Travel
Jejak Kota Tua Islam

6 Sep 2013


Salah satu ciri khas kota Islam kuno adalah berpusat pada masjid. Lalu, di sekitar masjid terdapat pasar sebagai pusat perekonomian. Kota juga umumnya dikelilingi tembok dengan beberapa pintu gerbang. Beberapa kota berikut ini dulunya memiliki ciri tersebut, tapi sayang sebagian kini terancam kehancuran. Meski begitu, keindahan dan keunikan masjidnya masih menyimpan daya magis.




Sana’a, Yaman
Ibu kota Yaman ini adalah satu dari kota tertua dalam peradaban Islam. Bagian kota tua dari Sana’a dinyatakan sebagai situs warisan dunia UNESCO. Kota tua ini bersentral pada Al-Jami al-Kabir bi-Sanaa atau Masjid Agung Sana’a yang telah berusia lebih dari 1.400 tahun. Ini artinya masjid ini didirikan pada awal penyebaran Islam. Di sini tersimpan salah satu mushaf Alquran tertua di dunia. Masjid ini telah dimakan usia dan mengalami berbagai peristiwa, dari banjir hingga peperangan.

Tak mengherankan, banyak kerusakan terjadi. Perbaikan intensif dilakukan sejak tahun 2003. Untuk memperbaiki plester dinding digunakan metode aslinya yang disebut qudad. Kabarnya, menggunakan jeruk lemon.
Kota Sana’a telah berusia 2500 tahun. Dikelilingi oleh dinding kota dari tanah liat setinggi 9- 14 meter. Untuk memasuki kota tua, kita akan melewati pintu gerbang Bab al-Yemen yang telah berusia ribuan tahun. Kota ini dipenuhi bangunan dari batu bata  warna cokelat, berbentuk bangunan tinggi dengan jendela qamariya yang berbentuk kipas dari kaca mozaik.

Di dalam kota ini terdapat 100 masjid, 12 hammam (pemandian umum), dan 6.500 rumah penduduk. Tentu saja, ada juga Pasar Suq Al-Milh, sebagai pusat perekonomian. Meski berarti pasar garam, di Suq Al Milh kita bisa menemukan berbagai kebutuhan sehari-hari:  roti, sayur, buah, pakaian, dan sebagainya.

Keluar dari kota, tepatnya 30 menit berkendara, terdapat Wadi Dhahr, tempat Dar Al-Hajr alias Istana Batu. Bentuknya sangat unik, seolah-olah muncul dari batu. Istana ini adalah tempat peristirahatan musim panas Imam Yahya, mantan pemimpin agama di Yaman. Bangunan bertingkat lima ini memiliki ruangan layaknya rumah, seperti ruang pertemuan, ruang khusus wanita, dan dapur. Menjulang sendiri di tengah gurun, membuat Dar Al-Hajr terlihat memesona.



Damaskus, Siria


Ibu kota Siria ini disebut juga city of jasmine. Kota ini sudah ada sejak 300 tahun sebelum Masehi.  Semenjak ditaklukkan Khalid Bin Walid pada tahun 635, Damaskus tumbuh menjadi kota Islam yang penting. Salah satu bagian penting kota ini adalah sudut kota tua. Memiliki luas 128 hektare, di sinilah terdapat Masjid Agung Umayyad yang memiliki cerita menarik. Lokasi tempat masjid dibangun awalnya adalah Basilica of Saint John the Baptist, yang dikonstruksi oleh Abd al-Malik pada tahun 706 dan selesai tahun 715. Di dalam masjid  Anda akan menemukan makam St. John yang sengaja tidak dibongkar saat pembangunan masjid. Ini ditujukan untuk menghormatinya dan melambangkan perdamaian antara umat Islam dan Kristen.

Masjid Ummayad termasuk masjid yang berdiri pada awal Islam.  Berbentuk segi empat ukuran 157 x 100 meter, yang terbagi dua, setengahnya adalah ruangan terbuka dengan air mancur di tengahnya.  Bentuknya menjadi inspirasi berbagai masjid indah di dunia, seperti Al Azhar di Kairo, Masjid Agung Cordoba di Spanyol, dan Masjid Agung Bursa di Turki. Masjid Ummayad menjadi pusat dari kota lama Damaskus. Kota ini juga dikelilingi tembok kota dengan tujuh pintu gerbang.

Tak jauh dari Masjid Ummayad terdapat Azem Palace. Dulunya adalah rumah Gubernur Damaskus pada zaman Ottoman, yang dibangun tahun 1750. Kini digunakan sebagai Museum of Arts and Popular Traditions. Istana ini memiliki dua sayap, yaitu harem yang digunakan untuk keluarga dan selamlik yang digunakan untuk tamu. Keunikan dari istana ini adalah dindingnya yang belang-belang karena tersusun dari batu kapur yang berwarna terang dan basal yang gelap. Dinding seperti ini disebut ablaq dan merupakan ciri arsitektur Damaskus. Bagian dalam istana dihiasi lukisan floral yang indah dan ornamen kaca warna-warni khas seni Islam.

Tahun 2008, Damaskus terpilih sebagai pusat kebudayaan Arab yang diprakarsai oleh UNESCO.  Namun, ironisnya, peperangan dan pemberontakan di negeri yang dipimpin Bashar Assad ini telah menghancurkan sebagian besar masjid dan kota tua. Menara-menara dan relung masjid yang indah hancur dan dipenuhi lubang peluru.


Granada dan Cordoba, Spanyol

Dua kota ini memegang peran penting dalam perkembangan Islam di Eropa, yaitu saat kerajaan Islam berkuasa di Spanyol selama 800 tahun, pada abad ke-8 - 16. Meski telah berlalu lebih dari lima ratus tahun sejak kejayaan Granada sebagai kota Islam, magnet kota ini masih berpusat pada Alhambra. Tidak seperti kota Islam pada umumnya, Alhambra dirancang sebagai kompleks istana bagi keluarga kerajaan, bukan sebagai masjid. Terletak di dataran tinggi, dari tempat ini pemandangan seluruh kota Granada bisa terlihat. Dibangun pada akhir masa kejayaan Islam di kota ini yaitu abad ke-14, Alhambra  secara harfiah berarti merah, sesuai dengan penampakannya dari kejauhan.

Namanya juga istana, arsitektur dan berbagai ornamen di Alhambra begitu menawan. Jejak sejarah Islam  berupa lukisan floral ala Arab tampak menghiasi jendela, dinding, dan langit-langit. Yang paling memukau adalah taman-taman di kompleks ini yang ditata secara indah dan dilengkapi air mancur. Arsitekur Alhambra mungkin akan mengingatkan Anda pada istana-istana di Mesir.

Di dekat Alhambra terdapat daerah Albayzin, jalan-jalan kecil berlantai batu dengan tempat makan dan toko-toko layaknya di negara Timur Tengah. Nama-nama tempat dan bangunannya pun masih mengingatkan pada nama Arab, seperti pasar Alcaiceria (Al-Qaysariyya), Hamam Al-Jawza, serta pintu gerbang kota Bib Rambla, Almanzora, dan Puerta de Elvira (Bab-Ilbira).

Sentuhan  Islam juga masih terlihat di Cordoba, tempat Gereja Katedral Mezquita yang dulunya adalah Masjid Al Jama. Keindahannya yang masih terjaga sejak abad ke-8 --saat dibangun-- menjadikannya sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO. Al Jama dibangun di atas reruntuhan gereja Roman sebelum diubah menjadi masjid. Pilar dan relung khas masjid Timur Tengah, ornamen kaligrafi, dan keberadaan mihrab (arah kiblat) menjadi bukti keindahan masjid di masa lalu.  Di Cordoba pada masa itu umat Islam hidup berdampingan secara damai dengan umat Kristen dan Yahudi. Area sekitar Mezquita juga  mirip dengan Kota Granada, Eropa rasa Timur Tengah.


Timbuktu, Mali


Dalam komik Donald Bebek, sering disebut Timbuktu sebagai tempat antah-berantah yang sangat jauh. Kota yang terletak di Mali, Afrika, ini adalah ’rumah’ bagi Koranic Sankore University dan hampir 200-an madrasah. Timbuktu yang berada di Gurun Sahara ini sempat menjadi pusat penyebaran Islam di Afrika pada abad ke-15 dan 16.

Tiga buah masjid besar: Djinguereber, Sankore, dan Sidi Yahia, menandai kejayaan Islam pada masa itu. Masjid Djinguereber dan Sankore sama-sama dibangun pada masa Sultan Kankan Moussa, pada awal abad ke-14, sementara Masjid Sidi Yahia pada tahun 1400. Ketiganya direstorasi dan diperluas pada awal abad ke-16 oleh Imam Al Aqib, Qadi of Timbuktu. Menara di tengah Masjid Djinguereber menjadi landmark dan pusat Kota Timbuktu.

Masjid-masjid itu menjadi unik karena terbuat dari lumpur yang dipadatkan, kecuali menaranya yang dibuat dari batu kapur dan dibungkus lumpur. Bentuknya pun unik. Menara utamanya tidak berbentuk dome bulat layaknya masjid di belahan dunia lain, tetapi berbentuk segitiga dengan ornamen seperti duri-duri di sekitarnya. Masjid-masjid ini dikelilingi tembok dan memiliki halaman yang kosong. Tidak ada lukisan warna-warni menghiasi masjid, hanya beberapa elemen berbentuk bulan dan bintang dari besi menghiasi pintu-pintu masjid. Sekilas, bentuknya malah seperti benteng. Restorasi telah dilakukan untuk mempertahankan ketiga masjid ini. Fondasi dan dinding masjid diperkuat dengan batu dan kayu, yang dibalut lagi dengan lumpur.
Selain masjid, kota yang dinyatakan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia pada tahun 1988 ini juga memiliki bangunan bersejarah lain, seperti pekuburan kuno dan mausoleum. Mausoleum tertua adalah untuk Sheikh Abdul Kassim Attouaty, yang meninggal tahun 1529. Sayang sekali, peperangan dan kemiskinan telah mengancam keberadaan kota ini. Bahkan beberapa mausoleum juga dihancurkan. (NURI FAJRIATI)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?