Fiction
Ketika Dayu Memilih Cinta [8]

25 Feb 2012

<<Cerita Sebelumnya

Dayu sedang berkemas-kemas, ketika Dewi menghampirinya. “Tante Dayu dan Pak Tut akan pulang?”

“Iya, Sayang. Tapi, Tante janji ajab ke sini lagi kapan-kapan,” jawab Dayu, sambil terus membereskan barang-barangnya.

“Dewi kesepian lagi.”

“Kan ada Bli Surya?” Dayu berhenti sejenak membereskan barangnya dan menghibur Dewi.

“Bli Surya bilang Dewi cengeng. Jadi, dia nggak mau bermain dengan Dewi.” Dewi menggosok-gosok matanya, agar air matanya tak sempat membasahi wajahnya.

Dayu memeluk Dewi.

“Tante pasti akan menjenguk Dewi lagi dan ngobrol dengan Dewi di sini. Dewi sabar, ya? Sekarang Tante harus pulang.”

“Tante janji, ya?”

Dewi melepaskan diri dari pelukan Dayu dan menunjukkan ke-lingkingnya. Dayu mengaitkan kelingkingnya ke kelingking Dewi.

“Tante janji.”

Dayu dan Dharma ikut pulang dengan Komang Sri naik mobil tua milik Komang Sri.

Sesampainya di griya Dayu, mereka sudah ditunggu oleh Ni Luh Sari di depan pintu.

“Dayu!” Ni Luh Sari langsung memeluk putrinya.

“Biang, Dayu rindu,” kata Dayu, sambil membalas pelukan Ni Luh Sari. “Aji bagaimana, Biang?”

“Aji ada di dalam. Ayo, masuk. Dharma dan Komang juga.”

Komang Sri tersenyum. Dengan santainya ia mengikuti Ni Luh Sari masuk ke dalam griya. Dharma dan Dayu agak bingung melihat sikap Ni Luh Sari. Tumben, orang biasa seperti Dharma dan Komang Sri boleh menginjakkan kaki di griya Dagus Brama.

“Maafkan Dayu, Aji.”

Dayu akan bersujud di kaki Dagus Brama, saat melihat Dagus Brama menunggunya di ruang tamu. Dagus Brama mencegahnya.

“Aji!”

Dayu memeluk Dagus Brama dan menangis di pelukan ayahnya. “Maafkan Dayu, Aji. Maafkan Dayu.”

“Aji, titiang mohon Aji mau memaafkan kami berdua.” Dharma berlutut di hadapan Dagus Brama. “Apa pun yang Dagus Brama inginkan dari kami berdua, akan kami penuhi sekarang.”

“Tidak, Anakku.” Dagus Brama menyuruh Dharma berdiri. “Aji sudah memutuskan akan merestui hubungan kalian berdua. Aji rela. Aji menghargai pilihan hidup Dayu.”

Dharma terkesima. Wajah Dayu mendadak cerah.

“Aji.” Dayu memeluk Dagus Brama lagi. “Terima kasih, Aji.”

“Kalau begitu, izinkan titiang melamar Dayu,” Dharma langsung menyatakan keinginannya.

Komang Sri mencolek pinggang keponakannya tersebut. “Hei, dikasih hati, minta jantung!” bisiknya pada Dharma.

“Tunggu, Bli. Tunggu sampai Dayu ujian sidang. Supaya konsentrasi Dayu tidak terpecah belah. Ujiannya minggu depan.”

“Kalau begitu, dua minggu lagi kami tunggu lamarannya,” kata Dagus Brama, menegaskan.

Setelah dua minggu berlalu, Dharma datang bersama keluarga besarnya. Komang Sri yang menjemputnya di Tanjung Benoa, Nusa Dua.

“Tante jadi menikah dengan Pak Tut?” tanya Dewi, setengah berbisik, ketika berjumpa dengan Dayu di griya.
Dayu tersenyum.

“Anak kecil belum boleh ngomong nikah-nikah,” kata Dayu, balas berbisik kepada Dewi.

“Dulu Pak Tut yang bilang waktu di rumah Dewi. Katanya Pak Tut mau menikah.”

Dharma tersenyum nakal mendengar komentar Dewi, sambil melirik ke arah Dayu.

Dayu melotot.

“Jangan ngomong macam-macam dengan anak kecil,” bisik Dayu di telinga Dharma.

Sementara keluarga Dayu dan Dharma mengobrol di ruang tamu, Dharma dan Dayu mengajak Dewi dan Surya duduk di bale bengong. Lega sekali hati Dayu, karena akhirnya ia bisa menikah dengan pria yang ia cintai.

Dewi dan Surya asyik bercengkerama bermain di taman. Berlari ke sana kemari, saling mengejar, penuh tawa. Riuh sekali kedengaran. Sementara Dharma dan Dayu memilih duduk diam di bale bengong, berbicara dari hati ke hati.

“Mereka seperti kita dulu ya?” bisik Dharma di telinga Dayu.

Dayu mengangguk. “Bli Tut akan selalu bersama Dayu, ’kan?”

“Tentu saja, Dayu.” Dharma menggenggam jemari Dayu. “Apa Dayu ragu di detik-detik terakhir?”

“Tidak.”

Dayu menyandarkan kepalanya di bahu Dharma.

“Bli tidak akan pernah meninggalkan Dayu. Cinta kita berdua banyak mengalami cobaan. Bli Tut tidak akan menyia-nyiakan perjuangan kita berdua.”

“Setelah menikah, Dayu akan ikut ke mana pun Bli Tut membawa.”

Dharma tersenyum. Diciumnya kening Dayu.

“Dayu memilih Bli sudah merupakan penghargaan besar buat Bli.” (Tamat)

Penulis: Tang Annisa Inocentia Husna


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?