan permukaannya bermotif. Ada juga seri Domes, chocolate praline berbentuk kubah kecil. Saya terkesan dengan Gianduja Domes-nya, yakni hazelnut ganache berisi cokelat pahit pekat. Seri yang lain adalah Diamants Bruts, ragam kacang almond salut cokelat. Yang tak sempat saya cicip adalah waffle-nya yang kabarnya juga dipujikan.

Alamat: 1225 de Maisonneuve West, Montreal, Quebec

Tip: Nikmati sensasi cake dan es krimnya, lalu jatahkan chocolate praline untuk dibawa pulang. Selain kurang cocok jadi camilan nongkrong, cokelat ini dikemas ekslusif!



MAKAN TANPA KETEMU CHUCK HUGHES


Di salah satu sesi makan malam, saya bersama rombongan wartawan dari beberapa negara habis-habisan makan seafood di resto Garde Manger.  Saya mencoba Lobster Poutine yang dipesan Irin Rerksasarn, penulis kuliner majalah Food Stylist-Thailand. Enak! Poutine sendiri adalah kentang goreng berlumur keju-gravy khas Quebec yang gampang ditemui di seantero Kanada. Poutine melebihi popularitas french fries ala Amerika, dan dijual di jaringan cepat saji seperti McDonald’s, A&W, hingga Burger King, dan juga di pinggir jalan.

 Resto ini full house tiap malam! Bukan karena milik chef Chuck Hughes yang kesohor lewat program televisi Chuck’s Day Off, tapi lebih karena orang Kanada sangat menikmati dinner di luar rumah, layaknya orang Eropa. Memang, nyaris semua resto/bistro yang saya lewati penuh selama dinner. Warga bisa berlarut-larut menikmati wine dan makanan besar, lantas pulang sangat larut. Berbeda dengan keriuhan street food di Asia, atmosfer resto di Barat memang tak terdeteksi dari luar, dikarenakan tipikal bangunan tua yang menghangatkan tamu-tamu di dalamnya. Suasananya baru terlihat dari balik jendela resto. Temaran lampu yang kuning-romantis, diwarnai muka-muka girang para penikmat makan yang penuh-sesak.

Sajian Garde Manger tertera di papan tulis. Tidak seperti resto gaul di Jakarta yang melakoni ini karena gaya-gayaan, resto di negara 4 musim memang umumnya tak punya buku menu tetap, demi mengurangi kerepotan mencetak buku menu per musimnya.

Kami menikmati oyster, scallop, kepiting, dan udang besar. Dimasak minimalis, menonjolkan kesegaran seafood dari perairan Kanada. Keindahan rasanya justru bermain pada ragam dipping. Makanan lainnya tergolong comfort food.

Resto ini tidak murah tapi jelas seafood heaven. Oh ya, bagian ini saya embeli-embeli ‘Tanpa Ketemu’ karena bagi banyak orang Indonesia, jauh-jauh ke resto beken tanpa bisa ketemu dan foto bareng celebrity chef adalah pengalaman setengah merugi, hahaha!

Alamat: 408 Rue St. Francois Xavier, Montreal, Quebec


Tip: Lakukan reservasi. Tahan keinginan untuk foto-foto seperti turis kagetan jika tak mau terlihat aneh di tengah tamu-tamu lain yang khidmad menikmati makan!



PASAR LEGENDARIS



Di kota Toronto, saya diperkenalkan dengan Bruce Bell, kolumnis sekaligus sejarawan kota. Butuh guide dengan keahlian sepertinya untuk menerangkan sisi historikal St.Lawrence Market, sebuah pasar permanen di bekas city hall yang berdiri tahun 1850, St. Lawrence Hall.
Di tahun 2012, National Geographic menyebut pasar makanan yang berlokasi di jantung Toronto itu sebagai salah satu yang terbaik dunia. Sebanyak 111 kios tersebar di dua lantai pertama. Lantai teratas adalah The Great Hall, disewakan untuk pernikahan dan lokasi syuting. Bayangkan betapa rapinya pasar makanan ini kan, sampai acara sesakral pernikahan bisa berlangsung di gedung yang sama?
    Di basement, kios-kios dimiliki oleh ragam warga keturunan (bangsa apa saja?). Merekalah yang berjasa menghadirkan makanan bagi rakyat multikultur yang membentuk Kanada masa kini. Di Yianni’s Kitchen, warga keturunan Yunani sarapan roti xxxxxxxxx hingga makan souvlaki (semacam satai daging) selepas ngantor. Selain kios sushi, ada juga kios produk organik tanah Spanyol, milik keluarga Manotas. Sementara itu, Ukranian Store Dnister jadi pelarian imigran Ukraina untuk kenyang. “Kios ini, seperti kios lainnya, dimiliki secara turun temurun. Kobassa bikinan Maria Pityk enak, lho!” seru Bruce. Memang, seperti orang Jerman, orang Ukraina (dan Polandia) tak bisa lepas dari kobassa, alias sosis!
Tak disangka, sebagian lahan dari basement ini dahulunya penjara. “Beberapa borgol-borgol besi sengaja tak dicopot dari dinding, sebagai bukti sejarah,” sebut Bruce, sambil menunjukkan barisan borgol tangan tua pada sebilah dinding.
Di lantai atas, pengunjung ngantre di kios Carousel Bakery, untuk membeli peameal bacon sandwich. Di kios berumur 30 tahunan inilah peameal dimasak dalam salah satu versi terbaiknya se-Toronto. Peameal sandwich adalah makanan terpopuler setelah poutine. Mau ditangkup dalam gaya panini atau roti putih biasa, berlumur keju atau tidak, orang Kanada tetap cinta peameal sandwich. Dagingnya sendiri adalah peameal bacon, daging babi yang telah diperam dan dilapisi tepung jagung sebagai pengawet dan penambah rasa. Saat dimatangkan, lapisan tepung ini renyah. Warga juga bisa beli dagingnya di banyak kios daging di pasar ini.
Di lantai tiga, ada lahan demo masak bernama Miele Kitchen. Berkesan homey, karena perabot canggih serba stainless steel ini bersatu dengan struktur ruang yang klasik, lewat dinding bata ekspos dan langit-langit tinggi. Kerennya lagi, sebelah bagiannya tak berdinding, sehingga Anda bisa melihat riuhnya pasar di bawah. Siapa-siapa saja pendemo yang bakal tampil, semua terinfokan dengan rapi pada laman St.Lawrence Market.
Alamat: 92-95 Front St. East, Toronto, Ontario

Tip: Patut icip peameal sandwich, belanja aneka bumbu mustard, icewine, dan ragam olahan sirop maple.

(TRIFITRIA S. NURAGUSTINA
)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?