Travel
Hola, Andorra!

5 Oct 2011

Andorra, negara kecil yang terletak di antara Spanyol dan Prancis, menyimpan keindahan bersahaja. Kami, Dian Ekawati dan Lola Devung, menemukan sisi lain Eropa di sini. Tak ada gedung pencakar langit, atau vila-vila modern yang megah. Kota ini justru didominasi bangunan-bangunan terbuat dari batu.

Penduduk Andorra rata-rata berbahasa Catalan dan Spanyol. Luasnya 468 km², lebih besar dari dua negara kecil lain di Benua Eropa, yaitu Vatikan dan Liechtenstein. Penghuninya hanya 8% dari luas wilayah, sedangkan 92% sisanya adalah hutan, danau, sungai, dan pegunungan. Jumlah penduduk Andorra juga hanya sekitar 84.000 jiwa (kira-kira hanya sepertiga jumlah penduduk satu kecamatan di Jakarta).

Melintasi Pegunungan Pyrenees
Pyrenees adalah pegunungan yang termasuk kawasan  perbatasan Spanyol dan Prancis. Gunung dan tebing-tebing tinggi, sisa-sisa salju musim dingin, jalanan yang berkelok-kelok naik-turun, danau berwarna hijau toska, menjadi 'santapan' manis selama perjalanan dari Barcelona.

Karena cukup jauh, kami tertidur dan baru terbangun saat bus berhenti di perbatasan, karena ada pemeriksaan dokumen. Tiga petugas imigrasi dan anjing pelacak masuk ke dalam bus untuk mengecek dan mengecap paspor kami. Untunglah semua aman.
Hostel tempat kami menginap terletak di kawasan La Cortinada, Provinsi Ordino. Pencarian hotel ternyata tidak semudah bayangan kami. Inilah petualangan awal kami di Andorra. Mirip dengan di Indonesia, di Andorra, ada bus-bus kecil (semacam minibus) yang jika kita ingin turun, kita harus memberi tahu sopir. Repotnya, tak ada papan nama penunjuk halte. Hal ini tentu menyulitkan, karena kami tak bisa memastikan di mana kami harus turun.

Ketika diajak berbicara dalam bahasa Inggris, sopir-sopir itu tampaknya paham, tetapi mereka selalu menjawab dalam bahasa Spanyol atau Catalan. Karena kendala bahasa ini, kami terbawa hingga halte terakhir. Akhirnya kami menghubungi hostel dan minta dijemput.

Abdiel, pegawai hostel, baik dan ramah. Ketika mengetahui kami berasal dari Indonesia, dengan bangga ia bercerita bahwa ia pernah berlibur ke Bali! Ah, sepertinya sangat tepat ungkapan: Bali, connecting people!

Sebuah kejutan manis, hostel kami terletak di kawasan pegunungan dengan pemandangan alam yang cantik. Rumah-rumah dan bangunan di sana terbuat dari bebatuan, mungil, adem, dan sangat menyatu dengan alam. Abdiel mengatakan, kami berdua adalah tamu pertama hostel mereka yang berasal dari Indonesia. Tamu Asia lain yang pernah ia temui kebanyakan berasal dari Cina dan Singapura.

Karena berlokasi di gunung, udara sekitar terasa sejuk, bahkan cenderung dingin, sehingga kami harus menyalakan pemanas ruangan agar bisa tidur nyaman. Keesokan paginya, ketika membuka jendela, kami takjub melihat seekor kuda sedang sarapan tepat di belakang kamar kami. Saat kami keluar,  tampak  gerombolan kuda tengah merumput dengan cuek. Tak jauh dari situ, terlihat seseorang sedang berkuda di halaman rumahnya. Wow! Saya seperti berada di setting film abad pertengahan. (f)



Tergiur Outlet Barang Branded
Semula kami berniat ikut tur ke beberapa objek wisata di Andorra, mengingat sulitnya naik transportasi umum karena faktor bahasa. Namun, ternyata hari Jumat tak ada jadwal tur. Terpaksa kami jalan sendiri. Kami lalu menuju kawasan La Massana, tepatnya di Vallnord Arinsal. Tempat ini merupakan daerah bermain ski. Untuk mencapai daerah ini, bisa menggunakan cable car dengan tiket seharga 10 euro (Rp120.000). Dari sini, kami cukup puas bisa melihat pemandangan beberapa provinsi di Andorra dari ketinggian.

Kami berjalan lebih jauh dan menemukan deretan outlet barang fashion bermerek. Harganya sangat miring, trenchcoat yang di Jerman dijual dengan harga 70-an euro (Rp840.000), di sini hanya 20-an euro (Rp240.000). Blus dan baju atasan musim semi-musim panas yang cantik harganya sekitar 10 euro (Rp120.000), dan celana jins hanya seharga 14 euro (Rp168.000). Kami pun kalap melihatnya, bingung mana yang harus dibeli tanpa perlu memberatkan dompet dan koper. Kami masing-masing lalu membeli satu potong baju terusan musim panas. (f)



Keindahan Catalonia
Di Andorra La Vella, ibu kota Andorra, kami mengunjungi Casa de la Vall, gedung pemerintahan negara Andorra. Gedung ini, seperti kebanyakan bangunan lain di Andorra, terlihat khas, karena dindingnya terbuat dari batu-batu kali dan lempengan batu-batu dari tebing-tebing. Barangkali ini ada hubungannya dengan budaya Catalonia (rumpun negeri yang berbahasa Catalan). Nama Catalonia sendiri konon mulai digunakan sejak abad ke-11. Menurut sebuah teori, kata Catalonia, atau Catalunya, berasal dari kata Land of Castles, dari istilah castlà, penguasa kastil. Itulah kenapa bentuk bangunan khas Andorra dengan bebatuannya menyerupai bentuk kastil zaman dulu.

Di seputar Andorra La Vella, ada taman indah di dekat stasiun bus dengan jalan setapak kecil di pinggir sungai yang dipenuhi bunga-bunga sakura yang sedang mekar. Kami menyusuri jalan pinggir sungai sambil memotret pemandangan dan objek yang menarik. Salah satunya, monumen jam meleleh karya seniman terkenal, Salvador Dali.

Di tengah kota sedang digelar pasar loak prangko dan pin. Wah, sudah lama sekali tidak melihat benda bernama prangko. Sekarang, surat-menyurat sudah digantikan dengan surel dan facebook. Prangko, yang dulu merepresentasikan budaya dan panorama suatu negara, sekarang seperti tinggal menjadi benda kenangan.

Kami singgah di restoran La Taberna del Mallol yang menyajikan menu khas Catalunya. Ruangannya sangat nyaman dengan dominasi cat warna putih dengan sentuhan warna maroon. Tak banyak tamu yang datang saat itu. Mungkin karena belum waktunya makan siang. Padahal, jam menunjukkan pukul 12. Sepertinya, jam makan siang di Andorra agak terlambat. Kami memesan salad ikan trout, ikan yang banyak ditemui di Andorra.  Minumannya, Sangre de Toro, anggur merah produksi winery Miguel Torres, Barcelona, yang cukup terkenal. Menu paket makan siang yang terdiri dari makanan pembuka, utama, dan penutup, ditawarkan dengan harga 9,50 euro (Rp114.000). Rasanya sungguh tidak mengecewakan. (f)



Museum Miniatur
Di Andorra ada sebuah museum unik bernama Microminiature Museum Nikolai Siadistry. Kami tadinya berpikir itu semacam museum miniatur kota seperti di Madurodam, Belanda, atau Gullivers Welt di Saarbrücken, Jerman. Dugaan kami salah besar. Disambut sangat ramah oleh penjaga museum yang mencoba berbahasa Inggris tapi terbata-bata, kami membeli tiket seharga 7 euro (Rp84.000).

Kami disuguhi film dokumenter pendek tentang Nikolai Siadistry, seniman dari Ukraina. Museum ini ternyata hanya ada di Andorra dan di Kiev, Ukraina. Kami lalu masuk ke ruangan yang tidak terlalu besar, cuma ada tabung-tabung kaca di sana. Di situlah mikrominiatur berada.

Kami harus menggunakan kaca pembesar, atau semacam mikroskop, yang dipasang di tabung-tabung kaca itu. Ini adalah karya besar melalui medium mikro. Figur-figur dari lempengan emas dipasang pada lubang jarum, atau pada sebutir beras, biji anggur, atau bahkan pada sehelai rambut! Luar biasa! Selain itu, Nikolai juga membuat lukisan wajahnya, yang jika diamati baik-baik dengan kaca pembesar, merupakan kumpulan huruf. Mengagumkan!

Kami juga masuk ke Museum Ikonografi Gereja Timur. Proses pembuatan ikon-ikon koleksi museum diterangkan dengan sangat antusias oleh ibu penjaga museum. Tradisi Gereja Timur berkiblat pada Yunani-Rusia, berbeda dari tradisi Katolik Barat (Katolik Roma) yang umum dianut di Indonesia.

Toko suvenir museum ini, selain menjual kartu pos, juga memajang boneka matrioshka lucu dalam berbagai karakter. Salah satunya berbentuk Winnie the Pooh. Sangat menggemaskan. (f)



Tip
1. Akses ke Andorra terbatas. Andorra dapat ditempuh dari Barcelona dengan bus umum. Tiketnya seharga 25 euro (Rp300.000) sekali jalan, kurang lebih 3 jam perjalanan. Rute lainnya adalah jalan darat dari Toulouse, Prancis.

2. Tak ada kereta api dan rute pesawat ke Andorra. Stasiun kereta terdekat adalah dari L'Hospitalet-près-l'Andorre, kurang lebih 10 km di timur perbatasan Andorra menuju ke Toulouse dengan kereta api supercepat Prancis.

3. Pariwisata di Andorra sangat ramai. Setiap tahun, setidaknya negeri ini dikunjungi 10,2 juta turis. Salah satu daya tarik negara ini adalah tax free shopping. Siapkan ruang di koper Anda untuk barang belanjaan.

Dian Ekawati & Lola Devung (Kontributor - Jerman)
Foto: dok. Pribadi



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?