Travel
Diary From The Sea

19 Jun 2015


Selama 5 hari 4 malam, Redaktur Senior femina, Primarita S. Smita, memenuhi undangan berlayar dengan Sapphire Princess Cruises yang sedang singgah di Singapura dan berlayar di Asia Tenggara selama 2015-2016. Di sana, menikmati fasilitas kapal pesiar bintang lima; wining, dining and swimming, serta mampir di Penang dan Langkawi yang mungil namun memesona.

Jujur, anggapan saya tentang kapal pesiar dulunya adalah tempat membosankan yang hanya menarik untuk orang dewasa dan lansia. Tapi, pikiran saya berubah 180° ketika saya menginjakkan kaki di kapal Sapphire dari Princess Cruises dan melewatkan 4 malam di sana. Tak lagi fokus pada kasino,  makin ke sini rupanya kapal pesiar  makin meremajakan diri dengan fasilitas dan program yang ditujukan untuk pasangan dan keluarga muda. Mulai dari demo masak, pergelaran musik pop, sampai zumba bersama.





Hari 1
Berkenalan dengan Princess


Kekhawatiran sempat menyelimuti saya ketika meninggalkan Jakarta dalam keadaan hujan badai. Makanya, saya dan rombongan terkejut karena begitu sampai di Marina Bay Cruise Center, Singapura, kami mendapati udara begitu cerah, sempurna untuk perjalanan kapal pesiar. Di pelabuhan internasional yang begitu sophisticated seperti bandara itu, proses imigrasi dan check-in kapal begitu mulus.
Setelah mengisi beberapa formulir, saya diberi cruise card, bag tag, dan nomor kabin. Tidak hanya berfungsi sebagai kartu pembayaran, cruise card juga berlaku sebagai kartu identitas selama paspor saya disimpan oleh awak kapal supaya tidak tercecer atau hilang. Yang malas menggeret koper sendiri, bisa menyerahkannya kepada awak kapal untuk diantar ke kabin.
Belum sempat mengagumi interior lounge kapal yang dipenuhi furnitur kayu klasik seperti di film-film Italia, saya harus ke kabin untuk mengambil pelampung. Di hari pertama ini penumpang kapal pesiar wajib mengikuti latihan untuk keadaan darurat. Penumpang dibagi dalam beberapa muster stasiun yang telah diberi tanda di tiap deck atau lantai kamar. Setelah mendengarkan penjelasan mengenai beberapa petunjuk keselamatan dan berlatih memakai pelampung, penumpang kembali dibebaskan beraktivitas.
Saya pun mengikuti tur keliling kapal yang telah berusia 11 tahun ini. Rupanya, Princess Cruises adalah perusahaan kapal yang dipakai dalam serial televisi The Love Boat yang sempat ngetop di tahun ’70-an. Saya melewati atrium utama The Piazza yang telah dipenuhi orang-orang yang menikmati kopi dan camilan sore sambil mendengarkan pertunjukan musik klasik. Setelah mengintip galeri seni, kasino, dan beberapa international dining room, saya dan rombongan juga menengok Princess Theater, tempat pertunjukan utama.
Puas berkeliling kapal, saya kembali ke kamar untuk beristirahat. Kamar balcony ini lega, dilengkapi dengan walk-in closet dan shower room. Dengan fasilitas layaknya hotel berbintang, termasuk televisi yang menyediakan berbagai acara dan film on-demand, saya tak sabar untuk bangun pagi dan langsung melihat pemandangan indah dari balkon.



Hari 2
I Heart Penang


Berhubung kemarin saya menghabiskan banyak waktu bersantai di atas kapal, menikmati sunset di Promenade Deck sambil menyeruput umbrella drink, hari ini saya turun kapal dan melihat-lihat Pulau Penang. Tapi sebelumnya, saya menyempatkan untuk mengikuti cooking presentation. Executive Chef Raggie Saldhana dan Maitre D’Hotel Francisco Patricio memandu acara masak-memasak di Princess Theater. Sudah bekerja di kapal pesiar selama sekian belas tahun, keduanya begitu kocak dan kompak saat membuat flambeed shrimp dan chocholate mousse with red fruit compote.

Di akhir acara mereka mengajak penonton untuk mengikuti galley tour, mengunjungi salah satu dapur besar di atas kapal Sapphire Princess. Memasuki dapur yang didominasi warna metal ini adalah pengalaman yang sama sekali baru buat saya. Tampak beberapa cook sedang mempersiapkan makan siang dalam jumlah besar. Bagaimana tidak, dalam sehari ada   sekitar 2.600-an penumpang, tamu, dan kru yang harus diberi makan.

Waktu yang tersedia terbilang singkat, sekitar 5 jam, tapi di siang hari saya turun dari kapal dan berhasil mendapatkan sneak peek dari Penang, kota wisata Malaysia yang tersohor itu. Ada dua highlight dari yang berkesan. Pertama, Chew Jetty, perumahan terapung di kawasan heritage yang dibangun oleh klan Chew. Terdiri dari rumah-rumah kayu tradisional yang dibangun di Weld Quay, Chew Jetty, di sana terdapat guesthouse, warung, dan toko suvenir. Saya menyusuri gang-gang kecil berlantai kayu, sambil mengamat-amati rumah-rumah penduduk yang didekorasi sederhana dengan pot-pot bunga.
    Yang tak kalah berkesan juga adalah ketika saya dan rombongan diajak berjalan kaki menyusuri George Town yang dihiasi street art. Di beberapa spot, saya mendapati aneka karya seni di tembok-tembok rumah dan toko. Mulai dari yang sekadar oret-oretan bermakna misterius, sampai ilustrasi 3 dimensi yang seolah wajib menjadi setting foto bagi siapa pun yang lewat di sana. Saya melihat seorang ayah meletakkan putri kecilnya yang memakai topi di atas potongan kursi sepeda yang menempel di tembok. Si anak kecil, jadi seperti sebuah grafiti yang hidup.
    Kembali ke kapal, saya ingin menikmati semilir angin malam di atas deck. Saya pun menuju deck 15, tempat pemutaran Movies Under The Stars. Setelah mengantre popcorn dan es krim, saya memilih kursi panjang yang nyaman dan menutup hari yang panjang dengan film The Fault in Our Stars.


Hari 3
Makan Malam 5 Dekade


Di pagi hari setelah menyantap sarapan buah-buahan segar di kabin, saya begitu semangat untuk turun dari kapal dan mencoba naik Langkawi Cable Car yang puncaknya berada di ketinggian 708 meter di atas permukaan laut dan menempuh perjalanan sejauh 2,2 km. Hari itu cuaca begitu panas dan sedikit berangin, membuat suasana di dalam cable car panas dan bikin deg-degan.

Sesampainya di atas, terdapat sebuah viewing deck bertingkat yang menyuguhi pemandangan 360°. Saking indahnya, teman seperjalanan saya, Iwan, spontan  membacakan sebuah puisi di hadapan banyak orang.

Kembali ke pusat Kota Langkawi, ketika yang lain belanja di toko duty free, saya dan Lola, teman dari Malaysia, memilih untuk berjalan-jalan dengan kaki telanjang di Pantai Cenang yang terletak persis di belakang toko. Ah, sensasi pasir hangat dan air laut yang dingin di kaki memang tidak ada duanya.

Sekembalinya ke kapal, saya menyaksikan pertunjukan musikal Piano Man di Princess Theater. Dengan kostum meriah bergelimang glitter, penari, penyanyi, dan musikus Piano Man unjuk talenta yang memang tidak mengecewakan. Musik yang membahana, vokal yang lantang, koreografi yang energik, serta ekspresi mereka yang ceria membuat penonton sejenak lupa sedang berada di atas sebuah kapal pesiar.

Hari itu, acara makan malam juga sangat istimewa, karena bertepatan dengan perayaan 50th Anniversary dari Princess Cruises. Tiap international dining room menyuguhkan hidangan signature dari 5 dekade lalu. Untuk pembuka, kombinasi duck terrine & apricot preserve brioche dan porcini mushroom cappuccino soup, sajian Nouveau Classic dari tahun ‘60-an dan ‘70-an.

Untuk hidangan utama pertama dari tahun ’80-an dan ’90-an, ada salad hijau dengan balsamic dan walnut vinaigrette dengan goat cheese dan roti rosemary.  Untuk intermezzo, ada blueberry mojito sorbet yang kemasamannya begitu pas di lidah. Untuk hidangan utama dari tahun 2000-an, fillet ikan turbot dengan truffle chive sauce yang dinikmati bersama mousseline kentang. Penutupnya, moist chocolate dome dengan raspberry crème brulee dan bittersweet chocolate mouse. Lidah saya serasa  melompat dengan mesin waktu makanan.

Hati riang, perut kenyang, tapi malam masih panjang. Saya menuju Neptune’s Reef & Pool untuk bergabung dalam keriaan The Latin Ultimate Deck Party. Saat tiba di deck terbuka di bawah bintang, kapal seakan bergetar oleh  entakan musik Latin dan goyangan kaki dari ratusan tamu kapal pesiar. Dari anak kecil sampai kakek-nenek,     berusaha mengikuti instruksi Cruise Director JJ dan timnya yang berdansa dengan lincah dan energik.
Saya tak mau ketinggalan dan segera melepas sepatu lalu bergabung dalam barisan dan mulai mencoba mengikuti gerakannya. Hasilnya memang jauh dari JLo, tapi setidaknya saya sukses membakar lemak sekian ratus kalori. Yes!


Hari 4
Berenang Sepuasnya


Hari ini Sapphire Princess merapat di Port Kelang, Kuala Lumpur. Namun, yang turun hanya mereka yang mengakhiri perjalanannya di sini. Sisanya, termasuk saya, memanfaatkan kesempatan yang tersisa untuk menikmati fasilitas kapal pesiar. Bisa bangun tidur lebih siang dari biasanya, tadinya usai sarapan saya berniat untuk cuci mata di toko-toko duty free. Tapi ternyata, semuanya tutup. Rupanya, menurut peraturan, ketentuan bebas pajak atau duty free tidak berlaku saat kapal pesiar sedang berlabuh.

    Akhirnya saya mencoba kolam renang indoor yang sejak hari pertama seperti ‘memanggil-manggil’ saya. Saya beruntung, karena Calypso Pool sedang kosong. Selama 4 hari di kapal, saya sudah mencoba hampir semua kolam dan jacuzzi outdoor. Namun ternyata, berenang di dalam ruangan juga begitu menyenangkan karena lebih adem dan tidak berangin. Pagi itu, saya serasa seperti berenang di kolam milik sendiri.

    Setelah sepanjang siang  menikmati private balcony di kabin sambil membaca buku, sorenya saya menghadiri jamuan minum teh. Saya pikir tadinya saya bukan high tea person. Tapi, begitu disuguhi peanut butter cookies, macaroons, dan aneka kue-kue cilik lainnya, saya mulai berubah pikiran. Favorit saya adalah scones hangat dengan soft butter dan selai  blueberry, yang memberikan perpaduan asin dan manis di lidah yang tiada duanya. I’ll have one more, please. 


   
Hari 5
Perpisahan Manis


Satu hal lagi yang membuat saya penasaran dari kapal pesiar ini adalah area sanctuary yang terdapat di awan. Ehm, maksud saya di bagian tertinggi kapal. Sambil menunggu giliran diembarkasi, saya beranjak ke sana dengan beberapa orang teman. Dihiasi tanaman asri, sofa, dan kursi dengan bantal-bantal empuk berwarna kuning pastel, area ini dikhususkan untuk orang dewasa yang ingin melarikan diri dari hiruk pikuk kapal. Saya menghabiskan sekitar 1,5 jam leyeh-leyeh di sana, menyelesaikan novel The Vacationers sambil menyeruput mimosa dingin. So blissful….



TIP
• Selain melalui situs resmi princess.com, pemesanan tiket perjalanan bisa dilakukan melalui agen-agen perjalanan besar.
• Supaya tidak kehabisan tempat, bila ingin mengikuti tur di daratan sebaiknya mendaftar saat melakukan pemesanan tiket.
• Foto koper dan barang bawaan lainnya supaya lebih mudah dicari apabila hilang di atas kapal.
• Untuk menghindari aksesori atau perlengkapan kecil lainnya tercecer di kabin, bawa kantong shoe organizer yang bisa digantung di pintu kamar mandi.
• Apabila ingin tetap terkoneksi internet, sebaiknya siapkan paket mobile data dari Indonesia. Biaya roaming di laut sangat mahal, dan wifi di kapal dikenakan biaya 69 dolar Amerika (sekitar Rp890.000) untuk 100 menit.
• Buletin harian jadwal program lengkap dan tawaran khusus untuk hari itu. Kalau bingung dengan pilihan acara yang terlalu banyak, sebaiknya pilih 1-2 saja yang memang benar-benar ingin diikuti. Sisa waktunya, santai saja.
• Umumnya dress code di atas kapal adalah smart casual. Misalnya summer dress untuk siang hari, dan cocktail dress untuk makan malam, dilengkapi dengan sandal cantik, wedges, atau strappy shoes. Meskipun tidak wajib, ada baiknya dress code diikuti supaya tidak terlihat saltum.
• Semua transaksi di atas kapal dilakukan dengan cruise card dalam mata uang dolar Amerika. Anda bisa memilih untuk mendaftarkan nomor kartu kredit supaya bisa langsung di-charge, atau membayar tunai. Jangan lupa untuk menyelesaikan tagihan di akhir perjalanan. (PRIMARITA S. SMITA)




 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?