Travel
Nottingham dan Legenda Sang Pencuri

8 May 2015


Kota Nottingham dikenal dunia sebagai kampung halaman Robin Hood, seorang pencuri yang mencuri dari orang-orang kaya dan membagikan hasilnya kepada mereka yang membutuhkan. Kisahnya yang begitu melegenda membuat saya, Ratih Janis, merasa perlu mampir ke sana musim gugur tahun lalu, ketika saya road trip keliling Inggris bersama keluarga. Apalagi, posisi Nottingham berada di tengah rute perjalanan kami dari Edinburgh menuju London. Di sana, saya menyaksikan sebuah kota yang menjadi ‘hidup’ berkat imajinasi tentang sang legenda.


Pesta Rakyat Tahunan
Keberadaan Robin Hood memang masih menjadi misteri. Apakah tokoh ini pernah benar-benar ada atau ia hanya merupakan perwujudan aspirasi dari ribuan rakyat jelata di Inggris pada abad pertengahan? Yang jelas, selama ratusan tahun ia menjadi simbol dan figur kebebasan rakyat di Inggris.

Saya menemukan sebuah hotel di Derby, sebuah kota yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Nottingham dan masih searah dengan rute perjalanan. Banyak sekali tempat yang diasosiasikan dengan Robin Hood di Nottingham. Bahkan, ada tur yang menawarkan napak tilas perjalanan Robin Hood di kota itu. Namun, keterbatasan waktu dan pertimbangan si kecil yang mungkin akan bosan, saya pun mengurungkan niat dan memilih beberapa titik saja untuk dikunjungi di Nottingham.

Pemberhentian pertama saya adalah Nottingham Castle, konon tempat duel terakhir antara Robin Hood dengan Sheriff of Nottingham. Tempat yang memiliki nama populer Castle Rock ini karena berdiri di atas tebing setinggi 40 meter, dan merupakan sebuah benteng besar dan dulu sesekali ditinggali anggota kerajaan.

Menurut sejarah, tahun 1194 King Richard menyerang kastil tersebut untuk merebutnya dari Prince John dan para pendukungnya, termasuk Sheriff of Nottingham. Tahun 1330, Sir Roger de Mortimer yang memiliki affair dengan Queen Isabella juga ditangkap di sini oleh pendukung King Edward III, melalui terowongan Mortimer’s Hole yang menembus sampai ke tengah kota dan masih dapat ditelusuri sampai sekarang.Tahun 1831, rumah bangsawan yang ada di sana dijarah dan dibakar massa pemberontak. Baru kemudian setelah direnovasi, pada tahun 1878 kastil dibuka kembali oleh Prince of Wales.

 Biasanya, tur memilih tempat ini sebagai titik awal, karena di halaman depan kastil berdiri patung Robin Hood yang merupakan salah satu tempat populer bagi turis untuk mengambil foto-foto dan berlalu meneruskan perjalanan. Tapi, hari itu ada sebuah perayaan yang menjadi tradisi masyarakat lokal, yaitu Robin Hood Pageant. Tiap tahunnya perayaan ini diadakan di akhir bulan Oktober. Segeralah saya masuk ke antrean yang cukup panjang untuk membeli tiket masuk ke acara itu. Kabarnya, ada sekitar tujuh ribuan orang yang datang ke sana.

Sepertinya kastil ini dipilih sebagai venue untuk menghilangkan kesan tirani para bangsawan seperti yang selalu diceritakan dalam kisah Robin Hood. Kini kastil yang memiliki sejarah panjang itu telah berubah fungsi menjadi galeri, museum, dan tempat hiburan bagi masyarakat, tidak peduli apakah mereka bangsawan atau rakyat jelata.
Di dekat gerbang kastil ada seorang pria berkostum Robin Hood, sibuk membagikan topeng kertas bergambar Robin Hood untuk anak-anak. Ketika masuk ke tempat utama karnaval, saya melihat halaman dengan banyak pohon besar yang telah disulap menyerupai alun-alun desa pada abad pertengahan. Berbagai detail di  tiap sudutnya  makin menambah suasana menjadi nyata. Rasanya seperti sedang melintasi gerbang waktu.


Perlombaan Memanah

Bukan hanya si kecil, saya dan suami pun sangat menikmati pengalaman ini. Kami mengunjungi hampir semua tenda yang didesain secara khusus untuk acara ini. Banyak sekali aktivitas lain yang dapat dilakukan di desa itu. Kita juga dapat menerbangkan burung elang, menyaksikan sulap, memanah, bermain pedang, membuat ramuan ajaib untuk membuat ‘emas’, dan berbagai hal lainnya selain berbelanja berbagai suvenir.

Di sana, kami juga bertemu dengan para pengisi acara yang memakai kostum abad ke-12 dan bertingkah laku sesuai dengan karakter-karakter yang lazimnya ditemui dalam dongeng Robin Hood. Mereka benar-benar serius dalam memainkan perannya. Kalau boleh ikut bermain peran, saya akan memilih untuk menjadi King Richard I, yang kerjanya duduk di singgasana dan menerima tamu yang sebagian besar adalah anak-anak. Tamu yang datang harus bersedia untuk berlutut ketika menghadap raja dan baru boleh berdiri setelah dipersilakan.

Jalan masuk ke tenda dijaga oleh para pengawal raja yang selalu memasang wajah serius sambil memegang erat tombak atau pedang mereka. Inilah peran yang tampaknya akan saya hindari karena para pengawal itu benar-benar diam dan berdiri sepanjang acara.

Setelah mengelilingi area tenda, saya menemukan di salah satu sudut sedang berlangsung perlombaan memanah yang diikuti Robin Hood yang hadiahnya akan diserahkan oleh Marian, kekasihnya. Semua pemeran utama tidak ketinggalan dalam acara itu. Namun, jangan dibayangkan para pemeran yang ada di sana serupa dengan para aktor dan aktris Hollywood. Hilang sudah harapan saya akan bertemu dengan kembaran Kevin Costner atau Russell Crowe, karena pemeran Robin ini sama sekali tidak mirip mereka.

Kami bertiga mengambil tempat duduk yang tersedia dan menikmati jalannya drama teaterikal yang cukup seru. Pertunjukan dibagi dalam beberapa sesi dan ditutup dengan aksi jousting, yaitu adu tombak sambil berkuda dan permainan api. Sayangnya, saya sekeluarga hanya sempat menyaksikan sebagian pertunjukan karena udara dingin sudah membuat perut kami  lapar.

Untungnya, di pinggir lapangan terdapat beberapa food truck yang menyediakan jajanan khas lokal yang dapat disantap sebagai pengganjal perut, seperti cheeseburger, coffee and toasties, dan yang paling ramai dan menjadi favorit adalah hog roast, yaitu babi guling khas Inggris. Melihat alternatif yang ada, pilihan saya jatuh pada yang netral saja dan dapat dimakan saya sekeluarga, yaitu cheeseburger lengkap dengan chips alias kentang goreng.

Setelah jajan, kami menuju ke rumah bangsawan yang digunakan sebagai museum dan galeri seni. Di sanalah tempat sebagian besar koleksi seni rupa dan dekoratif Nottingham disimpan. Hanya museum resimen yang sempat kami kunjungi pada hari itu. Koleksi yang ada di dalamnya berupa seragam dan kisah mengenai resimen The Sherwood Foresters, yaitu pasukan infantri dari Nottinghamshire dan Derbyshire yang sudah terbentuk sejak sebelum Perang Dunia I.

Hal yang tidak biasa saya temukan di museum itu adalah sebuah pengumuman untuk menemukan tikus yang ‘bersembunyi’ di koleksi museum. Ide ini merupakan permainan yang menarik dan membuat penasaran, namun saya tidak beruntung untuk menemukan tikus itu.


Hilir Mudik di Kota Kecil

Nottingham menyimpan banyak kisah dan tempat menarik. Mulai dari sastrawan terkenal seperti DH Lawrence dan Lord Byron, sampai Notts County, sebuah klub sepak bola tertua yang dibentuk tahun 1862. Kota ini juga sempat menjadi pusat manufaktur renda pada masa Revolusi Industri. Ibuprofen atau obat pereda rasa sakit dan nyeri juga ditemukan oleh Dr. Stewart Adams dari Nottingham.

Nottingham juga sempat menjadi ‘rumah’ salah satu pahlawan super, yaitu Batman. Wollaton Hall and Park seluas 5 hektare yang berfungsi sebagai Nottingham Natural History Museum, Nottingham Industrial Museum, dan venue untuk acara outdoor berskala besar digunakan sebagai lokasi Wayne Manor dalam film The Dark Knight Rises (2012).

Di Inggris, Nottingham merupakan salah satu destinasi wisata utama yang cukup ramai. Jadi, sebenarnya cukup banyak variasi tempat makan yang tersedia untuk wisatawan. Banyak tempat makan yang menyajikan makanan asli Inggris yang patut dicoba. Pilihan kami jatuh pada restoran Asia all-you-can-eat yang terletak tidak jauh dari gedung parkir di pusat kota. Ternyata makanan asli Inggris bukanlah menu favorit saya. Untung ada May Sum, restoran yang menyajikan makanan Asia, mulai dari ala Malaysia, Thailand, Cina, hingga Jepang dengan semboyan ‘Honour your hunger’.

Setelah makan, suami mengajak saya bersama si kecil yang sudah kembali ceria untuk berjalan-jalan di pusat kota. Nottingham merupakan salah satu destinasi belanja yang direkomendasikan setelah London dan Birmingham. Kami melewati pusat perbelanjaan yang cukup ramai, di mana terdapat banyak  toko barang bermerek baik lokal maupun internasional. Salah satunya Paul Smith, brand terkenal di dunia fashion yang ternyata berasal dari sana.

Sambil berjalan, terlihat hilir mudik bus dan tram yang melintas dengan teratur. Tidak heran jika Nottingham mendapatkan penghargaan untuk sistem transportasi umum terbaik di Inggris. Saya pun baru tahu bahwa ternyata lampu lalu lintas pertama kali digunakan untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas di Nottingham oleh seorang murid SMU bernama John Peake Night pada tahun 1866.

Dalam beberapa menit saja kami tiba di Old Market Square yang merupakan salah satu alun-alun terbesar di Eropa. Tempat ini cukup penting untuk masyarakat setempat. Awal Nottingham Goose Fair pun diadakan di sini. Di masa lampau, ribuan angsa dibawa dari Lincolnshire untuk dijual di Nottingham menjelang Natal. Tradisi ini menjadi penanda dimulainya ajang jual-beli binatang ternak. Dulu keju yang terkenal berkualitas tinggi juga dapat ditemukan di sini. Kini tradisi itu lebih dikenal sebagai pasar rakyat keliling yang sarat dengan wahana permainan dan atraksi.

Rupanya, selama berjalan kaki si kecil sangat menikmati semilir angin dingin musim gugur yang bertiup saat itu, sampai-sampai ia tertidur di kereta dorongnya. Saya dan suami mencuri kesempatan untuk bercengkerama sambil duduk-duduk sejenak di alun-alun.

Di sebuah sisi yang berseberangan dari tempat saya duduk dapat terlihat sebuah bangunan besar yang merupakan Council House. Dua patung singa yang biasa dijadikan sebagai titik pertemuan berdiri gagah di depan gedung itu. Pada masa lampau alun-alun ini merupakan batas antara dua kota tua Anglo-Saxon yang dibatasi dengan tembok. Posisi tembok bersejarah tersebut telah direkonstruksi dan dapat dilihat di sana.

Pikiran saya sempat melayang ke adegan perlombaan memanah yang sebelumnya saya saksikan di Nottingham Castle, dan adegan-adegan pertemuan Robin Hood dan Marian yang ada di film yang pernah saya tonton. Menurut legenda, perlombaan memanah yang dimenangkan oleh Robin Hood itu aslinya diadakan tepat di Old Market Square.
Kunjungan saya di Kota Nottingham berakhir di alun-alun ini. Rasa ingin tahu saya terhadap kota yang selalu diasosiasikan dengan Robin Hood ini pun terjawab sudah. Mungkin suatu hari saya akan kembali lagi ke kota ini saat musim semi untuk menghadiri Robin Hood Festival di Sherwood, sekalian meresapi kisah lain yang tersimpan di kota ini.


TIP

• Untuk sampai ke Nottingham dapat menggunakan beberapa moda transportasi, seperti pesawat, kereta, bus, dan mobil rental. Jika memang memiliki bujet dan waktu yang cukup, sebaiknya jangan naik pesawat karena banyak pemandangan indah selama di perjalanan yang sayang untuk dilewatkan.
• Berkeliling di pusat Kota Nottingham dapat dilakukan dengan jalan kaki. Namun, jika ingin mengeksplorasi lebih jauh, maka perlu memastikan jadwal  tram dan bus yang dapat diakses melalui www.thetram.net dan www.nctx.co.uk.
• Sebagai alternatif dapat juga menggunakan sepeda yang dapat disewa di pusat-pusat informasi wisatawan. Nottingham memiliki jalur-jalur yang diperuntukkan khusus bagi pengendara sepeda.
• Untuk tempat menginap terdapat berbagai pilihan chain hotels, mulai dari bintang lima sampai bed and breakfast. Namun, jika sedang berlangsung event khusus, seperti Robin Hood Pageant dan Robin Hood Festival, biasanya penginapan favorit di dalam Kota Nottingham cepat penuh. Jika hal itu terjadi, kota terdekat yang dapat menjadi alternatif menginap adalah Derby, yang berjarak sekitar 20 km dari Nottingham.
• Inggris merupakan pusatnya kue pie, tak terkecuali Nottingham. Jika Anda berani,   perlu juga mencicipi black pudding dan ikan herring. Tempat makan fish and chips yang mendapat ulasan baik adalah The Cods Scallops yang tercatat sebagai Best Newcomer at The National Fish & Chip Awards 2014.(f)


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?