12 Jan 2017

Langkah Baru Ratu Fatimah

Foto:


Mengaku sempat dilanda krisis kepercayaan diri, Ratu Fatimah (22) justru berhasil meyakinkan panel juri Wajah Femina (WF) 2016 untuk memberinya gelar Pemenang II Wajah Femina 2016. Ia pun  makin termotivasi untuk mewujudkan mimpinya berkarier di bidang presenting, baik sebagai presenter berita maupun hiburan. Sebuah dunia baru yang berbeda jauh dengan latar belakang pendidikannya di bidang keperawatan. Meski masih banyak hal yang perlu dipelajari, ia tidak lagi ragu untuk melangkah maju.
 
Membangun Kepercayaan Diri
Materi serta sharing pengalaman yang disampaikan Kamidia Radisti, alumnus WF 2006 yang kini berprofesi sebagai presenter, dalam kelas Boosting Confidence saat karantina WF 2016 ternyata sangat berarti bagi Ratu. Apalagi, usai mendengar pengalaman Kamidia yang berhasil mengubah dirinya dari pemalu menjadi wanita pemberani yang pernah mewawancara langsung tokoh-tokoh penting di Indonesia, seperti Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya, dan Agus Harimurti Yudhoyono, calon Gubernur DKI Jakarta (2017-2022).
 
“Perjalanan karier Kamidia hampir sama dengan saya. Awalnya, kurang percaya diri dan tidak ahli dalam berinteraksi maupun berkomunikasi dengan orang lain. Tetapi, setelah ikut WF, dia justru menjadi seorang presenter andal,” ungkap wanita yang akrab disapa Rara ini.
 
Saat kecil, Rara ternyata pernah mengalami krisis kepercayaan diri. Hal ini dipengaruhi oleh sikap teman-temannya saat TK, yang merasa aneh melihat Rara. “Waktu itu, tubuh saya memang lebih tinggi dibandingkan anak-anak lainnya. Mungkin itu yang membuat mereka melihat saya aneh dan akhirnya kurang mau berteman dengan saya,” ujar wanita bertinggi badan 166 cm ini. Ia pun merasa terkucil.
 
Kondisi ini terus berlanjut. Ditambah lagi, pada dasarnya sifat Rara memang pendiam. Orang-orang di lingkungannya pun menganggapnya sombong. Di bangku SD hingga SMA, kakak kelas kerap melabraknya tanpa alasan. “Padahal, saya tidak pernah membatasi diri. Saya berteman dengan siapa saja,” ujarnya, ramah.
 
Melihat kondisi itu, sang ibu, Novita Nurdin (46), berupaya lebih keras agar Rara mampu melawan semua rasa takut itu. Ibunya memotivasi agar Rara selalu berpikir positif, serta mengabaikan anggapan negatif dari orang. “Saya tahu banget, Mama khawatir sekali dengan kegelisahan saya, akibat kurang percaya diri,” ungkapnya. Akhirnya, wanita kelahiran Jakarta, 22 Juni 1994, ini pun menyadari, kurang percaya diri hanya akan membuat dirinya terpuruk.
 
Rara pun mencoba bangkit dengan berbagai cara. Salah satunya, menjadi usher di berbagai pameran, seminar, dan pager ayu di acara pernikahan pada waktu senggang yang ia miliki saat menunggu perkuliahan dimulai. Cara itu ia tiru dari kakaknya, Nurul Kartika Gani (26). “Sejak saat itu, saya pelan-pelan mulai terbiasa bertemu dan belajar berinteraksi dengan banyak orang,” ujar penyuka busana warna cokelat ini.
 
Dorongan untuk berani tampil ikut diberikan oleh tantenya, Evi Sandra, yang berprofesi sebagai manajer promosi di sebuah perusahaan produk kecantikan. Sejak dua tahun lalu, Rara mulai dijadikan model oleh Evi untuk acara pelatihan kecantikan yang dihadiri sekitar 200-350 peserta. “Walau hanya sebagai ‘kelinci percobaan’, sebagai model yang duduk dan dirias wajahnya, dari situ kepercayaan diri saya mulai bangkit,” katanya.
 
Melihat Rara makin dewasa, sang ibu terus memotivasi Rara mengikuti WF. Target awal ikut WF sebetulnya bukan untuk meraih gelar juara, melainkan agar Rara  makin terbiasa tampil di depan orang banyak. Meski sudah mulai memiliki kepercayaan diri, Rara tetap berjuang keras belajar tentang modeling dari nol kepada ibunya yang dulu sempat meniti karier sebagai model. Mulai dari cara berjalan, kelenturan tubuh dan tangan untuk pemotretan, serta cara menghadapi penjurian.
 
Menemukan Bakat & Passion
Bukan tanpa alasan jika Rara memilih meniti karier di bidang presenting setelah mengikuti WF. Lulusan D-3 Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jakarta ini meyakini bahwa keperawatan dan presenting punya satu kesamaan, yaitu komunikasi.
 
“Sebagai perawat, cara berkomunikasi yang baik sangat dibutuhkan saat melayani pasien, begitu pula dengan presenter yang harus bisa menyampaikan informasi dengan baik kepada publik,” ujar anak ketiga dari 7 bersaudara ini.
 
Ia meyakini profesi ini bisa menjadi sarana baginya untuk mengabdikan diri pada masyarakat luas. Sebab, profesi ini menuntut dirinya untuk selalu menambah wawasan dan membaginya kepada masyarakat. Untuk itu, Rara memastikan dirinya akan melanjutkan kuliah ke jenjang S-1 Kesehatan Masyarakat di Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang mulai aktif pada Maret 2017, dan melanjutkan ke jenjang S-2 Ilmu Komunikasi. Ilmu jurnalistik pun mulai ia pelajari lewat buku-buku dan menonton siaran berita.
 
“Di jurusan Kesehatan Masyarakat pun diajarkan tentang komunikasi, sebab tugas pokoknya adalah sebagai penyuluh kesehatan yang berhadapan dengan banyak orang. Komunikasi yang baik akan sangat dibutuhkan untuk menjangkau orang dari berbagai kalangan,” tutur alumnus Madrasah Aliyah Negeri 13 Jakarta ini. Untuk berbagi informasi tentang kesehatan area reproduksi yang umumnya masih dianggap tabu dibicarakan oleh masyarakat misalnya, tentu Rara akan membutuhkan kemampuan komunikasi untuk menyampaikannya.
 
Selain kemampuan berkomunikasi, beberapa wawasan tentang keperawatan pun diterapkan Rara pada dirinya sendiri sepanjang mengikuti hari-hari karantina WF dan dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal sederhana tetapi penting seperti minum air sebanyak mungkin, tetap tidur walau hanya sejenak di malam hari setelah beraktivitas, merendam kaki dengan air hangat bila sakit karena terlalu lama memakai high heel, serta menggosok gigi di pagi hari setelah sarapan adalah beberapa contohnya.

Presenter harus memiliki wawasan luas. Saya sedang berusaha untuk terus menjadi lebih baik. Saya ingin membuat anak-anak saya kelak bangga kepada saya,” ujar Rara. Selain memperkaya wawasan, putri pasangan Soulton Abdul Gani dan Novita Nurdin ini masih terus belajar untuk mengikis sifat egoistis, belajar memosisikan diri di posisi orang lain, serta belajar mengelola waktu demi mewujudkan impiannya. “Tidak ada proses belajar yang sia-sia. Saya pasti bahagia menjalaninya,” kata wanita yang mengidolakan presenter Najwa Shihab ini. (f)

Baca juga:
Tiffany, Pose Berkarakter
10 Kisah Para Finalis dari Penjurian Wajah Femina 2016
Dream, Express, Inspire: Berani Mewujudkan Mimpi di Wajah Femina 2016


Topic

#wajahfemina2016