2 Aug 2017

Dea Goesti Rizkita, Berawal dari Tidak Cepat Puas
Foto: Nurulita
 
Di atas panggung malam final Puteri Indonesia 2017 yang digelar di Jakarta, akhir Maret 2017 lalu, Dea Goesti Rizkita (24), finalis Wajah Femina (WF) 2016, tampil anggun. Ia berjalan dan berdiri dengan mantap tanpa keraguan, serta menjawab pertanyaan dari dewan juri dengan lugas sehingga akhirnya juri memilihnya menjadi Pemenang Runner Up 3, sekaligus menyabet gelar Puteri Indonesia Perdamaian 2017. Kini, Dea yang mengakui rasa percaya dirinya itu terpupuk sejak menjalani karantina Wajah Femina 2016, sedang menyiapkan diri untuk mengikuti ajang Miss Grand International 2017 yang akan digelar di Vietnam, Oktober 2017. Salah satunya kesiapan untuk mengangkat isu pendidikan bagi anak korban konflik.

Jalan panjang telah Dea tempuh untuk sampai di panggung malam final Puteri Indonesia 2017 lalu. Semua itu diawali 9 tahun lalu. Ketika sedang menonton acara malam final Puteri Indonesia 2008 bersama kedua orang tuanya di televisi, Dea berkata, “Suatu saat saya pasti berdiri di atas panggung itu!”

“Ketika dinobatkan sebagai Runner Up 3, kedua orang tua saya menangis. Mungkin mereka teringat perkataan saya 9 tahun yang lalu,” katanya. Ajang pertama yang Dea ikuti untuk meraih impiannya itu adalah Wajah Femina 2013. Sayang, waktu itu ia hanya mampu sampai di tahap 150 besar.

Ia tak menyerah. Atas dukungan dari ibunya, Aas Asmawati (50), ia pun menyiapkan diri untuk bisa berkompetisi di berbagai pemilihan beauty pageant, yaitu pemilihan Duta Wisata Jawa Tengah tahun 2014. Di ajang ini, Dea terpilih sebagai Pemenang I, mewakili Jawa Tengah di tingkat nasional yang digelar di Jakarta.

Tahun 2016, Dea mengikuti kelas beauty camp milik Artika Sari Devi dan Whulandary Herman (Pemenang II WF 2008 dan Puteri Indonesia 2013). Dea sempat pesimistis dan tidak mau mengikuti WF lagi. Namun, dengan dorongan Artika dan Whulandary, Dea pun mendaftar.

“Saya takut untuk ikut WF lagi karena tidak memiliki latar belakang sebagai model. Tapi, Artika dan Whulan meyakinkan saya bahwa Wajah Femina bisa menjadi pembuka jalan untuk meraih karier yang lebih tinggi,” tuturnya.

Baca juga:
Misi Sosial Dea Goesti Rizkita di Ajang Puteri Indonesia 2017
Selamat Datang di Keluarga Besar Femina!
Fun Fact Wajah Femina

Dan saran itu ternyata memang tidak berlebihan. Menjadi alumni WF membuat tawaran pekerjaan untuk tampil di berbagai fashion show di Semarang dan Yogyakarta pun banyak berdatangan. “Beberapa desainer meminta saya untuk mengikuti casting supaya bisa membawakan karya mereka,” katanya, senang. Pertengahan Desember 2016, ia tampil di Semarang Fashion Festival dan Jogja Fashion Festival, awal Maret 2017, membawakan karya Eko dan Tjandra, pemilik label Olanye dan perancang pakaian tradisional yang dipakai tim Indonesia dalam Olimpiade Rio 2016. 

Tawaran pekerjaan yang beragam dengan bayaran yang lumayan tak membuat Dea cepat puas. Ia masih ingin menantang dirinya untuk meraih prestasi sebanyak mungkin. Maka, pada Februari 2017, ia mengikuti seleksi Puteri Indonesia tingkat Provinsi Jawa Tengah. Dea pun terpilih sebagai Runner Up 3, salah satu dari 3 wakil Jawa Tengah yang ikut seleksi wawancara di Jakarta.

Anak pertama dari 2 bersaudara ini mengakui bahwa Wajah Femina telah membantunya untuk tampil maksimal selama mengikuti Puteri Indonesia. Pelajaran seperti catwalk, public speaking, dan pose untuk pemotretan yang ia dapatkan selama menjalani karantina Wajah Femina sangat bermanfaat baginya yang tidak memiliki latar belakang di bidang modeling.

Yang paling penting, mengikuti Wajah Femina mengajarkannya untuk berhenti membandingkan kecantikan dan kelebihan orang lain dengan dirinya sendiri. Sebelumnya, ia memang kerap melakukan itu yang akhirnya membuat Dea minder sebelum berjuang. “Kamidia Radisti yang menyampaikan materi di kelas boosting confidence meyakinkan kami bahwa tiap orang punya kelebihan masing-masing,” kata wanita pemilik tinggi badan 172 cm dan berat 52 kg ini.

Kini, hari-hari Dea padat dengan aktivitas. Selain menjalankan tugasnya sebagai Puteri Indonesia Perdamaian 2017, ia juga harus melakukan beragam persiapan sebagai bekal untuk berkompetisi di ajang Miss Grand International yang akan digelar di Vietnam,Oktober 2017 mendatang.

Pelatihan public speaking di bawah arahan Choky Sitohang dengan pertemuan 1 kali per bulan, kursus bahasa Inggris 2 kali dalam seminggu, dan berbagai pelatihan yang berkaitan dengan beauty pageant seperti catwalk dan lain-lain di bawah arahan Kelana serta perawatan wajah, gigi, dan rambut adalah beberapa persiapan yang ia jalani.

“Karena itu, sejak 2 bulan lalu saya memutuskan pindah dan menetap di Jakarta untuk satu tahun ke depan,” tutur mahasiswa semester akhir jenjang S-2 Psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, ini. Agar makin percaya diri, Dea juga berdiskusi dengan Ariska Putri Pertiwi, Pemenang I Miss Grand International 2016 yang kini menetap sementara di Thailand. “Kami mengobrol lewat WhatsApp. Ariska memberi tahu hal-hal yang harus dipersiapkan dan harus bersikap seperti apa saat mengikuti ajang tersebut,” tuturnya. (f)



Topic

#wajahfemina