Secara harfiah, shabby chic dapat diartikan sebagai ‘lusuh’ dan ‘elok’. Namun, lusuh di sini berarti lawas dan antik. Itulah mengapa, interior bergaya shabby chic selalu diramaikan dengan furnitur kuno yang justru ditonjolkan tampilan tuanya. Furnitur tersebut kemudian dikombinasikan dengan dekorasi lain agar lebih elok (chic) tanpa mengubah bentuk aslinya.
Gaya shabby chic terinspirasi dari gaya khas rumah pondok tradisional di pedesaan Inggris. Seorang desainer interior asal London, Rachel Ashwell, kemudian mulai memopulerkan gaya ini pada tahun 1989 lewat tokonya di Santa Monica, California. Konsep penataannya dititikberatkan pada penggunaan kayu sebagai elemen paling dominan dengan finishing yang tampak sudah termakan usia. Palet warnanya seputar pada warna yang berintensitas lembut, seperti warna pastel dan natural, yang kemudian ditambahkan sedikit warna solid sebagai aksen.
Ingin menerapkan gaya shabby chic di rumah? Terapkan empat kunci ini.
- Kayu. Sebagai elemen utama pada interior shabby chic, Anda bisa menerapkan material ini lewat penambahan furnitur kayu, lantai kayu (parket), dinding panel kayu, dan pajangan ukiran kayu.
- Kain sederhana. Tinggalkan sarung bantal dan pelapis sofa dengan warna mencolok ataupun motif geometris dan abstrak. Anda bisa mencoba kain sederhana seperti kain linen, sulaman, tenun, atau rajutan dengan motif floral dan warna yang lembut.
- Dekorasi rumahan. Dekorasi untuk gaya shabby chic tidak harus berupa pajangan hiasan yang mewah. Anda bisa gunakan barang sehari-hari, seperti botol kaca, wadah kaleng yang dicat ulang, atau peralatan makan lawas warisan orang tua, sehingga kesan sederhana lebih terasa.
- Treatment untuk dinding. Warna lembut sebagai warna utama shabby chic akan lebih efektif bila diterapkan sebagai warna dinding ruangan. Jika ingin tampilan yang lebih atraktif, penggunaan wallpaper dapat menjadi pilihan. Anda bisa menggunakan wallpaper bermotif floral dengan pola perulangan. (f)