Fiction
Theo (12)

25 Jun 2012

<< cerita sebelumnya

Jantung Theo bertalu-talu. Tubuhnya limbung karena gerakan mobil yang tiba-tiba menjadi liar. Dia sempat melirik ke arah Ivonne dan dia terkejut melihat reaksi gadis itu. Wajah Ivonne pucat pasi. Seolah seluruh darah di tubuh gadis itu menguap entah ke mana. Tubuhnya juga kaku, seperti bilah papan yang tidak bernyawa. Theo takut sekali melihat keadaannya. 


Mobil yang mereka kendarai disalip oleh sebuah motor. Mobil oleng dan Pak Andi kehilangan kendali kemudinya. Terdengar suara tabrakan keras saat mobil menghantam sisi jalan. Pak Andi dan Alex menunduk, berupaya melindungi diri mereka saat lampu jalan yang terhantam badan mobil terjatuh dengan posisi mengarah ke atap mobil. 

”Ivi!” Theo menerjang ke arah Ivonne dan menarik tubuh gadis itu. Memaksanya untuk menunduk.

Ketika semuanya berakhir, orang-orang mulai berdatangan. Theo tidak merasakan sakit sama sekali pada tubuhnya. Yang dia perhatikan hanyalah tubuh kaku Ivonne yang berada dalam pelukannya. 

”Ivi! Ivi!!!” Theo mengguncang tubuh kaku itu.

Ivonne tetap tidak bergerak. Matanya terbuka lebar. Menatap nyalang. Tampak sangat ketakutan. 
Ivonne tidak terluka, dia terselamatkan oleh perlindungan tubuh Theo. Tapi, kondisi gadis itu malah yang paling parah. Sampai malam ini, dia belum sadar juga. Tubuhnya masih terbaring kaku dengan mata menatap nyalang. Menurut dokter yang menanganinya, Ivonne mengalami shock berat karena kejadian yang mengakibatkan kedua orang tuanya meninggal, terulang kembali. Istilah psikologisnya, post-traumatic stress disorder. 

Theo sangat mengkhawatirkan keadaan Ivonne. Sebenarnya dia sudah diizinkan untuk pulang, tapi dia bersikeras untuk tinggal dan menemani Ivonne di UGD. Tapi, sampai saat ini pun, walau  banyak rekan kantor yang berdatangan menjenguknya, Ivonne masih terbaring kaku di tempat tidur sebelah Theo.

Ivonne berjalan mantap memasuki rumahnya. Tadi, dia bersikeras untuk pulang, walaupun beberapa petugas rumah sakit memaksanya untuk tetap tinggal di kamarnya. Ivonne menepukkan punggung tangannya tiga kali, lalu masuk ke dalam rumah. Tubuhnya masih gemetar, perasaannya masih mencekam, tapi dia tidak menangis. Tidak ada gunanya menangis. Di rumah sakit, dia sempat melihat perban di kepala Theo. Pak Andi dan Alex juga pasti mendapat perawatan dari rumah sakit. Mereka pasti terluka cukup parah sehingga membutuhkan perawatan intensif dari rumah sakit. Sementara dia? Dia tidak kurang suatu apa pun. Ya! Karena dialah yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi!

Ivonne mengutuk dirinya sendiri. Sudah pasti kecelakaan itu terjadi karena dia menggerai rambutnya! Karena dia makan di tempat umum! Karena dia tidak menepuk punggung tangannya tiga kali! Dia sudah tahu, semua yang tidak dia lakukan akan menyebabkan sesuatu yang buruk terjadi. Dia heran mengapa dia dapat begitu lengah! Membiarkan Theofilus Lundenberg menguasai dirinya, sehingga mengakibatkan kecelakaan yang sangat fatal! Dia mengutuk dirinya sendiri. Bersumpah dalam hati bahwa dia tidak akan pernah lalai melakukan ritualnya lagi! 

Satu hal lagi! Dia tidak akan pernah berada di dekat Theofilus Lundenberg lagi. Ivonne mulai menyadari bahaya yang siap sedia menyergap Theo ketika dia terus berada di dekat lelaki itu!
Ivonne menyalakan laptop-nya. Mengerjakan laporan kunjungan customer yang telah mereka lakukan. Rencana sudah tersusun rapi dalam benak Ivonne. Besok pagi, dia akan menyerahkan laporan ini, lalu meminta Novelita untuk menggantikannya sebagai personal assistant Theo. Dia tidak boleh berada di dekat Theo. Dia dapat membahayakan nyawa Theo!

Oleh: Irene Tjiunata

                                                                                   cerita selanjutnya >>


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?