Travel
Mendekap Alam Gold Coast

26 Nov 2012

Gold Coast yang terletak di negara bagian Queensland, di barat Australia, tak hanya menawarkan laut serta pantainya yang berpasir lembut. Kota ini juga menyimpan banyak kecantikan alam lain yang layak dijadikan pilihan.


Memancing di sungai Tweed


Pagi itu saya menantang angin dingin awal musim semi dengan hanya mengenakan t-shirt dan celana pendek. Kami akan memancing ikan dan menangkap kepiting di sungai Tweed yang dingin. Sebelumnya, kami harus mencari yabbies!  
   
Yabbies adalah udang kecil yang hidup di perairan payau. Udang jenis ini sangat digemari ikan trout atau cod, sehingga sering dipakai sebagai umpan pancing. Untuk berburu yabbies, kami harus berjalan ke daerah dangkal sungai yang berlumpur. Memakai alat mirip pompa, lumpur disedot dan ditumpahkan ke atas saringan apung. Aliran air sungai akan melarutkan lumpur, dan jika beruntung, meninggalkan beberapa yabbies di atasnya. Lumayan, dengan umpan ini saya berhasil mengail seekor ikan bream sebesar telapak tangan orang dewasa.

Aktivitas makin seru ketika Rob, pemandu wisata dari Catch a Crab, menenteng beberapa ember berisi ikan tongkol kecil beku. Aroma ikan langsung mengundang serombongan burung pelikan terbang mendekat. Sambil bermanuver mereka menyambar setiap ikan yang saya lempar ke udara. Tangkas dan cantik!

Pulangnya, kami mampir di salah satu teluk untuk mengambil kotak perangkap kepiting yang ditinggal semalaman. Di dalamnya lima ekor kepiting berukuran lumayan besar berhasil terperangkap. “Kalau diameter cangkang terlebarnya kurang dari 127 mm, kami harus mengembalikannya ke sungai,” kata Rob, sambil melepas satu kepiting ke sungai. Aturan ketat ini salah satu cara pemerintah Australia melindungi populasi alami kepiting. Nah, kepiting ini lah yang dimasak untuk makan siang kami. Sedap!


Menengok Kanguru di Currumbin

Apa sih yang dilakukan hewan-hewan di malam hari? Pertanyaan ini terjawab saat kami mengikuti aktivitas Wildnight di Currumbin Wilflife Sanctuary, di selatan Gold Coast. Pusat perlindungan satwa yang terdiri atas hamparan hutan hujan serta eukaliptus seluas 27 hektar ini menjadi rumah bagi lebih dari 1.400 hewan.

Selain bertemu Marsupilami dan Tasmanian Devil yang perupaannya sama sekali berbeda dari karakter film kartunnya, saya juga berjumpa dua hewan khas Australia lain, yaitu kangguru dan koala. Saya boleh memberi makan kangguru. Ketika mengudap butiran pelet di telapak tangan, ujung moncongnya yang halus sukses membuat saya ketawa kegelian. Kalau saja tidak ingat bau badan dan kotorannya yang menyengat, ingin rasanya berlama-lama memeluk dan bercengkrama dengan hewan ramah berbulu tebal dan lembut ini.

Koala lain lagi lucunya. Hewan gemuk menggemaskan berbulu kelabu ini ternyata lumayan berat! Kuku-kukunya yang tajam sempat membuat saya terintimidasi. Tetapi, begitu si koala nemplok ke badan saya, semua rasa was-was hilang. Matanya yang bulat dan hitam menatap saya lucu, dan bulunya yang tebal terasa begitu halus. Rasanya seperti sedang memeluk boneka hidup! Ketika fotografer menyerukan aba-aba, reflek si koala melihat ke arah kamera, dan ‘klik’! Kenangan manis kami berdua pun terekam.


Belajar jadi cowboy

Kalau zaman dulu cowboy menjelajahi perbukitan dengan berkuda, kali ini kami menuju lokasi dengan menumpang kendaraan 4WD. Selama 1,5 jam kami melewati kawasan hutan di Taman Nasional Lamington, Southern Cross.

Hari ini saya ‘kursus’ jadi cowboy! Meski tak sampai menggiring ribuan ternak, setidaknya saya tahu teknik memainkan cambuk hingga menimbulkan suara lecutan membahana. Juga belajar melempar bumerang agar ia kembali lagi tanpa mengenai kepala orang lain, atau hilang di semak-semak.
  
Tak cuma pandai menggiring dan menjaga ternak, cowboy pemandu kami, Royd, juga merupakan chef yang andal. Setelah beraktivitas, ia memasakkan kami menu ala cowboy, yaitu steak T-bone yang dibakar di atas bara dan disiram anggur sherry serta brown sauce. Bumbunya merasuk sempurna, saking empuknya cairan kaldu yang terkunci dalam daging meleleh di lidah saat disantap.Teman santapnya, mashed potato dan setup sayuran yang segar! Dua jempol untuk Royd!  
   
Malamnya atraksi menghibur dan menegangkan dari para cowboy dan cowgirl di Australian Outback Spectacular, sudah menanti. Sembari menyaksikan musik teatrikal dari bangku tribun kayu yang nyaman, para waiter menjamu aneka wine dan menu country style komplet.

Melanglang angkasa dengan balon udara

Petualangan kali ini mengingatkan saya pada film Around the World in 80 Days. Bedanya, Phileas Fogg memakai balon udara untuk melintasi benua, sementara saya dan rombongan untuk menikmati keindahan kawasan pertanian di daerah pelosok Gold Coast.
   
Namanya saja pengalaman pertama, berbagai pikiran konyol langsung melintas di kepala. Apakah keranjang raksasa yang terbuat dari jalinan rotan ini muat dan kuat menampung 20 penumpang dewasa, termasuk 1 ‘pilot’? Bagaimana jika balon kami tertiup angin hingga ke benua lain? Lalu apa jadinya kalau ada burung nakal yang mencucuk balon kami hingga kempis?

Tetapi, semua ketakutan ini menguap, berganti takjub begitu kami beranjak ke ketinggian di atas 1000 kaki. Padang rumput yang tadinya terasa kasar diinjak, kini terlihat seperti karpet hijau tebal yang halus. Serasi dengan corak hitam-putih dari ratusan kawanan sapi yang lahap merumput. Danau tampak seperti cermin yang memantulkan warna langit. Tak ada suara klakson mobil, atau deru motor, yang ada hanya keheningan. Sesekali saja terdengar suara mesin pembakar gas.
   
Balon diterbangkan oleh empat mesin pembakar gas, yang juga berperan sebagai kemudi. Dua di sisi kanan dan dua di sisi kiri. Mesin pembakar gas ini berfungsi untuk memanaskan udara di atasnya hingga ke temperatur 100°C. Udara panas ini yang melambungkan balon ke atas. Mendaratnya? Bisa di mana saja, tergantung arah tiupan angin! Jadi, ada satu rekan pilot yang bertugas membuntuti balon di darat.
   
Begitu mendarat, kami diajak kerja bakti melipat balon. Bukan pekerjaan ringan, mengingat balon parasut raksasa berukuran tinggi 19 meter, dan diameter 16,6 meter ini berbobot sampai 97 kilogram! Tetapi, karena dikerjakan bersama-sama dan diselingi canda tawa, semua jadi menyenangkan!


Memacu adrenalin dengan jet boating


Buat Anda yang hobi wisata ekstrem, pasti tertarik mencoba aktivitas yang ditawarkan oleh Paradise Jet Boating ini. Selama hampir satu jam kami dibawa membelah perairan dengan mengendarai jet boat berkecepatan 80 kilometer per jam! Perpaduan antara kecepatan dan ombak yang hari itu agak bergolak membuat jet boat yang kami tumpangi melambung naik turun secara ekstrem.

Pengemudi yang hobi membuat manuver berupa tikungan tajam dan gerakan memutar 360 derajat sukses membuat otot perut tegang dan tenggorokan kering karena seringnya berteriak. Tahu begitu, pengemudi sengaja menambah kecepatan dan baru menggerakkan kemudi dengan arah memutar hanya beberapa jengkal dari sebuah tiang pancang besi. Kami pun bersorak senang. Benar-benar full kejutan dan mendebarkan!

Kontan sekujur tubuh basah kuyup oleh siraman air laut setiap kalau jet boat melakukan maneuver tajam. Padahal, kami sudah melapisi pakaian dengan mantel anti air. Tapi, tanpa sadar, justru momen ini yang kami tunggu-tunggu. Lagipula, tidak perlu khawatir badan lengket karena air asin. Sebab, wahana ini dilengkapi dengan kamar mandi ber-shower. Setelah kembali bersih, kita bisa menikmati minuman dan cemilan hangat sambil melepas ketegangan. 


Sarapan ”Misteri” di kebun anggur

Kebun anggur O'Reilly Grand Homestead and Botique Vineyard yang dikelola oleh keluarga O'Reilly lebih dari 80 tahun ini berlokasi di lembah Canungra, sekitar 35 menit dari Gold Coast. Di tengah kebun berdiri bangunan rumah berasitektur kuno khas Queensland.

Rumah yang dibangun tahun 1858 ini awalnya adalah milik keluarga Devine dari Warwick. Pernak-pernik interiornya masih autentik, salah satunya adalah bar antik. Pandangan saya  tertumbuk pada foto seorang wanita yang terpajang di dinding atas bar. Konon, arwahnya ikut serta saat rumah itu dipindahlkan ke Canungra. Sejak saat itu, wadah gula sering berpindah tempat, dan pigura foto melompat dari tembok.

Bulu kuduk saya meremang. Lebih baik saya kabur ke teras untuk menikmati sarapan. Nikmatnya croissant hangat beraroma butter, dan sosis panggang gurih pedas yang diikuti segelas wine dan champagne bikin saya lupa pada kisah seram tadi.


Berpesiar di Venesianya Australia

Ada cara lain menikmati sarapan matahari di Golad Coast. Pagi itu, saya melakukannya dengan berdiri di atas dek terbuka kapal pesiar Wyndham Cruises yang membawa saya menyusuri kawasan elite Marna Mirage. Selama dua jam, kapal pesiar membawa saya berlayar melalui kanal-kanal lebar yang ukurannya lebih besar dari kanal-kanal di Amsterdam dan Venesia. Tak heran jiak Gold Coast dijuluki sebagai venesia-nya Australia.

Pemandangan lain yang cukup menghibur adalah melihat deretan rumah mewah di speanjnag kanal. Bangunan hunian ini rata-rata punya sebidang kebun cantik, plus dermaga pribadi untuk yacht. Salah satu rumah bahkan punya hanggar pribadi dengan helikopter cantik warna putih parkir di atasnya.


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?