Fiction
Theo (16)

25 Jun 2012

<< cerita sebelumnya

”Ivonne...,” Theo meremas rambutnya dengan gusar. ”Kenapa kamu jadi bersikap seperti ini kepada saya? Saya tidak pernah melakukan kesalahan apa-apa kepada kamu, ’kan?”

Ivonne diam saja. Tidak menjawab.

”Kalau semua ini karena kecelakaan kemarin, aku....”
Ivonne berjalan ke arah pintu dan membukanya lebar-lebar.

“Tidak ada lagi yang dapat kita bicarakan, Theo. Saya harap Anda segera keluar!”
Theo menarik tubuh Ivonne. Memaksanya duduk dan mengunci kedua pergelangan tangannya.

“Kecelakaan kemarin bukanlah kesalahanmu, Ivi!” ujarnya, dengan tegas. Theo merasakan napas Ivonne mendesah ketakutan. Mata Ivonne terbelalak lebar, tapi Theo tidak melepaskannya. “Itu sama sekali bukan kesalahanmu!”
Ivonne memberontak, tapi Theo malah mempererat cengkeramannya.

“Coba ingat-ingat, sebelum tabrakan terjadi, kamu sedang apa?”
Ivonne memejamkan matanya kuat-kuat. Kelopak matanya bergetar.

”Ayo, jawab Ivonne!” Theo menuntut.
”Aku... aku sedang melihat ke jendela.
“Apa yang menabrak mobil kita kemarin?”

Ivonne bergerak-gerak gelisah, tetapi Theo tidak mau melepaskan cengkeramannya.
”Jawab Ivonne. Apa yang menabrak mobil kita kemarin?” Theo mengguncang tubuh Ivonne.
”Mo... motor.” Ivonne mengalah. Dia menjawab.
“Apa kamu kenal dengan pengendara motor yang menabrak mobil kita?!” 

Ivonne, masih memejamkan matanya, menggeleng lemah.
”Tabrakan kemarin adalah kesalahan si pengendara motor! Sama sekali bukan kesalahanmu! Kau dengar itu, Ivi? Tabrakan yang dialami kedua orang tuamu juga bukanlah kesalahanmu! 
Berhenti menyalahkan dirimu sendiri!”
Ivonne menggeleng kuat-kuat.... Tubuhnya bergetar hebat! 

Kilatan lampu motor, suara tabrakan benda keras, jeritan Mama dan Papa, bau hangus ban yang bergesekan dengan aspal jalan. Semuanya itu masih dapat diingat Ivonne dengan jelas! 

”Mama! Papa!” Ivonne berteriak. Dia menangis! Tangisan pertama dalam sepuluh tahun terakhir ini!

”Ivi... Ivi sayang...,.” Theo merengkuh tubuh Ivonne dalam pelukannya. Ivonne tidak menolak. 
”Semua itu bukan kesalahanmu. Berhenti menyalahkan diri sendiri...,” ujar Theo, sambil mengelus-elus lembut rambut Ivonne. Terasa sangat nyaman. Dia butuh pelukan ini. Dia butuh elusan lembut ini. Dia butuh Theo! 

Kesadaran itu menghantam Ivonne. Lebih keras dan lebih hebat dibandingkan sebelumnya. Dia sama sekali tidak boleh berada di dekat Theo!

”Kamu... kamu harus pergi!” Ivonne mendorong tubuh Theo. ”Kamu tidak boleh berada di dekatku!”

Dahi Theo berkerut. ”Kenapa?”
”Aku mendatangkan celaka pada setiap orang yang berada di dekatku!” 
Theo memeluk Ivonne lagi, ”I’ll take that risk!” ujarnya. 

“Tidak!” Ivonne menggeleng. Mendorong tubuh Theo dengan lebih keras lagi. “Anda tidak mendengar, ya? Saya mendatangkan celaka bagi siapa saja yang dekat dengan saya. Saya berbahaya untuk nyawa Anda, Mr. Theofilus Lundenberg!”

Ivonne bangkit berdiri dan berdiri di sebelah pintu. “Saya harap Anda sekarang keluar, Mr. Theofilus Lundenberg. Dan jangan sekali-kali Anda dekati saya lagi!”

Theo menjabat tangan Pak Darmawan Sejati. Hari ini, dia akan kembali ke Australia. Dia akan berangkat ke bandara diantar oleh Pak Andi. Alexander Natanegara akan ikut ke Australia. Sebagai karyawan yang berpotensi, Theo merekomendasikan Alex mengikuti training yang akan diselenggarakan oleh Chemical International Cooporation.

Theo memandang ke arah meja kerja Ivonne. Gadis itu tampak sedang sibuk mengetik di komputernya.  

Pak Darmawan menepuk pundaknya. ”Tampaknya Ivonne masih tetap harus sendirian,” Pak Darmawan menghela napas.  ”Dia gadis yang baik, entah sampai kapan dia akan terus begini. Tapi, terima kasih karena kamu sudah mencoba untuk mengubahnya....” 

Theo mengangguk singkat. Hatinya terasa kosong, hampa. Seolah ada yang tertinggal di sini, di PT Kimia Utama, di meja kerja Ivonne, di hati Ivonne....

“Ayo, Alex. Kita jalan sekarang...,” ajak Theo.

Theo berjalan melewati meja kerja Ivonne. Ketika Theo mendekat, Ivonne bangkit sambil membawa cangkir kosongnya. Dia beranjak ke dispenser air minum yang terletak di sudut ruangan. Berlama-lama di sana, memenuhi cangkirnya yang berukuran tidak terlalu besar. Jelas sudah, Ivonne menutup dirinya. Tidak mau mendekati dan didekati oleh Theo.

Theo meneruskan langkahnya masuk ke dalam lift. Pintu lift menutup, Theo melihat sosok Ivonne perlahan-lahan menghilang dan kemudian... tertutup sama sekali. 

Oleh: Irene Tjiunata
                                                                             cerita selanjutnya >>


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?