Travel
Ke Raja Ampat Minus Menyelam

7 Jul 2011

Keindahan alam bawah laut Raja Ampat sudah sangat terkenal hingga ke mancanegara. Tak hanya surga biota bawah laut, panorama di datarannya juga tak kalah menakjubkan. Kepulauan Raja Ampat memiliki kawasan karst yang terdiri dari ratusan pulau  kecil yang tersebar di mana-mana, fenomena alam yang indah dan masih asli. Meski tak menyelam, saya, Rana Sutedja, tetap menemukan banyak keajaiban saat menjelajahi kawasan pariwisata andalan Papua Barat ini.

WAISAI TERCINTA
“Perhatian, dalam beberapa saat lagi, kita akan segera mendarat di Bandar Udara Sorong.” Pengumuman itu terdengar setelah enam jam lamanya terbang dari Jakarta. Panasnya sengatan matahari Sorong menyambut. Saya melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan setempat. Dengan menggunakan kapal ferry, saya menuju Waisai, salah satu kota Kabupaten Raja Ampat di Kepulauan Waigeo.

Di dalam kapal, terlihat kumpulan pemuda Papua berkaus kutung. Di antara mereka, tampak pula wajah-wajah dari etnis lain, seperti dari Jawa, Makassar, dan Ambon, yang sudah menjadi bagian dari masyarakat Papua Barat, berbaur harmonis. Tak jarang mereka memberikan senyuman bersahabat, membuat saya tak merasa sebagai orang asing.

Setelah kapal merapat, terlihat kerumunan warga sedang menunggu kerabat yang baru tiba. Di ‘pedalaman’ seperti Waisai, banyak tukang ojek yang menawarkan jasa. “Ah, ini rupanya kota pusat pemerintahan Kabupaten Raja Ampat,” gumam saya.

Sebagai pusat kota, kebutuhan logistik relatif lengkap tersedia di Pasar Waisai, yang letaknya dekat dengan Kantor Pemda Raja Ampat. Sinyal telepon genggam pun terpancar dengan baik. Namun, setelah keluar dari tempat itu, siap-siap saja jika sinyal mulai menghilang.

Di daerah ini, mudah ditemukan cottage ataupun homestay. Saya menginap di Acropora Cottage. Harga paket untuk wisatawan menginap 3 hari 2 malam plus trip wisata, sekitar Rp11 juta - Rp15 juta, sudah termasuk akomodasi, speedboat, perlengkapan snorkeling, pemandu, makan siang, dan snack.

Pantai WTC, begitulah nama salah satu tempat wisata yang saya singgahi. WTC merupakan singkatan dari Waisai Tercinta. Tepian lautnya dihiasi pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi berbaris rapi. Saya duduk di tepian pantai yang hening, menikmati deburan ombak dan gemersik dedaunan pohon kelapa yang diterpa angin. Rasanya masih sulit dipercaya, saya bisa menginjakkan kaki di tempat terujung Nusantara ini.
Saya diberi tahu pemandu, setiap 25 Mei, di Raja Ampat diadakan Festival Rakyat Raja Ampat. Pada hari itu, digelar pesta ikan. Setiap orang dapat mencicipi hidangan ikan bakar gratis yang disajikan di sepanjang pantai di Waisai.  Wah, sayang, saya datang saat sedang sepi dan tak ada pesta ikan. (f)
GUA DI TELUK KABUI
Untuk menjelajah Raja Ampat dan pantai-pantainya, kita harus naik speedboat. Perahu motor membawa saya melewati teluk sangat unik. Keunikan Teluk Kabui terletak pada airnya yang setenang air danau. Saking tenangnya, air di teluk ini seolah bergeming, walaupun dilewati speedboat.

Alam perairan di teluk ini begitu memesona, dengan airnya yang jernih dan  gradasi warna hijau dedaunan yang berkilau. Ratusan bukit kecil dari kapur bertaburan di sekeliling saya. Menyusuri celah demi celah tebing, saya melihat beberapa gua kecil dengan stalaktit dan stalakmitnya, keindahan yang seolah menyimpan misteri yang belum terungkap. Tak jemu-jemu mata memandang, tak henti-henti pula kamera diarahkan untuk mengabadikan setiap objek yang dilewati.

Dari atas perahu, saya bisa melihat kecantikan terumbu karang yang membayang dari kejernihan air. Saya terkagum-kagum menyaksikan kawanan ikan pari yang sesekali melintas bersama sekelompok ikan terbang yang ikut menari-nari di sisi perahu, seakan mengajak berenang bersama.
Saya bertemu beberapa orang yang sedang memancing di perahu kecil, di tengah ketenangan Teluk Kabui. Mereka memancing hanya dengan menggunakan seutas senar yang diberi umpan. Saya juga sempat menyapa seorang wanita yang memancing sendirian di tengah laut. Ia seperti tak terusik oleh kehadiran perahu saya. Saya jadi penasaran, sudah berapa lama ia ‘terapung’ di situ. (f)
TAK MENYELAM DI WAYAG
Gugusan kepulauan dan perbukitan kecil di tengah laut juga menjadi salah satu ikon Raja Ampat. Beruntung, akses untuk mencapai daerah ini tidak sesulit yang saya bayangkan. Jika menggunakan perahu biasa, bisa memakan waktu  sekitar 6-8 jam. Namun, dengan speedboat berkekuatan 400 pk yang saya tumpangi, Pulau Wayag bisa dicapai hanya dalam waktu 3 jam.

Saya tiba di sebuah pulau kecil. Pantainya berpasir putih. Di sekeliling pulau ini, gugusan tebing-tebing karst terjal berbentuk mirip cendawan, seperti bermunculan dari dalam laut.
Saya lalu diajak ke tempat yang menjadi spot terbaik untuk menyaksikan keelokan Wayag dari atas. Untuk mencapai puncak, kapten kapal mengatakan, hanya dibutuhkan waktu sekitar 30 menit. Kendati demikian, pendakian ini bukan hal yang mudah, karena batu karangnya cukup terjal dan tajam. Tingkat kemiringannya pun hampir 90 derajat. Banyak ditumbuhi akar-akar kering melintang di jalan. Jika tidak ekstra hati-hati, bisa fatal akibatnya. Karena kemiringannya, saya cepat sekali merasa lelah. Ditambah lagi, telapak kaki saya terasa nyeri, karena beberapa kali menginjak batu tajam, walau sudah memakai sepatu.

Demi menjaga keaslian tempat tersebut, di kawasan ini tidak boleh dibangun tangga. Saya tak habis pikir, beberapa awak kapal yang ikut mendaki dan membantu rombongan saya, malah terlihat tidak memakai alas kaki saat mendaki. Peralatan yang dibawa pun seadanya, bahkan sebagian barang bawaan rombongan, mereka yang membawa. Hebat!
Setibanya di puncak pulau karang, semua kelelahan seolah terbayar. Terlihat kemegahan gugusan pulau, berpadu dengan awan biru serta kilau matahari di ujung dedaunan. Sungguh  komposisi yang sempurna. Sesuai dengan namanya, Wayag, yang artinya indah. Jika dibandingkan Halong Bay di Vietnam, atau Phi Phi Islands di Thailand, menurut saya, kedua tempat itu tidak ada apa-apanya dibanding panorama Wayag.

Di kawasan ini, terdapat spot menyelam. Penyu, ikan pari, dan ikan kalabia adalah beberapa satwa yang bisa dijumpai. Konon, kalabia merupakan ikan primadona di lokasi ini. Ikan endemik yang hidup di perairan laut Teluk Cenderawasih, Kepulauan Raja Ampat, dan Teluk Triton ini merupakan jenis baru dari genus Hemiscylliidae. Uniknya, ikan hiu berbentuk kadal ini berjalan dengan siripnya, ketika mencari makan di atas karang-karang. (f)
MENYAMBANGI DESA

Saya sempat berinteraksi dengan masyarakat sekitar ketika menyambangi Desa Arborek. Desa kecil ini adalah salah satu dari 18 desa wisata di Papua Barat. Kamera saya menjepret sekumpulan anak-anak kampung yang tengah berlompatan riang ke air di dermaga. Di pinggir pantai, tampak pula ibu-ibu yang tengah membuat kerajinan anyaman, seperti topi dan noken (tas tali), sembari menjaga bayi mereka.

Menjelang siang, saya bertemu anak-anak yang membawa ikan hasil tangkapannya. Kebetulan, mereka menawari saya makan bersama. Ikan-ikan yang mereka dapat lantas dibakar, dimakan dengan sambal. Lezat! Enaknya ikan bakar jamuan warga desa ini melengkapi hari yang indah di Arborek.

Perkampungan tradisional yang bersahaja juga saya temukan di Kampung Yenwaupnor. Pulau kecil yang hanya berpenghuni puluhan kepala keluarga ini juga menjadi tempat tujuan untuk aktivitas bird watching. Beragam spesies burung berkeliaran dengan bebasnya. Di antaranya, burung beo, pekakak, elang, enggrang, lorikeets, atau parkit yang memiliki bulu berwarna-warni bagai pelangi. Jika beruntung, bisa melihat cendrawasih merah, burung yang menjadi maskot Papua. (f)
TIP

  • Masih banyak potensi pariwisata bahari yang utama di wilayah Raja Ampat, seperti Pulau Kofiau, Pulau Misool, Pulau Sawondarek, Teluk Mayalibit, serta Kepulauan Ayau. Namun, untuk menikmati semuanya memang memerlukan waktu yang cukup lama dengan biaya yang tidak sedikit.
  • Raja Ampat merupakan kawasan konservasi. Jadi, tidak boleh sembarangan menikmati segala kekayaan yang ada di atas maupun di bawah laut.
  • Setiap pengunjung yang akan menyelam di Raja Ampat wajib membeli pin seharga Rp500.000 (turis mancanegara) dan Rp250.000 (turis domestik) yang berlaku selama setahun. Pin ini bisa didapat di Pusat Informasi Wisata Raja Ampat di Bali, Bandara Domine Eduard Osok, Sorong, atau Dinas Pariwisata setempat, serta beberapa hotel dan cottage di Papua. Gunanya apa?
  • Paket wisata Raja Ampat dengan mudah bisa ditemukan di berbagai cottage yang ditawarkan di Sorong.
Rana Sutedja (Kontributor - Jakarta)
Foto: dok. pribadi



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?