Fiction
Namaku, Arimbi [8]

1 Jul 2011

<< cerita sebelumnya

”Setelah Om menjelaskan kepada Tante, dia menganjurkan Om supaya menelepon ibumu di Subang. Om menjelaskan semuanya pada ibumu. Meski pada awalnya beliau kaget, akhirnya beliau paham, kok. Malah, ibumu minta agar Om segera menjelaskan masalah ini padamu,” tuntas Om Hardi.

Akhirnya, teka-teki misterius itu lambat laun terungkap. Om Hardi beberapa kali menggeser posisi duduknya, sebelum bercerita panjang lebar tentang misteri secarik surat yang terselip di buku agenda kerja Bram Nataatmadja.

Sepulang dari kafe, hati Dayu benar-benar plong. Beban pikiran yang selama beberapa hari menggelayuti kepalanya, lambat laun hilang. Om Hardi berpesan agar Dayu cepat menyelesaikan kuliahnya di Inggris. Dayu sempat sungkem sebelum berpisah di tepi jalan, menuju kendaraan masing-masing.

Di perjalanan, berulang kali Dayu merutuki sikapnya yang ceroboh. Terutama gegabah dalam memberi penilaian. Terlebih pada ayahnya yang selama ini ia idolakan. Nama Arimbi sesekali berkelebat dalam benaknya. Hanya senyum terkulum yang menandakan penyesalan atas kebodohannya.

Di atas pesawat yang akan membawanya kembali ke Birmingham, Dayu sempat menatap lekat daratan yang sayup-sayup hilang tertutup awan. Penerbangan Jakarta-London nonstop tanpa transit itu, berangkat pukul 07.00 pagi. Mungkin cukup waktu baginya beristirahat sebelum memulai kembali aktivitas di Universitas Birmingham nanti.

Sebelum memejamkan matanya, lintasan peristiwa seakan berkelebat dalam ingatannya. Ingatannya tentang kota kelahirannya, Subang, saat ia berpamitan kemarin kepada ibunya. Setelah sungkem dan mencium kedua pipi ibunya, Dayu minta dimaafkan atas segala kesalahan selama ini. Terutama, telah berprasangka buruk kepada almarhum ayahnya. Tetapi, seakan tidak menghiraukan, ibunya hanya melemparkan senyum yang dalam, seraya berkomat-kamit mendoakan keselamatan putri tunggalnya yang akan terbang ke tempat yang jauh.

Kelebatan peristiwa masa lalu muncul kembali, teringat cerita Om Hardi saat di kafe tempo hari. Ternyata, selama ini ada hubungan rahasia antara ayahnya dengan Om Hardi. Peristiwa yang telah lawas itu menguatkan persahabatan dua anak manusia saat ditimpa prahara.

Konon, Bram Nataatmadja yang kariernya sedang berkibar saat itu menjadi sasaran empuk bagi siapa saja yang ingin memanfaatkan kesempatan. Dari pengakuan Om Hardi, Dayu kian mengagumi ayahnya, yang ternyata manusia istimewa, karena rela meninggalkan status dan fasilitas yang disandangnya saat itu.

Di saat karier ayahnya mulai mencorong, beberapa koleganya dari afdeling lain bersekongkol untuk menjatuhkannya. Persoalannya, ketegasan dan kelurusan Bram dianggap kerikil yang akan mengganggu aksi mereka menggerogoti uang perusahaan.

Kerapnya Bram dipanggil ke kantor pusat di Bandung, ternyata berkaitan dengan upayanya membongkar kasus korupsi yang mulai menggerogoti perusahaan. Banyak administratur yang serakah, mulai melakukan praktik kecurangan. Pengambil-alihan aset perusahaan, pembukuan ganda, dan berbagai praktik kecurangan lainnya yang lambat laun mengganggu kinerja perusahaan.

Beruntung Bram memiliki sahabat dan kolega yang masih lurus. Soehardi. Dari Om Hardi, ayah Dayu memperoleh data-data penting yang dapat dijadikan bukti keterlibatan beberapa koleganya yang melakukan praktik korupsi.

Untuk menyamarkan hubungan khusus itu, mereka memilih cara yang kurang lazim. Mereka akan saling bertukar informasi dan data di suatu tempat yang dirahasiakan. Bisa di Subang, kadang-kadang di Bandung. Untuk itu, mereka menggunakan media surat, namun dengan nama samaran untuk mengelabui siapa pun yang membaca isi surat.

Bram terinspirasi oleh kisah kepahlawanan Bima dan Dewi Arimbi. Nama itulah yang dipilih keduanya. Ayahnya sering kali menggunakan nama Bima, saat berkirim surat ke Om Hardi. Sebaliknya, Om Hardi memakai panggilan Arimbi, agar terkesan surat cinta dua orang yang tengah kasmaran. Sebenarnya, ada banyak surat yang dibuat keduanya, tetapi setelah surat diterima, biasanya langsung dibakar hingga jadi abu.

Kekecualian, ada masing-masing secarik surat dari keduanya yang tetap disimpan, sebagai bukti. Salah satunya yang ditemukan Dayu di kamar kerja ayahnya di Subang.

Dari cerita Om Hardi, kisah keduanya membongkar kasus korupsi di tubuh perusahaan ibarat kisah spionase yang harus diselimuti rahasia. Sebab, mereka tidak pernah tahu, siapa kawan siapa lawan. Terbukti, saat keduanya kurang berhati-hati, kolega mereka yang mulai mencium gerak-gerik keduanya mulai merancang rencana jahat.

Kedekatan Bram dengan atasannya, direktur utama, dimanfaatkan oleh para koleganya. Kebetulan, sang big boss yang mencoba menelusuri kasus korupsi ketahuan menjalin hubungan khusus dengan seorang perempuan muda. Diembuskanlah fitnah keji, seakan-akan yang melakukan korupsi justru Bram Nataatmadja. Bram tidak sadar, staf keuangan yang semula berada di belakangnya, justru ikut berperan menjatuhkannya, karena diiming-imingi jabatan lebih tinggi oleh pada administratur korup.

Direktur utama yang tadinya membela Bram, karena ancaman surat kaleng yang akan membongkar perselingkuhannya dengan seorang wanita penghibur, akhirnya memilih mengorbankan Bram.

Mendengar kisah Om Hardi, hati Dayu geram. Terutama, dengan keserakahan teman-teman ayahnya yang seakan sahabat sejati, saat bertemu di rapat bulanan.

Ketika ditawari oleh para koleganya agar Bram turut ’menjarah’ kekayaan perusahaan, jawabannya tegas, ”Tidak!” Jawaban itulah yang kemudian menjatuhkan Bram dari posisi koordinator administratur menjadi staf biasa. Bram dikabarkan terlalu dekat dengan buruh yang pro PKI. Sontak, posisi Bram terjun bebas. Bukan itu saja, ia pun harus berurusan dengan pihak berwajib yang tengah getol menyaring orang-orang yang ditengarai memiliki kedekatan dengan partai Komunis.

Sayang, di saat-saat kejatuhan ayahnya, Dayu belum lahir, jadi tidak ikut merasakan langsung surutnya sumber penghasilan ayahnya. Tetapi, di saat-saat kritis sekalipun tidak ada kata kompromi bagi Bram untuk terjerumus melakukan korupsi. Karena integritas moralnya, sedikit demi sedikit sokongan simpati mengalir ke Bram, baik yang terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.

Yang pasti, Om Hardi tetap memberikan bukti-bukti yang sekiranya bermanfaat bagi Bram seandainya waktunya tiba. Om Hardi mengakui bahwa ia tak punya cukup keberanian menjadi pembisik kepada direktur utama. Tetapi, ia yakin, Bram punya kemampuan untuk itu.

Sampai akhirnya, beberapa tahun sejak peristiwa itu, ketika karyawan dari lapisan bawah dan menengah mulai muak dengan praktik korupsi yang mulai menggerogoti perusahaan, Bram menjadi penyambung lidah yang ditunggu-tunggu.

Dengan setumpuk dokumen yang bisa menyeret siapa pun ke depan meja hijau, ia menyampaikan bukti kecurangan koleganya di depan dewan direksi. Memang sebagian direktur juga ada yang terlibat dalam praktik haram itu, tetapi direktur utama yang baru termasuk pemimpin yang menginginkan perusahaannya maju, dan terutama bebas dari praktik korupsi.

Lewat pengakuan di bawah sumpah, didukung dokumen serta kesaksian karyawan lain yang menginginkan perubahan, perjuangan Bram akhirnya membuahkan hasil. Belasan orang dari dewan direksi, administratur hingga mandor kebun berhasil digiring ke meja hijau.

Selain mendapat rehabilitasi nama baik, hak-hak politiknya dipulihkan. Posisi Bram pun kembali menjadi koordinator administratur perkebunan, yang ditugasi membenahi sistem manajemen keuangan.

Begitu juga dengan Om Hardi, atas dukungan dan jasa baiknya selama ini, Bram mempromosikannya sebagai administratur di sebuah perkebunan cokelat.

Sebuah akhir kisah yang indah.

Dayu kian bangga menjadi putri tunggal Bram Nataatmadja.

Lamat-lamat terdengar dentingan piano Diana Krall di kabin kelas bisnis pesawat yang membawa Dayu kembali ke Inggris. Saat itu mungkin ia sudah dibuai mimpi indah. Mimpi tentang Dewi Arimbi yang memiliki kesaktian bisa berubah wujud menjadi perempuan cantik.

”Panggil namaku Arimbi!” bisik perempuan buruk rupa berhati mulia di telinga Dayu. (tamat)

Penulis: Hadi PM


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?