Fiction
The Second Chance Show [3]

4 Jul 2011

<< cerita sebelumnya

Meja rapat dipenuhi oleh foto-foto wanita cantik. Aldi, Toni, Margi dan para tim kreatif memandangi foto yang berserakan satu per satu sambil terus berkomentar.

”Wow, seleramu bagus juga, Al.”

”Ini kan model videoklip itu. Dulu dia kekasihmu, Al?”

Aldi duduk dengan malas sambil melihat teman-temannya yang saling berebut foto wanita-wanita cantik yang pernah mengisi hidupnya. ”Dari mana kalian tahu mereka mantan kekasihku?” tanyanya, penasaran.

”Dari aku,” jawab Toni. ”Aku kan temanmu sedari TK hingga kuliah.”

Aldi hanya mencibir. Dasar tukang cari kesempatan! Umpatnya dalam hati.

”Ismi, kamu sudah pilih 15 wanita yang akan kita jadikan peserta SCS?” tanya Toni. The Second Chance Show disebut SCS sebagai kode di antara kru.

“Sudah ada 15 wanita dan mereka sudah bersedia. Saya sudah siapkan kontrak untuk mereka. Setiap bertahan 1 episode, mereka akan dapat honor lagi. Acara ini akan tayang selama 2 bulan. Seminggu tayang 3 kali. Dan mulainya minggu depan,” jelas Ismi.

”Minggu depan?” tanya Aldi.

”Ya, sinetron kami akan habis masa tayangnya. Kami perlu acara pengganti secepat mungkin,” jawab Toni.

Aldi terdiam cemas.

”Ton,” Margi buka suara. ”Aku ingin diatur pemenangnya adalah wanita yang baik-baik. Aku ingin image Aldi sebagai pria sederhana dan baik-baik bisa diterima pemirsa.”

”Jangan khawatir. Jika tidak ada mantan kekasih Aldi yang memenuhi kriteria itu, kita akan suruh wanita pilihan kita berakting,” ucap Toni.

”Kurang ajar! Kau pikir mantan kekasihku bukan wanita baik-baik,” Aldi sewot.

”Tidak ada wanita baik-baik yang mau berpacaran denganmu, Aldi,” ejek Toni, puas.

Toni dan timnya menyewa sebuah vila mewah di Kepulauan Seribu dengan pemandangan pantai yang indah. Sebelah vila mewah itu ada sebuah vila kecil untuk markas para kru. Ke-15 finalis tiba dengan kapal pesiar mini. Mereka menaruh koper di kamar masing-masing, lalu keluar vila untuk mulai syuting.

”Aldiii!” teriak mereka, saat melihat Aldi datang ke tempat syuting. Beberapa di antara mereka langsung memeluk Aldi dan mengajak ngobrol.

”Hai, Astrid,” sapa Aldi, pada seorang wanita paling menawan.

”Hai, Al,” jawabnya pelan.

”Senang kau bisa hadir di sini, Sayang,” ucap Aldi.

”No, no, no, jangan ge-er dulu. Aku di sini untuk bersenang-senang. Tak ada minat kembali padamu,” ucap Astrid, sambil tersenyum dan meninggalkan Aldi untuk syuting adegan turun dari kapal dengan akting penuh kekaguman akan keindahan pemandangan.

”Hai, Al.”

”Hai, Hani,” balas Aldi. Aldi menatap Hani dengan lekat. Hmm... Hani masih cantik seperti dulu.

Hani mengedipkan sebelah matanya dan melewati Aldi dengan lenggokan seksi. Toni yang melihat sampai tak berkedip. ”Aku yakin acara ini bakal dapat rating bagus,” bisik Toni pada Margi yang tidak peduli.

”Kau pastikan saja bagian keuanganmu membayarku tepat waktu dan jumlah!” sahut Margi.

”Aldiiii!” Tiba-tiba seorang wanita langsung memeluk Aldi.

”Eh.. e... eh... ,” Aldi tergagap.

”Kamu masih ingat aku nggak?” tanya gadis itu.

Aldi melirik pada Toni. ”Eeee... hai, apa kabar?” Aldi berusaha mengalihkan pembicaraan, sedangkan Toni mencari-cari daftar peserta, mencoba mencocokkan foto dengan wanita yang agresif itu.

”Kau lupa, ya!” goda wanita itu.

”Amanda, sebentar lagi giliranmu shoot,” ucap Toni.

”Oke,” sahut Amanda. ”Aku pasti menang!” ujarnya pada Aldi percaya diri.

”Makasih, Ton,” ucap Aldi, perlahan.

”Kau tidak ingat pada mantan kekasihmu sendiri? Nanti malam kau harus menghafalnya!” ucap Toni.

”Mantan kekasihku kan banyak!” bela Aldi. Huff, bakal berabe kalau begini. Aldi menyapu pemandangan di sekitarnya. Perlengkapan syuting tergeletak di mana-mana. Para wanita saling berkenalan dan menikmati hari yang mulai senja. Tetapi, ada satu yang menyendiri. Apakah dia peserta? Tetapi, kalau peserta, Aldi merasa tidak mengenalnya. Oh iya, ingatan Aldi akan gadis itu kembali hadir. Tetapi, Aldi tetap tidak bisa terlalu mengingatnya.

”Namanya Nia,” bisik Margi, seolah tahu apa yang Aldi pikirkan.

Aldi penasaran, rasanya dia tidak pernah punya kekasih bernama Nia. Lalu dia mendekati Nia yang sedang melukis di atas pasir dengan sebuah ranting.

Wanita yang bernama Nia ini tersenyum manis. Dia tidak terlalu cantik. Justru hal itu yang membedakan dia dari kekasihnya yang lain. Rambut panjang Nia tergerai begitu saja dan penampilannya sangat sederhana.

”Hai,” sapa Aldi.

Hanya disambut Nia dengan senyum.

“Memang kita pernah...,” Aldi ragu meneruskannya.

Nia tersenyum. ”Ya, pernah,” ucapnya, singkat.

”Oooh...,” balas Aldi. Rasanya tidak enak menanyakan kapan mereka berpacaran kepada mantan kekasih sendiri.

Namun, Nia paham, ”Kita hanya berpacaran seminggu.”

”Oooh,” ucap Aldi, basa-basi. Aldi berusaha mengingat.

Nia menatap Aldi. ”Tidak apa-apa kalau kau lupa.”

”Bukan begitu...,” Aldi kembali berusaha menyatukan serpihan ingatannya. Ya, dia ingat sedikit. Nia... sosok itu sempat terlupakan oleh Aldi selama bertahun-tahun.

”Aldiii!” teriak Toni. ”Kemari! Kita akan syuting di dalam!”

Di dalam vila ternyata ada sebuah ruangan besar bergaya Eropa. Ada sebuah tangga yang akan menjadi jalan turunnya para wanita untuk menemui Aldi dan host yang berdiri tepat di bawah tangga. Para kru telah siap mengeset perlengkapan syuting.

”Di mana para pesertanya?” tanya Toni kepada salah seorang krunya.

”Biasa... kata orang wardrobe, mereka sedang berebutan gaun dari sponsor.”

Mereka kemudian muncul dengan gaun malam dari lantai atas.

”Tolong kau atur posisi mereka,” perintah Toni.

Aldi siap tampil dengan setelan jas mahal dari sponsor bersama Bryan, host acara ini. Mereka berdua berdiri di lantai bawah untuk memperkenalkan para wanita yang satu per satu akan turun ke bawah dan berdiri di samping mereka.

”Oke, siap, 3... 2... 1. Zoom out ke Aldi dan Bryan,” perintah salah seorang kru.

”Selamat datang di The Second Chance Show. Anda beruntung menyaksikan aca¬ra perdana reality show paling unik abad ini. Andalah yang menentukan pasangan untuk sang idola, Aldi Surya.” Bryan membuka acara tanpa canggung.

Aldi melirik deretan wanita yang sudah mengatur posisi di tangga. Oh, mantan-mantan kekasihku... kalian cantik semua.

”Ingat! Pilih peserta favorit Anda yang layak kembali ke pelukan Aldi. Ketik Aldi spasi nama wanita pilihan Anda sesuai dengan yang tertera di layar televisi Anda,” Bryan masih cuap-cuap menjelaskan aturan acara. ”Mari kita perkenalkan satu per satu calon pendamping Aldi.

”Astrid.”

Astrid menuruni tangga dengan anggun, membuat seluruh kru memandang kagum. Karismanya mengalahkan peserta lain.

”Rachel.”

Gadis yang sangat cantik ini turun perlahan. Sangat percaya diri dan elegan. Selera Aldi memang bagus.

”Rahmania.”

Aldi menelan ludahnya. Jadi, nama asli Nia adalah Rahmania. Gadis sederhana itu terlihat anggun dengan gaun cokelatnya.

Bryan memanggil beberapa nama lainnya untuk diperkenalkan.

Setelah selesai syuting, para peserta diarahkan oleh asisten produser mengenai peraturan selama ikut acara ini. Yang jelas, di setiap tempat ada kamera, kecuali kamar mandi. Setiap peserta harus mengikuti setiap rangkaian acara yang sudah disusun tim kreatif. Setiap episodenya akan ada peserta yang gugur berdasarkan polling pemirsa. Para peserta dilarang menonton TV, juga dilarang mendapat informasi dari media massa lain. Mereka juga tidak boleh memiliki alat komunikasi untuk berhubungan dengan orang luar.


Penulis: Yenny Renati
Pemenang Penghargaan Sayembara Menulis Cerber femina 2008



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?