Travel
10 Jam di Philadelphia

17 Apr 2015

Sebagai salah satu kota di pantai timur Amerika Serikat, Philadelphia menawarkan wisata seni dan sejarah tentang berdirinya sebuah negara adidaya. Di sana, saya, Clarina Andreny, melihat beberapa saksi bisu dari perjalanan kemerdekaan AS. Bertandang ke museum dengan koleksi seni tak ternilai dan menengok bangunan serta benda bersejarah dari era Presiden George Washington ini, memberi saya pandangan tentang Amerika yang lebih bermakna dari sekadar gambaran-gambaran Hollywood.


Menengok Penjara Eastern State
Waktu: 2 jam


Berkunjung penjara saat berlibur mungkin terdengar absurd. Tapi, saya tak ingin melewatkan penjara yang satu ini. Pasalnya, Eastern State Penitentiary bukan seperti penjara pada umumnya, terutama karena wujudnya yang seperti kastil tua dan bergaya arsitektur gothic. Karena  tiap sudutnya tampak seperti sudut katedral, suasana penjara ini jauh lebih mencekam daripada kebanyakan penjara modern.
Terdiri atas tujuh blok sel, penjara ini termasuk  dalam daftar salah satu penjara dengan tingkat pengamanan maksimum. Konon, sejak mulai beroperasi di tahun 1829 hingga berhenti beroperasi di tahun 1971, hanya 11 narapidana yang berhasil lolos, yang kemudian dikenal sebagai 1945 Tunnel Escape. Dari 11 narapidana tersebut, hanya satu yang tidak berhasil ditangkap kembali.
     Berhubung saya datang pada masa off-season, yang dimulai 1 Desember hingga 14 Maret, saya dapat mengikuti tur dengan pemandu. Jika datang saat high season, pengunjung hanya bisa mengikuti tur dengan audio guide yang disediakan secara cuma-cuma. Narasinya dibacakan oleh Steve Buscemi –aktor utama di serial televisi Boardwalk Empire-- mantan penjaga atau wardens, dan sejumlah narapidana yang pernah mendekam di Eastern State.
Saya juga sempat menengok sel yang pernah ditempati oleh Al Capone, gangster Amerika paling terkenal pada tahun 1920-1930-an. Di sel ini saya melihat meja, kursi dan lampu antik, serta barang-barang pribadi lainnya yang masih tertata rapi. Jauh dari bayangan sel yang dingin dan monoton. Sepertinya sel ini didekorasi dengan sentuhan pribadi sang narapidana yang berdarah Italia itu.


Mengagumi Pahatan Rodin
Waktu: 1,5 jam


Tak jauh dari Eastern State Penitentiary, cukup dengan berjalan 30 menit saja, terdapat Parkway Museums District. Tidak percuma saya memilih berjalan kaki, karena di sepanjang jalan saya melewati perumahan asri dengan gaya arsitektur Amerika tahun 1920-1930-an yang masih berdiri kokoh. Persis seperti tempat lokasi syuting film klasik!
Yang paling ingin saya tengok di Distrik Museum adalah Rodin Museum, yang menyimpan beragam patung karya sang maestro Auguste Rodin asal Prancis. Menurut sejarahnya, museum yang dibuka tahun 1929 ini menjadi bagian dari rencana tata ruang kota Philadelphia pada akhir periode tahun 1920-an. Saat itu, rancangan desain dari Parkway Museums District tengah disusun sebagai sebuah area publik.
Gaya bangunan dan desain museum ini memadukan arsitektur beaux-arts yang didesain oleh arsitek dan ahli lanskap asal Prancis, Paul Cret dan Jacques Greber. Di bagian dalam galeri, saya dapat menikmati lebih dari 140 karya Rodin yang terbuat dari perunggu, marmer, dan semen putih yang ditempatkan berdasarkan fase karier sang maestro.
Sementara di taman, saya menemukan sejumlah karya ikonik Rodin, seperti Adam and the Shade, The Age of Bronze and Eve, The Thinker, the Three Shades, dan the Gates of Hell. Garis-garis pahatan Rodin yang begitu mulus dan ‘hidup’ membuat saya tak berhenti berdecak kagum.


Terperangah Sains di Franklin Institute
Waktu: 3 jam


Dengan membayar tiket masuk sebesar 19,95 dolar AS (sekitar Rp260.000), saya bisa masuk ke seluruh area dan menikmati ekshibisi yang tengah berlangsung. Harga tersebut merupakan paket combo, yakni berupa tiket masuk museum dan pemutaran film IMAX sehingga harganya lebih murah dibandingkan dengan membeli masing-masing tiket secara terpisah.
Museum ini rasanya sangat sesuai untuk dikunjungi bersama anak-anak usia 6-15 tahun, mengingat banyaknya fasilitas belajar dan praktikum yang khusus ditujukan untuk mereka. Bagi orang dewasa pun, museum ini tetap menarik mengingat beragamnya jenis pameran, pertunjukan sains live, serta workshop yang dapat dinikmati. Saya memilih untuk melihat pameran Body Worlds: Animal Inside Out, sebuah ekshibisi tersohor di dunia tentang anatomi makhluk hidup, yang juga pernah ditampilkan di film James Bond, Casino Royale.
Di sini pengunjung juga dapat menyaksikan berbagai film dokumenter ilmiah di teater IMAX. Saya memilih  menyaksikan film Sharks yang bercerita mengenai habitat hiu dan interaksinya dengan manusia. Ketertarikan saya terhadap mamalia yang satu ini memang sudah terbangun sejak kecil, yang merupakan dampak dari film Jaws arahan Steven Spielberg.


‘Kunjungan Kenegaraan’ AS
Waktu: 1 jam


Berada di negara bagian Pennsylvania, Philadelphia memiliki peranan penting dalam sejarah kemerdekaan Amerika Serikat. Beragam monumen, bangunan dan tempat bersejarah lainnya menjadi saksi bisu dari lahirnya negeri Paman Sam ini.
Salah satu lokasi bersejarah yang saya kunjungi adalah Independence Hall, aula tempat pelantikan George Washington, presiden pertama Amerika Serikat. Independence Hall ini juga merupakan tempat pertama kalinya bendera AS dikibarkan, menandakan hari kemerdekaan negeri ini. Saya bayangkan kira-kira momen ini serupa sejarah Indonesia seperti yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jl. Pegangsaan Timur.
Selanjutnya saya memasuki area State House dan mengikuti tur yang dimulai dari area courtroom. Di ruangan ini pula terletak kursi Rising Sun milik George Washington yang masih terletak di posisi yang sama saat dipilih sebagai presiden dalam Constitutional Convention tahun 1787.
Di sayap barat bangunan ini   terdapat pena asli yang digunakan untuk menandatangani deklarasi dan rancangan konstitusi AS yang asli. Setelah melihat State House, saya pun berjalan-jalan di halaman belakang State House. Terdapat bangku-bangku taman yang asri, sembari menikmati arsitektur dari bangunan State House.
Independence Hall dan State House ini buka sepanjang tahun. Meskipun demikian, saya menyempatkan untuk mengecek jam operasionalnya sebelum berkunjung. Hal ini untuk mengantisipasi kehabisan tiket yang biasanya habis terjual sebelum pukul 1 siang. Sangat penting untuk mempersiapkan kunjungan ke tempat ini mengingat tingginya minat turis domestik dan mancanegara yang juga ingin mengunjungi lokasi bersejarah ini.


Mengejar Lonceng Liberty
Waktu: 1 jam


Sebelum menjadi negara yang menentang perbudakan, menjunjung kesetaraan gender dan hak-hak sipil, AS sempat mengalami periode kelam yang terekam dengan sangat apik dalam berbagai dokumen asli, foto, dan video. Dokumentasi ini mengantarkan penontonnya untuk melihat Liberty Bell atau yang dahulu dikenal sebagai State House Bell.
Berlokasi di Independence National Historical Park, Liberty Bell merupakan simbol kelahiran AS sebagai sebuah negara baru. Lonceng ini diselimuti oleh kalimat-kalimat yang menjelaskan mengenai sejarahnya, seperti informasi mengenai siapa yang memesan dan mengapa lonceng ini dibuat.
Meski melambangkan kemerdekaan, lonceng ini tidak dibunyikan pada hari kemerdekaan AS, 4 Juli 1776. Dahulu bel ini digunakan sebagai penanda adanya pertemuan publik, keadaan darurat dan pengumuman penting lainnya untuk penduduk setempat, memanggil para pejabat publik dan penanda proses-proses legislasi. Di salah satu sisinya, terlihat garis retakan cukup besar, yang katanya terjadi di awal abad ke-19, dan beberapa retakan kecil yang terjadi saat lonceng tersebut dibawa tur keliling AS.


Piknik di Taman Cinta
Waktu: 1 jam


Sering melihat foto atau ilustrasi huruf kapital LOVE berwarna merah?  Karya seni instalasi ini aslinya terdapat di John F. Kennedy (JFK) Plaza yang terletak di pusat kota Philadelphia, dan dikenal dengan nama LOVE Park. Keberadaan LOVE ini memang mengundang banyak wisatawan untuk membentuk antrean panjang untuk sekadar berfoto di depannya, tak terkecuali saya.
Mengingat saya berkunjung di penghujung tahun, yakni pada minggu ketiga bulan November atau Thanksgiving Day hingga tahun baru, di sana terdapat Christmas Village yang menirukan pasar tradisional Natal di Jerman, lengkap dengan pohon raksasanya. Terdapat sekitar 60 pedagang yang menjual pernak-pernik dan perhiasan unik buatan perajin lokal serta beragam penganan Eropa. Pertunjukan musik live yang membawakan lagu-lagu Natal juga membuat suasana  makin meriah.
Pengunjung LOVE Park yang ingin berfoto bersama Sinterklas bisa datang pada akhir pekan untuk melengkapi koleksi foto liburan dengan suasana musim liburan. Atraksi ini tidak dipungut biaya. Pengunjung yang berfoto dapat turut memberikan donasi untuk Make-A-Wish Foundation yang merupakan yayasan yang membantu mengabulkan permintaan pengidap kanker.


Berburu Roti Leleh Keju
Waktu: 30 menit


Setelah puas berkeliling Philadelphia, saya pun mencari restoran untuk santap malam. Incaran saya adalah mencicipi phily cheesesteak yang tersohor di dunia itu, di kampung halamannya. Hidangan yang pada dasarnya bukan steak, melainkan roti lapis isi daging berlumur keju, ini sudah diadaptasi menjadi berbagai versi. Tapi, cheesesteak yang asli sesungguhnya memakai roti panjang mirip baguette, tapi lebih lembut dan sedikit asin.
Untuk dagingnya, mereka memakai lembaran daging sapi ribeye yang empuk. Sedangkan keju yang dipakai umumnya adalah keju provolone yang teksturnya kenyal dan mudah meleleh. Menikmatinya selagi hangat dengan tambahan grilled onions atau bacon, rasanya segala rencana diet pun terlupakan. Apalagi, porsi roti lapis ini cukup besar untuk ukuran orang Asia seperti saya.
Beruntung phily cheesesteak bisa ditemukan di seluruh penjuru kota tempat kelahiran aktor Bradley Cooper ini. Malam itu saya mampir ke By George!, sebuah resto yang juga menghidangkan aneka pasta dan pizza. Di sana, saya baru mengetahui bahwa kebanyakan tempat makan di Phily tutup setelah pukul 8 malam. Untung saja saya buru-buru datang!


Tip
• Berkunjung ke Philadelphia dalam waktu yang singkat memerlukan perencanaan yang lebih matang dari biasanya. Sebisa mungkin, periksa jam-jam buka tempat-tempat yang akan dikunjungi sebelumnya.
• Tidak perlu mengambil city tour, transportasi umum di Philadelphia juga dapat diandalkan untuk mengelilingi kota ini, dengan tarif 2,25 dolar AS (Rp29.000) sekali jalan. Jika tidak mau repot, bisa naik bus hop-on-hop-off dengan membayar sebesar 55 dolar AS (Rp706.000) per orang, Bus akan berhenti di berbagai atraksi wisata utama.
• Alokasikan banyak waktu untuk berjalan di Parkway Museums District. Sejumlah museum berkumpul di area ini sehingga memudahkan wisatawan untuk berpindah-pindah dari satu museum ke museum lainnya.
• Berkunjung di musim liburan akan memberikan suasana yang berbeda dan berkesan. Tidak perlu khawatir akan berjubel dengan turis, karena pengunjung Phily jumlahnya cukup konsisten sepanjang tahun.
• Tidak ada salahnya ngobrol dengan penduduk setempat. Phily termasuk kota yang paling ramah yang pernah saya kunjungi.(f)



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?