Travel
Dolan Meng Cirebon

16 Aug 2013

Beberapa waktu lalu, Aston Cirebon Hotel & Convention Center mengajak redaktur boga femina, Aria Novitasari, untuk menjelajah keunikan Kota Cirebon.

Di tengah gempuran modernisasi, masih terasa atmosfer warisan kekuasaan Sunan Gunung Jati, ketika saya menginjakkkan kaki di Kota Cirebon. Di sini,
ada tiga keraton peninggalan Kesultanan Cirebon, yaitu Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, dan Keraton Kacirebonan. Selain menelusuri jejak sejarah, saya juga menikmati makan enak, belanja natik, dan kerajinan anyaman yang menjadi trademark Cirebon.

Keraton Pengayom Seni

Keraton-keraton di Cirebon masih dihuni dan diurus  oleh keluarga keraton. Meski statusnya masih memiliki raja dan pangeran, keraton-keraton ini tidak memiliki kekuasaan secara politik. Fungsinya kini lebih sebagai pelindung kesenian dan kebudayaan Cirebon. Mereka biasa menemui 'rakyatnya' saat upacara perayaan keagamaan seperti Idul Fitri.

Keraton Kanoman yang berusia lebih dari 7 abad. Letak Keraton yang berada di belakang Pasar Kanoman, membuat pengunjung harus berjuang melewati jalan yang dipadati pedagang.

Memasuki alun-alun keraton, saya mendapati Weringin Kurung, pohon beringin besar yang dikelilingi oleh pagar besi. Pohon ini melambangkan pengayoman, persatuan, dan kesatuan. Dekat pintu masuk, ada Gedung Gajah Mungkur yang digunakan sebagai tempat istirahat petugas keraton. 
             
Saya  lalu menuju Bangsal Jinem, pendopo yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu dan acara pertemuan keluarga keraton. Pintu kayu besarnya dipenuhi dengan ukiran. Tiap gambar yang terukir, kental akan pesan moral. Seperti ukiran buah manggis, yang memiliki filosofi bahwa sebagai manusia harus jujur dan terbuka. Ada juga ukiran bunga, yang mempunyai pesan agar terus memelihara budi pekerti yang luhur. Ada 26 bangunan dalam area Keraton Kanoman yang memiliki luas tanah sekitar 6 hektare ini.


Dari Keraton Kanoman, saya menuju Keraton Kasepuhan. Jarak keduanya tak terlalu jauh, hanya memakan waktu sekitar 15 menit. Memasuki alun-alun Keraton Pakungwati --nama dulunya-- saya ‘disambut’ dua patung macan putih. Di sebelah barat keraton terdapat Masjid Agung Sang Cipta Rasa, yang dibangun   tahun 1480, hasil karya Sunan Kalijaga dan arsitek Raden Sepat dari Majapahit. Hebatnya, hingga saat ini tiang-tiang penyangga masjid belum pernah diganti. 
Di dalamnya ada beberapa Museum Benda Kuno, yang menyimpan ornamen peninggalan Sunan Gunung Jati. Salah satunya, Kereta Kencana Singa Barong, hasil karya arsitek kereta Panembahan Losari dan dipahat oleh Ki Notoguna dari Kaliwulu. Kereta ini memiliki kepala gabungan dari tiga binatang, yaitu berbelalai gajah, bermahkota naga, dan menggunakan tubuh burak.

Benda lain yang menarik adalah lukisan Prabu Siliwangi. Lukisan ini dianggap ‘hidup’ sebab dari mana pun mata menatap, bola matanya seolah-olah mengikuti arah pandang kita. Ternyata, ini tak berhubungan dengan dunia mistis. Pelukisnya dengan cerdas menggunakan teknik menggambar 3D agar Sang Prabu terkesan hidup. 

Malam Minggu adalah saat yang tepat untuk mengunjungi Keraton Kacirebonan. Biasanya saat itu digelar pentas seni tradisional, salah satunya Tari Topeng Cirebon. Tari Topeng diciptakan oleh Sunan Gunung Jati, dengan tujuan awalnya sebagai strategi melawan Pangeran Welang, musuhnya. Di dalam tarian biasanya penari berganti topeng hingga tiga kali.

Tiap topeng memiliki warna berbeda, dan berbeda pula maknanya. Topeng putih mewakili sosok yang lembut, topeng biru diibaratkan sang ratu yang lincah dan anggun, sementara topeng merah menggambarkan watak temperamental dan tidak sabar. Tabuhan gamelan tayuban mengiringi selama penari tampil. Saat berganti warna topeng, tabuhan gamelan akan  makin meriah.


Tertpikat Megamendung

Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien pada abad ke-16 dipercaya menjadi pintu masuk kultur Cina ke Keraton Cirebon. Yang melekat hingga kini adalah batik megamendung. Ki Gede Trusmi, pengikut Sunan Gunung Jati, dipercaya sebagai sosok yang mengajarkan seni membatik di Desa Trusmi, Pleret. Hingga kini, kawasan tersebut dikenal dengan kampung batik karena banyaknya perajin dan show room batik.

Saya singgah ke Pusat Grosir Batik Trusmi. Sekilas, bangunannya tampak paling besar di kawasan tersebut. Di sini, batik megamendung ditawarkan dengan harga bervariasi, tergantung jenis kain dan kerumitan corak. Makin banyak garis-garis warna yang membentuk awan,  harganya makin melambung. Batik megamendung dengan 9 garis warna yang membentuk awan, harganya mencapai Rp700.000 – Rp2.000.000. Harga ini kian melambung bila kain yang digunakan berkualitas baik. Motif lain yang layak diburu adalah singo barong, kereta kencana, burung lokcan, dan keraton.

Tak jauh dari Trusmi, saya mampir ke Pusat Kerajinan Batik Lebet Sibu, di Jl. Panembahan No. 157. Khasnya yaitu batik yang dilukis di atas kain tenun. Bila beruntung, Anda pun bisa menonton langsung cara pembuatan batik di workshop-nya yang terletak di belakang toko. 

Diberkahi hasil laut yang berlimpah, Cirebon kaya makanan olahan seafood. Selain makanan, limbah seafood juga dikaryakan oleh warga untuk menjadi produk baru. Seperti yang dilakukan Nurhand’ah J. Taguba, yang mengolah kulit kerang menjadi meja, kursi, piring, lampu, tas, cincin, dan kalung. Di Multi Dimensi, tokonya yang bertempat di Desa Astapada, beberapa barang dapat dibeli langsung.

Satu buah piring besar dihargai Rp30.000 - Rp50.000, kalung dan gelang sekitar Rp100.000. Sementara, tempat lilin hanya Rp10.000, pas untuk oleh-oleh. Untuk furniture, umumnya harus dipesan dahulu. Kualitas produk kerajinan kerang di sini tidak diragukan. Bahkan, hasilnya sudah diekspor ke Amerika dan Eropa. Mumpung di sini, saatnya memborong!


Kenyang Sepanjang Hari

Bagi saya, daftar wajib saat traveling adalah makan-makan. Tak lengkap rasanya perjalanan bila belum menyisir jajanan tepi jalan, nongkrong di warung tradisionalnya. Di sanalah saya bisa merasakan euforia kuliner setempat secara jujur.

Wisata kuliner saya saat berkunjung ke Cirebon kali ini harus menyisakan ruang lebih di perut karena makanan pesisir selalu terkenal enak. Terbatasnya waktu, membuat saya harus berbesar hati melewatkan beberapa daftar kunjungan.

Saya mengawali hari dengan menikmati Nasi Jamblang Ibu Nur. Memasuki ruang santapnya, saya langsung digiring masuk antrean untuk memilih makanan sendiri di meja. Ada sekitar 40 jenis lauk, seperti satai telur puyuh, ayam goreng, cumi tinta hitam, yang siap dipilih. Wow! Sebelum diberi piring, pelayan akan bertanya takaran nasi yang dipesan.

Bila Anda ingin makan dalam porsi besar, saya sarankan untuk memesan nasi 5-7 porsi. Sebab, takaran 1 porsi hanya sekitar 3 sendok makan. Tentu kurang untuk yang sedang lapar.

Beranjak siang, saya beralih mencicipi empal gentong. Masakan ini mirip soto, dengan bahan dasar empal, daging, dan aneka jeroan, yang dimasak di dalam gentong (panci) besar. Sebelum disajikan, diberi tambahan potongan lontong, lalu disiram kuah santan kuning yang panas. Aroma rempah yang pekat sontak tercium saat disajikan. Saya tak perlu waktu lama untuk menghabiskannya.

Penjual empal gentong sangat mudah ditemui di sepanjang jalan. Namun, yang paling dikenal adalah Empal Gentong Mang Darma. Bila tak suka santan, Anda bisa mencoba empal asem. Kuah santan kental digantikan dengan kuah kaldu bercita rasa kecut dari larutan asam jawa. Yang terkenal yaitu Empal Asem Amartha, di daerah Tengah Tani.

Bila belum kenyang, coba  cicipi tahu gejrot, yang mudah ditemui di pinggir jalan. Sajian ini berupa tahu pong yang disiram dengan larutan gula merah yang sudah dibumbui  bawang merah, bawang putih, cabai rawit, dan air asam. Rasa kecut dan segar tahu gejrot tampaknya berjodoh dengan panasnya cuaca di Cirebon. 


OLEH-OLEH WAJIB

1. Siroop Tjap Buah Tjampolay 
Sirop khas Cirebon yang telah diproduksi sejak tahun 1936. Terdiri dari rasa melon, mangga gedong, jeruk nipis, nanas, dan kopi. 
2. Petis  dan Terasi
Petis Luxer Udang Kembar dan terasi jap jempol adalah merek yang paling banyak dicari.
3. Kerupuk
Pilihannya ada kerupuk udang dan kerupuk pasir (biasa disebut kerupuk melarat)
4. Kerajinan Tangan
Hasilnya seperti anyaman rotan khas Desa Tegalwangi, Weru Cirebon dan kreasi batok kelapa. 


MENGINAP DI MANA?            

Ada banyak pilihan hotel di Cirebon, di antaranya:

1. Aston Cirebon Hotel & Convention Center
Letaknya strategis, berbintang 4, dengan fasilitas kolam renang, spa, dan resto yang menyajikan makanan khas Cirebon. 
Alamat: Jl. Brigjen Dharsono No.12 C. By Pass. (0231-8298000)

2. Hotel Santika Cirebon
Jl. Dr. Wahidin No.32. (0231-200570)

3. Hotel Grand Tryas Cirebon
Jl. Tentara Pelajar. No.103-107. (0231-204666)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?