Fiction
Theo (5)

25 Jun 2012

<< cerita sebelumnya

Ivonne kembali terpuruk. Di satu sisi dia lega karena Alex tidak menjadi orang terdekatnya. Kalau Alex sampai jadi orang terdekatnya, maka dia takut hal buruk akan terjadi pada diri Alex. Di lain sisi, dia merasa tidak cukup berharga untuk dipertahankan Alex. Dia kembali merasa jadi orang abnormal yang tidak mungkin disukai lelaki.  


“Sudah sampai, Ivi,” suara Theo membuyarkan lamunannya. 

Ivonne tersadar, lalu memperhatikan keadaan di sekelilingnya. Ini bukan kantornya.

“Mr. Theofi…” 

“Kita lunch dulu,” potong Theo. “Ini sudah waktunya makan siang. Setelah makan siang, baru nanti kita akan kembali ke kantor untuk meeting. Meeting-nya dimulai setelah jam makan siang, ‘kan?” 

Ivonne dilanda panic attack. Ivonne mempunyai ‘peraturan’ untuk tidak makan di tempat umum, tidak makan dengan orang lain, tidak makan di rumah orang lain, dan tidak menggunakan peralatan makan orang lain. Biasanya, Ivonne akan selalu membawa makanan berikut peralatan makannya sendiri. 

“Ayo, Ivi.” Theo menoleh, memastikan Ivonne juga turun dari mobil. 

Ivonne terpaksa menurut. Dia turun dari mobil, tapi bertekad kuat untuk tidak melanggar ’peraturan’ yang telah dibuatnya. Biar saja nanti dia beli roti di toko roti yang ada di lantai bawah kantor.

Theo memesan makanan untuk dirinya dan Pak Andi. Pak Andi tampak terkejut karena Theo mengajaknya makan bersama di dalam restoran. Ivonne juga terkejut. Tidak menyangka bahwa Theo akan begitu perhatian terhadap Pak Andi, sopir kantor.

“Kamu mau pesan apa, Ivi?” Theo mengangsurkan daftar menu ke hadapan Ivonne.
Ivonne buru-buru mengangkat tangannya, ”Saya belum lapar. Nanti saja, saya akan makan di kantor.” 

Theo mengernyit, namun memutuskan untuk tidak bertanya lagi.

Ketika pesanan sudah datang, Theo makan dengan lahap. Sudah lama sekali dia tidak makan makanan asli Indonesia. Pak Andi, yang duduk di sebelahnya, juga makan dengan bahagianya. 
Dia tidak pernah makan makanan khas Indonesia di tempat sebagus ini. Pecel ayamnya terasa lebih nikmat, sayur lalapnya terasa lebih segar, nasinya terasa lebih pulen, bahkan es teh manisnya pun terasa lebih manis!

Ivonne sempat tersenyum kecil melihat gaya makan Pak Andi yang superlahap. Sambil memperhatikan, tangannya memutar-mutar gelas teh hangatnya tiga kali, lalu berhenti, memutar tiga kali lagi, lalu berhenti lagi. 

 “Tiga kali lagi!!!’ pikir Theo. 

Sambil makan, dia terus memperhatikan tingkah laku Ivonne. Ada yang unik dari tingkah laku gadis itu. Entah mengapa, dia sering sekali melakukan segala sesuatu tiga kali. Ivonne juga tidak mau makan. Theo memperhatikan bentuk tubuh Ivonne. Menilai. Ivonne tidak tampak seperti gadis yang mati-matian menjaga berat badan idealnya. Kenapa, ya, dia tidak mau makan?

Theo memperhatikan Ivonne lagi. Gadis itu memutar gelas tiga kali, berhenti, mengusap bibir gelas tiga kali, minum tiga teguk kecil, lalu kembali memutar gelasnya tiga kali. Semuanya dilakukan secara perlahan. Tampak kalau dia tidak ingin orang lain menyadari tingkah lakunya.
Ketika akhirnya Theo dan Pak Andi selesai makan, Ivonne buru-buru beranjak. Dia duduk dengan diam sepanjang perjalanan ke PT Kimia Utama. Theo ingin tahu segala sesuatu tentang gadis itu. Menurutnya, gadis itu, dengan segala keunikannya, adalah gadis menarik. Membuatnya penasaran. Tapi, ditahannya keinginan itu. Dia harus konsentrasi untuk menghadapi meeting intern.

Sampai di kantor, Ivonne buru-buru turun dan beranjak masuk ke toko roti yang terletak di bawah PT Kimia Utama. Theo memperhatikan Ivonne keluar dengan membawa sebuah roti. Dia membagi roti itu menjadi tiga bagian besar, lalu menghabiskannya dalam tiga kali suapan.

”Tiga lagi...,” pikir Theo.

Ivonne berjalan cepat menuju mejanya. Mengumpulkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk meeting nanti dan bergegas ke ruang meeting.  Tak lama kemudian, Ivonne keluar dari ruang meeting. Theo melihat berkas yang akan dipergunakan untuk meeting sudah diletakkan dengan rapi. Seorang office girl sedang mempersiapkan minuman dan makanan kecil untuk menemani acara meeting nanti. Ivonne masuk kembali, berbicara sebentar dengan si office girl. 

”Terima kasih, ya, Sinta,” ujar Ivonne.
Ivonne kemudian beranjak memeriksa layap OHP yang akan dipergunakan nanti. Setelah semuanya selesai, Ivonne berdiri, merapikan bajunya tiga kali dan menepuk punggung tangannya tiga kali.

Theo berdeham kecil dan Ivonne tampak terkejut saat menyadari kehadiran Theo.

“Mr... Mr Theofilus Lundenberg, kenapa Anda sudah ada di sini?” wajah Ivonne bersemu merah.
“Aku?” alis Theo terangkat. “Aku mempersiapkan diri untuk meeting nanti,” jawabnya, ringan. 
“Apakah ... apakah ada sesuatu yang dapat saya bawakan untuk Anda? Minuman khusus? Jus jeruk?” Ivonne masih tampak gugup.
“No thanks, Ivi.” Theo tersenyum, berusaha menenangkan Ivonne.

Oleh: Irene Tjiunata

                                                                                   cerita selanjutnya >>


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?