Travel
Cerita Rasa Norwegia

30 Aug 2013

Negara-negara yang berada di utara dunia memang sebelumnya tidak dikenal sebagai negara kuliner. Namun kini, hal itu telah berubah. Kehadiran resto bergelar Michelin hingga pemenang berbagai kompetisi kuliner bergengsi berasal dari negara-negara itu. Salah satu yang kerap menjadi perbincangan adalah Norwegia, yang memiliki segudang chef berbakat.

Dahulu & Kini
Norwegia adalah sebuah negara yang memiliki garis laut lebih dari 80.000 KM. Selalu dikenal sebagai salah satu penghasil seafood segar terbesar di dunia. Perairannya yang luas dengan air yang dingin menjadikannya tempat tepat untuk budi daya ikan, seperti salmon, gindara, halibut, dan skrei. Sayangnya, lokasi ini juga yang menjadi penyebab Norwegia dihadapkan dengan winter yang sangat panjang. Alhasil, sayur dan buah justru sangat terbatas.
   
Dahulu, kompor hampir tidak dijumpai di Norwegia. Karenanya, tidak dikenal sajian makanan yang hangat. “Makanan yang diasapkan, dikeringkan, dan diasinkan atau cured, justru populer,” ujar chef Christian Foldnes, Executive Sous Chef Grand Hyatt Hotel Jakarta yang berkebangsaan Norwegia.   

Alasan lain adalah karena mereka juga kewalahan dengan hasil laut yang melimpah. Di daerah Lovoten misalnya, selama lebih dari 500 tahun menjadi pusat pembuatan stockfish, yaitu gindara yang diangin-anginkan hingga kering dan menjadi komoditas ekspor. Ikan yang diawetkan ini juga mengalami perkembangan sesuai dengan permintaan dari negara tujuan ekspornya. Misalnya klippfisk atau gindara yang diasinkan yang dikenal dengan sebutan bacalao di Portugal.
   
Semua itu baru berubah pada tahun 1700-an. Perkenalan dengan kompor membawa gebrakan pada gaya makan mereka. Semua orang mulai menyediakan ruang khusus untuk dapur di rumahnya. Makanan pun tersaji hangat, walau hanya kala dinner. Tentu saja dimulai dengan metode masak yang sederhana: rebus, poaching, dan braising.
   
Memang kesederhanaan menjadi konsep yang selalu dijunjung untuk makanan Norwegia. Bumbu yang digunakan juga sangat minim dan hanya bertujuan untuk menguatkan cita rasa asli bahan yang dipakai. Cukup sedikit garam dan daun dill yang ditambahkan kala memasak. Namun kini, mereka sudah  mulai berani bereksperimen. “Banyaknya pendatang  dari negara lain, mengenalkan kami pada bumbu-bumbu yang eksotis,” ujar chef Michael Reddington dari Norsk Sjomatsenter ketika dijumpai femina beberapa waktu lalu. Teknik masak seperti slow cooking, sous vide (bahan makanan ditaruh di dalam plastik vakum, lalu dimasak di dalam water bath hingga matang), atau mengonsumsi makanan mentah mulai menaiki tangga popularitas
   
Norwegia kini juga menjadi salah satu negara yang menjadi pusat kuliner di dunia. Resto berkualitas tinggi dan chef berbakat banyak ditelurkan negara satu ini. Maklum saja, karena tingkat kesejahteraan mereka yang tinggi, kuliner kini  menjadi salah satu bidang yang diberi perhatian khusus. Seakan-akan untuk membalas waktu lama dengan hidangan yang sangat simpel. Ini juga didukung dengan kelahiran banyak universitas serta pusat penelitian kuliner. Salah satunya, Gastronomisk Institutt (House Of Meals) yang ada di Stavanger.
           
Berbagai bahan makanan khas Norwegia diuji coba dengan berbagai teknik masak yang berbeda serta bumbu-bumbu asing. Resepnya pun didistribusikan banyak resto dan pengusaha makanan secara gratis. Mereka juga memberikan pelatihan khusus untuk chef di sana secara cuma-cuma. Kegandrungan ini juga yang membuat banyak chef memberanikan diri mengikuti berbagai kompetisi kuliner, seperti Bocuse D’Or dan Olimpiade Kuliner yang juga mereka menangkan.


Dinner yang Hangat

Menyoal tentang pola makan, ternyata kebiasaan makan bangsa Norwegia tak jauh berbeda dengan negara lain.  Mereka menikmati acara makan sebanyak 3-4 kali per hari. Diawali dengan sarapan yang ditemani secangkir kopi hitam, serta roti dan keju. Smoked salmon juga diminati, terutama sebagai pendamping omelette. Dahulu, banyak rumah yang memproduksi smoked salmon sendiri, tapi kini mereka memilih cara lebih praktis dengan membeli langsung di toko.
   
Kebiasaan menyantap cold dish ini juga berlaku untuk lunch. Tidak hanya karena waktu istirahat yang pendek, tapi juga harga makanan yang mahal. Untuk makan siang, mereka memilih membawa matpakke (bekal). Umumnya berisi sandwich, buah potong, dan keju.
   
Lain halnya saat makan malam. Sajian hangat dinikmati pada saat ini dan biasanya dimasak sendiri di rumah. Menunya tidak jauh-jauh dari meatball atau poached fish sembari ditemani olahan kentang (potato cake atau kentang rebus) serta sayuran. Khusus untuk ikan, acar mentimun menjadi teman favorit.
Di hari Minggu, dinner menjadi sebuah acara keluarga yang ‘wah’. Roast beef atau roast pork dengan condiment tradisional, seperti selai cranberry, dihidangkan pada acara tersebut.


Kisah Cinta Kopi & Dessert

Kecintaan masyarakat Norwegia pada kopi dan dessert memang telah berlangsung lama. Sayangnya, tidak diketahui dengan jelas histori budaya ngopi mereka. Kopi mendapat tempat istimewa di dalam keseharian mereka. Rata-rata 5 gelas kopi diminum tiap hari, walaupun hanya filtered coffee dan diminum sebagai kopi hitam. Tidak heran jika banyak dari mereka yang kerap membawa termos berisi kopi kala beraktivitas. Ini jugalah yang menjadi asal-muasal kelahiran coffee culture di Norwegia. Budaya ngopi ini berawal dari kegemaran warga setempat untuk kumpul di rumah atau kafe, ngobrol  ditemani secangkir kopi dan dessert.
   
Kini, kedai kopi marak bermunculan. Kebanyakan mengusung  merek lokal dan selalu penuh dengan antrean. Namun, tak hanya black coffee   yang menjadi incaran. Mereka juga meminati kopi ala Italia yang diolah menjadi espresso. Tapi, filtered coffee tetap mendapat tempat tersendiri. Tentunya, kualitas biji kopi dan mesin yang digunakan lebih diperhatikan. Pantas, sejak tahun 2000-2004, barista dari Norwegia selalu menyabet gelar juara pada acara World Barista Championship.
   
Untuk urusan dessert, negara ini juga menaruh minat khusus. Sejak dulu, berbagai perayaan nasional dan keagamaan selalu diramaikan dengan kehadiran kue. Kransekakke (ring cake), bløtkakke (layer cake), dan rømmergrøt (sweet sour cream porridge) selalu menjadi primadona. Disajikan khusus pada National Day, Paskah, dan Natal. Selain kue-kue tersebut, banyak dessert yang menggunakan apel dan buah beri musiman juga. Salah satu yang khas adalah moltebeere atau cloudberry, buah beri berukuran kecil warna kuning yang hanya tumbuh di daerah pegunungan Norwegia. Kerap diolah menjadi selai dan dinikmati dengan krim kocok. Uniknya, sajian ini justru  banyak dinikmati untuk sarapan.
   
Berdasarkan pengalaman femina ketika berkunjung ke Norwegia, dessert di sana memang tidak pernah mengecewakan. Banyak pastry chef yang mengenyam pendidikan di luar negeri dan mengekspos diri mereka pada kreasi yang inovatif. Dessert fusion juga mulai dilirik. Begitu pula dengan sajian deconstructed dessert maupun molecular gastronomy. Di Søtt og Salt misalnya, kue apel yang biasa disajikan dengan krim ditransformasi menjadi apple crumble yang ditemani es krim rasa bir. Hmmm…sungguh lezat.


Water Of Life
Pada masa lampau, blande menjadi pilihan banyak orang. Minuman serupa dengan bir ini kala itu diproduksi rumahan. Terbuat dari air dan soured whey yang difermentasi. Saat ini, Norwegia juga populer dengan micro brewery-nya. Di Mathallen Oslo (Food Market) misalnya, ada sebuah bar yang menjajakan lebih dari 200 merek bir yang berasal dari brewery setempat.

Satu lagi yang juga khas dari negara itu adalah akevitt (aquavit), yang dikenal juga dengan sebutan water of life. Pertama kali diproduksi pada tahun 1500-an dan memiliki kandungan alkohol yang tinggi (sekitar 40%). Dibuat dari kentang yang dihaluskan, lalu difermentasikan.  Minuman ini memiliki after taste cita rasa jintan.

Meski begitu,  jangan harap bisa mengonsumsi alkohol dengan bebas di sana. Ada berbagai regulasi ketat yang mengatur tentang penjualan dan konsumsi alkohol. Selain di bar, resto, dan kafe,  wine, bir, dan liquor hanya dijual di Vinmonopolet, sebuah toko khusus minuman beralkohol yang dikelola oleh pemerintah.


FAKTA SERU

  1. Rempah yang wajib ada di dapur Norwegia adalah daun dill yang digunakan hampir di  tiap hidangan ikan.
  2. Ada 3 jenis olahan salmon yang populer. smoked salmon, gravlaks, dan spekelaks. Yang membedakan adalah jumlah garam yang digunakan untuk pembuatannya dan lama penyimpanan sebelum dikonsumsi.
  3. Sejak frozen pizza dikenalkan pada tahun 1980, kini justru menjadi salah satu makanan terpopuler.
  4. Kota Stavanger yang dulunya dikenal sebagai kota minyak, kini juga dilabeli culinary hub di Norwegia. Banyak resto kelas wahid serta beberapa sekolah kuliner buka di kota ini.
  5. Geitøst, keju dari susu kambing yang berwarna cokelat, salah satu jenis keju yang favorit dan bercita rasa karamel. Kerap dikonsumsi kala sarapan Milk drinking nation. Menurut data pemerintah setempat, susu diminum sedikitnya 150 liter/orang/tahun.

Mampir Kesini!

1. Renaa Restauranten & Matbaren
Ini adalah salah satu resto favorit di Kota Stavanger. Dimiliki oleh chef Sven Erik Renaa yang telah berulang kali memenangkan penghargaan di dunia kuliner. Sesuai dengan namanya, dua resto bergandengan di satu lokasi. Matbaren atau food bar memiliki suasana yang lebih kasual, sedangkan restauranten adalah resto fine dining. Di tempat ini, Anda bisa mencicipi langsung hidangan yang membawa sang chef meraih juara di berbagai kompetisi bergengsi.
Alamat: Breitorget 6-8, N-4006, Stavanger
Telpon: +47 51 55 11 11

2.  Søtt og Salt
Resto semacam ini memang tak biasa dijumpai di sebuah hotel. Menawarkan konsep mutakhir, baik dari segi interior maupun sajiannya. Menunya juga berubah tiap harinya. Para tamu cukup memilih berapa menu yang diinginkan. Beberapa menu klasik juga ditransformasi ke dalam rupa modern.
Alamat: Radisson Blu Hotel Norge, Nedre Ole Bulls plass 4, Bergen
Telpon: +47 40 00 24 55

3. Bølgen & Moi
Sebuah resto franchise yang berlokasi di pusat Kota Bergen, dan berada di dalam satu gedung dengan Museum Seni. Facade-nya yang klasik sangat kontradiktif dengan interiornya yang futuristis. Jangan harapkan table setting yang formal, karena sangat nyeni di tempat ini. Resto ini juga menjadi favorit warga setempat. Jika Anda beruntung, bisa, lho, berjumpa dengan wali kota, Trude Drevland, yang terkadang makan di sana.
Alamat: V?gsallmenningen 16, Bergen
Telpon: +47 55 59 77 00

4. Hello Goodpie
Aroma butter bercampur kayu manis menyambut ketika memasuki kedai satu ini. Dikenal sebagai toko pie pertama di Norwegia dan meraih kepopuleran dalam waktu cepat. Tidak hanya menjual pai yang manis, tapi juga gurih. Kini, kunjungan ke Mathallen Oslo menjadi kurang lengkap jika belum mencicipi dessert dari tempat ini. Sebut saja pai cokelat, lemon meringue pie, dan chicken curry pie yang memang menjadi pilihan banyak penduduk setempat.
Alamat: Mathallen Oslo, Maridalsveien 17 A, Oslo
Telpon: +47 93 08 81 83



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?