Travel
Berburu Kuliner Belitung

30 Jan 2015

 
Masih ingat keindahan Belitung dalam film Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, beberapa tahun lalu? Bila mengunjungi pulau di tengah Laut Jawa itu, jangan hanya menikmati keindahannya, puaskan juga lidah dan perut Anda dengan mencicipi sederet hidangan lezat di sana. Ikuti perjalanan saya, Hiang Marahimin, saat berkunjung dan menikmati kuliner tanah yang kaya akan timah itu. 
 

















Mi Belitung
 
Mendarat di pagi hari pukul 08.00 WIB di Tanjung Pandan, perut saya dan beberapa rekan dari Jakarta tentunya belum diisi. Tak salah  bila kami langsung dibawa ke  Mi Belitung ‘Atep’ oleh Hasbih, guide lokal kami sepanjang perjalanan di Belitung. Meski tempatnya lebih mirip warung, mi Belitung versi Nyah Atep ini terkenal dan banyak dikunjungi turis, artis dan selebritas.
 
Sebetulnya, mi kuah diperkenalkan oleh orang Khek atau Hakka, tapi mi Belitung merupakan kreasi lokal. Antara lain dengan pemakaian lengkuas dan daun salam. Kuah dari tulang babi sudah diganti kuah udang yang diberi kecap Belitung sehingga berwarna cokelat. 
 
Topping-nya tahu, kentang rebus, udang, dan otak-otak ikan. Untuk kesan kriuk-kriuk di mulut, tersedia taoge, mentimun, dan emping. Sebelum disendok, kucuri mi dengan jeruk kunci (di Manado disebut lemon cui). Aduk sebentar dan seruput dengan saksama. Cita rasa gurih-manis langsung menghangatkan kerongkongan. 
 
Sebetulnya, ada berbagai penjual mi Belitung, masing-masing punya penggemarnya sendiri. Ada Mi Belitung Awan dan Mi Belitung Aho di daerah pelabuhan. Mi Awan pernah ngetop jauh sebelum Nyah Atep mulai berjualan mi pada tahun 1974-an. Mi Awan dirintis sejak tahun 1940-an. Tapi, sejak tahun  1992, ketika abang  Awan meninggal, Mi Awan hanya buka siang hari. Di pagi harinya, Awan berjualan tahu di pasar meneruskan usaha sang ayah.
 
Tip: Selain Mi Belitung Atep, eksplorasi juga mi Belitung versi lainnya. || Alamat: Jl. Sriwijaya No. 27, Tanjung Pandan (071-921464)

Makan Bedulang
 

Puas dengan mi, kami diajak berkeliling untuk mendapat pengalaman kuliner yang lain. Kami disarankan untuk mencoba ritual makan bedulang –cara makan tradisional khas Belitung-- di rumah Ibu Nurhaida Baid Ramal. Sesampainya di rumah ibu yang akrab disapa Bu Umi ini, di Kecamatan Gantong, beragam hidangan khas Belitung sudah menyambut.
 
Ada di dalam deretan makanan tersebut adalah sambal goreng, gangan ikan tenggiri, panggang ikan itik, satai ikan tenggiri, ayam kampung bumbu ketumbar, ditemani sambal nanas. Semua disajikan dalam dulang atau nampan besar. Ditambah pencuci mulut berupa kue bingka.
 
Cara makannya unik,  tiap empat orang mengelilingi satu dulang, lalu menyantap makanan tersebut bersamaan. Hmmm… nikmatnya makan bersama! Setelahnya, kami diajak ke dapur untuk hands-on cooking class membuat gangan ikan dan satai ikan. Bonusnya, kami juga diajari membuat sambal terasi dengan nanas.
 
Dapurnya luas, bersih, dan nyaman untuk bekerja karena lay out yang sistematis. Meja persiapan yang dijadikan meja demo terletak di tengah dapur, memudahkan siapa pun yang ingin ikut mengelilingi meja itu.
Sambil mengulek bumbu, Bu Umi memberikan tip. Untuk satai ikan, boleh ikan tenggiri atau ikan jenis lain. 
 
“Asalkan ikan laut dan masih segar,” paparnya. Bumbu tak perlu ditumis, tapi hanya direbus sebentar, lalu bengkuang dan wortel diiris halus. Untuk gangan, rebus air atau kaldu bersama bumbu, lalu masukkan nanas. Ikan dimasukkan terakhir agar tekstur dagingnya tetap lembut. Tak perlu memakai ikan ketarap yang dianggap paling top di Belitung. Pakai ikan berdaging lembut. Paling favorit, satai ikan yang gurih dan lembut. 
 
Tip: Bila ingin merasakan  tradisi makan bedulang dan demo masak, pesan minimal 2 hari sebelumnya || CP: Ibu Nurhaida Baid Ramal (081929640199)

Seruput Kopi
 
Sejalan dengan budaya minum kopi khas Melayu di pagi hari, begitu pula yang berlaku di Belitung. Kebiasaan ngopi di warung kopi ini sudah ditanamkan sejak masa kuli pertambangan masih jaya (1850-an). Mereka senang melepaskan lelah dan bersosialisasi sambil minum kopi di warung kopi. 
 
Salah satu warung kopi dengan sejarah panjang adalah warung kopi Kong Djie, yang eksis sejak tahun 1945. Begitu masuk, aroma kopi menyergap. Kami kebagian tempat duduk di pojok dalam. Semua tempat favorit –di bagian depan dan di teras yang terbuka-- diokupasi kaum pria dari berbagai kalangan: buruh kasar, karyawan, pengusaha, sampai pejabat dan orang asing. Mereka ngobrol, merokok, atau sekadar duduk menikmati suasana ramah di situ.
 
Pilihan minuman kopinya tidak serumit kedai kopi modern di beberapa kota besar. Yang ada hanya kopi O --kopi hitam-- dan kopi susu kental manis. Harga segelas kecil kopi Rp4.000-Rp6.000. Kopi diantar oleh mbak ‘barista’, tapi kue self service. Cari piring sendiri, pilih kuenya dan bawa ke meja, tak perlu lapor. Kue-kuenya serba mini: bakpao isi kacang ijo, donat tanpa bahan pelembut, kue talam, kue lapis, bingka, dan aneka gorengan. Rasa kopinya? Pahit dan manisnya pas!
 
Cara menyeduh kopi Belitung baru jelas ketika kami mengunjungi Museum Kata Andrea Hirata, di Kecamatan Gantong. Di salah satu pojok museum ini dibuat replika dapur kuli Belitung dengan peranti untuk menyeduh kopi: tungku bara api, cerek air, teko kaleng, dan saringan. 
 
Bubuk kopi ditaruh dalam saringan yang seperti kaus kaki, air mendidih dari cerek dituangkan ke dalam saringan dan ditampung di dalam teko atau gelas. Kopi pun siap disajikan. Mau kopi yang lebih pekat? Tuang seduhan kopi dalam teko ke dalam saringan sekali lagi. Serba praktis dan ekonomis.
 
Anehnya, meskipun ahli membuat kopi, Belitung tidak menghasilkan kopi sendiri karena tanahnya tidak cocok untuk ditanami kopi. Biji kopi didatangkan dari Lampung, kemudian diproses menjadi kopi yang diminum di warung kopi. Paling terkenal adalah kopi Manggar.
 
 
Tip: Setelah beli kopi Manggar, seduh cara ‘barista’ warung kopi agar lebih mantap. || Alamat: Jl. Gegedek (depan Gereja Regina Pacis), Tanjung Pandan

Menikmati Seafood
 
Seafood Belitung memang tak boleh terlewatkan. Selain kualitasnya prima, harganya sangat terjangkau karena tempat penangkapannya yang dekat dengan rumah produksi dan penjualan seafood segar. Kalau ingin menikmati seafood ketika island hopping, carilah info dulu. Tidak semua pulau di sini punya restoran. 
 
Salah satu pulau yang ideal untuk menikmati seafood sambil berenang dan snorkeling adalah Tanjung Kepayang. Pantainya berpasir putih bersih dan air lautnya biru. Karena mau menghemat waktu dan sudah makan siang nasi kotak di Pulau Lengkuas, di Tanjung Kepayang kami minum air kelapa muda ditemani pisang goreng, singkong goreng, dan tempe mendoan. Pisang kepok kuningnya manis karena matangnya pas!
 
Hari masih sore ketika kami tiba di Tanjung Tinggi untuk menikmati seafood dalam suasana pantai yang terkenal formasi batu-batu raksasanya dan lautnya ideal untuk berenang dan berperahu. Begitu matahari menghilang, kami masuk ke dalam salah satu rumah makan yang berderet di pinggir pantai. 
 
Setelah mandi di fasilitas shower yang disediakan oleh rumah makan ini, kami langsung menyerbu masakan yang dipesan: ikan bakar, ikan goreng, udang goreng, udang  saus mentega, cumi goreng tepung, gangan ikan, tumis kangkung, tumis genjer, lalap, dan sambal terasi.  Hasil musyawarah: cumi goreng tepung dan tumis genjer lulus memuaskan! 
 
Seafood juga bisa dinikmati di salah satu restoran seafood di Tanjung Pandan. Terbesar adalah restoran Sari Laut. Salah satu menu andalannya Ketam Isi (daging kepiting/rajungan yang diisikan ke dalam cangkang rajungan). Ikan timnya juga pas matangnya, ‘ringan’ dan aromatik. Karena setahu saya, orang Hakka itu ahli membuat bakso ikan, maka  kuah bakso ikan jadi sasaran pertama di meja.
 
Kami berkenalan dengan ca kien, bakso ikan goreng berbentuk silinder panjang yang tak ada di daerah lain. Benar-benar nikmat menggigit bakso ikan dan ca kien yang kenyal dan mulus teksturnya.
 
Tip: Pesan jenis hidangan yang simpel agar kesegaran ikan terasa maksimal. || Alamat: Jl. Mohammad Aziz, No. 29, Tanjung Pandan (071-922257)

Berburu Oleh-Oleh
 
Tak susah mencari oleh-oleh di Tanjung Pandan. Banyak toko dan warung sepanjang Jalan Sriwijaya menjajakan aneka kerupuk ikan dan kemplang (kerupuk ikan yang dibakar dan dimakan dengan sambal. Rata-rata enak, jadi tak perlu sangsi untuk berbelanja di tempat yang tidak ditulis sekalipun. Lagi pula, berbelanja di toko oleh-oleh yang besar belum tentu cocok. Terlalu banyak pilihan justru membingungkan, apalagi kalau belum tahu apa yang mau dibeli. 
 
Kami puas berbelanja di teras rumah yang dijadikan toko darurat. Toko oleh-oleh tanpa nama ini merupakan bagian depan produsen kerupuk dan sambal lingkung rumahan. Karena tempatnya terbatas, oleh-olehnya sudah terseleksi.  Aneka gorengan berbasis daging ikan (getas, kericu, kretek), kerupuk dari ikan, telur cumi atau udang, baik yang mentah maupun yang sudah digoreng, sambal lingkung ikan tenggiri maupun ikan jambal, sampai kue rentak (kue sagu), kue satu (kue kacang hijau), terasi, dan merica Muntok, Bangka, yang nomor satu di dunia.
 
Oleh-oleh lain adalah ketam isi atau perkedel kepiting. Bisa dibeli di restoran seafood seperti Sari Laut atau dipesan kepada ‘spesialis’ pembuat ketam isi. Salah satunya, Ibu Arida. Perkedelnya dibuat dari 100 persen daging rajungan atau daging kepiting tanpa tambahan kelapa parut. Menurut Bu Arida, cangkang ketam/rajungan makin langka karena banyak diekspor ke Thailand. Namun, di dapur rumahnya tampak berkotak-kotak cangkang rajungan siap pakai, hasil perburuannya ke desa-desa nelayan. Satu ketam isi dihargai Rp6.000.
 
Mau tuntas berburu oleh-oleh? Mampirlah ke Pasar Sayor di Jalan Kim Ting, Tanjung Pandan. Sejak subuh pasar ini sudah aktif. Sasaran pertama, kue-kue basah khas Belitung. Hari itu bakso ikan dan ca kien yang masih ada diborong habis, termasuk bunga genjer yang tersisa. Sasaran berikutnya: jeruk kunci, tahu, dan bakmi basah Belitung. 
 
Sempatkan juga masuk ke los ikan. Di sini tak ada bau amis dan ikannya menakjubkan. Jenis ikannya dari teri yang kecil sampai ikan marlin yang harus dibacok dengan kampak saking gede-nya. Ikan tenggiri berlimpah. Kulitnya   mengilap dan matanya bening. Di sini akhirnya kami bertemu muka dengan ikan ketarap yang eksklusif. Sayang, kami kesulitan membeli kotak styrofoam di pasar untuk tempat ikan. Lain kali, dengan persiapan lebih baik, ikan segar pun mestinya bisa ditenteng pulang. (f)
 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?