Fiction
Theo (14)

25 Jun 2012

Perkataan Novelita membuyarkan lamunan Theo. Telinga Theo terasa panas mendengar cara Novelita mengatakan ’bersantai’. Apa sebenarnya maksud gadis ini? Apakah dia bermaksud menggoda Theo?

”Coba jelaskan apa yang  Anda maksud dengan ’bersantai’?” tanyanya. Ada ketegasan yang sarat dengan kemarahan dalam intonasi suaranya.
<< cerita sebelumnya

Tapi, Novelita tidak menyadari intonasi berbahaya dalam suara Theo.  

”Yah...,” Novelita maju, mencondongkan tubuhnya ke arah Theo. Blusnya yang berpotongan leher rendah mempertontonkan lekuk indah belahan dadanya. ”Mungkin seperti ini....” Novelita mengelus lembut lengan Theo dengan payudaranya.

”Tolong. Jaga  kelakuan. Anda,” geram Theo. Kali ini suaranya terdengar amat sangat berbahaya. 
 Novelita segera menarik tubuhnya. Kali ini dia dapat merasakan kemarahan dalam nada suara Theo.

”Silakan Anda keluar sekarang juga!” Theo membuka pintu kamarnya. Posisi yang cukup jelas bahwa kehadiran Novelita sangat tidak diharapkan.

Bibir Novelita bergetar. Dia tidak pernah ditolak oleh laki-laki. Kali ini dia bahkan diusir! Wajah Novelita memerah. Menahan rasa malu yang sebenarnya tidak tertahankan. 

Theo tidak memandang wajahnya. Tangannya masih memegang kenop pintu.
Novelita keluar. Tangisnya hampir tumpah.

Pak Joko, sopir kantor yang lain, telah menunggu di lobby hotel saat Theo turun beberapa waktu kemudian. Novelita tidak tampak lagi. Mungkin dia sudah kembali ke kantor. Baguslah! Theo tidak tahan apabila harus berada dalam satu mobil dengan gadis itu. 
Sesampainya di kantor, Theo langsung menghampiri meja kerja Ivonne. Dilihatnya gadis itu sedang serius memperhatikan layar komputernya. Ketika jarak Theo hanya dua meja lagi dari meja Ivonne, gadis itu bangkit berdiri. Membawa tumpukan berkas yang tebal dan meninggalkan mejanya. 

Ivonne menghindarinya!
Ivonne kembali menutup dirinya lagi. Kembali menghindari segala bentuk hubungan yang ditawarkan orang lain. 

“Theo....” 
Theo berbalik. Pak Darmawan tampak terkejut melihat kehadirannya.

“Kamu sudah tidak apa-apa?” tanya Pak Darmawan dengan khawatir.
“Saya tidak apa-apa. Saya bisa kembali kerja lagi.”

Pak Darmawan mengangguk-angguk, masih tampak ragu. “Oke kalau begitu. Hmm... bagaimana personal assistant-mu yang baru, Novelita? Kenapa dia kembali ke kantor sendirian?” Pak Darmawan mengalihkan pandangan ke meja kerja Novelita. Theo mengikuti arah pandang Pak Darmawan dan mendapati Novelita buru-buru membalikkan badannya, berpura-pura sibuk.

”Maaf, tapi saya merasa kurang dapat bekerja sama dengan Novelita. Kalau boleh tahu, mengapa Ivi tidak mau menjadi personal assistant saya? Setahu saya, kami tidak bermasalah.”
Pak Darmawan menggeleng. ”Entah, dia tidak mengatakan alasan apa pun.” 

Theo mengangguk-angguk, ”Kalau begitu, lebih baik saya bekerja sendiri. Hari ini saya minta ditemani oleh Jonas saja,” Theo menyebutkan nama manajer marketing yang lainnya. Akibat kecelakaan kemarin, Alexander Natanegara masih harus beristirahat di rumah. 

”Anda yakin?” Pak Darmawan masih terlihat ragu. ”Tidak apa-apa kalau memang Anda butuh istirahat terlebih dahulu.”

Theo menggeleng tegas.

Dada Ivonne bergemuruh melihat Theo mendekatinya. Dia sama sekali tidak ingin lagi berada di dekat Theo. Dia berpotensi besar menyebabkan Theo  mendapat celaka dan dia tidak ingin Theo celaka. 

Ivonne tercekat, kaget menyadari pemikirannya barusan. Dia tidak ingin Theo celaka, apakah dia mulai... peduli  pada Theo? Kalau begitu, berarti dia sama sekali tidak boleh berada di dekatnya. Semua orang yang dekat dengannya akan berpotensi mendapat kecelakaan. Lihat saja kedua orang tuanya....

Ivonne segera bangun dari duduknya. Beranjak pergi sambil membawa setumpuk berkas yang tebal. Ivonne berbelok dan berhenti. Dia memperhatikan Theo. Wajah lelaki itu bingung, sekilas terlihat seperti... terluka. Ivonne menahan kuat keinginannya untuk mendekati Theo. Ini demi keselamatan lelaki itu sendiri. 

Ivonne masih tetap memperhatikan. Kali ini Pak Darmawan datang dan mereka berdua berbincang-bincang sebentar. Jonas datang, berbincang sebentar dengan Theo, kemudian mereka berdua turun. Ivonne sedikit heran, mengapa Novelita tidak ikut? Theo melewati meja kerja Novelita tanpa menoleh sedikit pun. Novelita juga tampak pura-pura sibuk, seolah juga menghindar dari Theo. 

Oleh: Irene Tjiunata

                                                                                  cerita selanjutnya >>


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?