True Story
Tuhan Tidak Melupakan Rosida

12 Feb 2016


Payudara kanannya pecah oleh gerogotan sel ganas kanker, menebarkan bau busuk yang menyengat. Rosida (46) ditolak dan terusir dari lingkungannya. Empat hari empat malam meringkuk di dalam sebuah gerobak seperti gelandangan, lantunan zikir membawa doanya naik. Fotonya yang terunggah ke media sosial berhasil menggerakkan hati banyak orang, aliran dana dan perhatian pun berdatangan. Tuhan masih sayang padanya. Hari ini (Jumat, 12 Februari), ia menghembuskan nafas terakhir, setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit selama kurang lebih seminggu.
 
“Ros mana?” tanya Rosida berulang-ulang dengan suara terisak. Ros adalah adiknya yang semalaman menungguinya di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD). Rosida sendiri adalah anak ke-6 dari 7 bersaudara.

Kondisi emosional Rosida memang masih naik turun. Tawaran air madu yang hendak diteteskan kerongga mulutnya ditampik oleh Rosida. Dengan sabar, dua relawan Love Pink Indonesia, Shanti Persada dan Mitha Purba, akhirnya berhasil memberikan pengertian dan menenangkan dirinya. Rosida pun kembali mengulas senyum tipis.

Di samping tempat tidurnya terlihat sepinggan lengkap bubur nasi. Namun, sendok yang terisi bubur itu masih menganggur di piring. “Dia nggak mau makan sama sekali,” ucap Mitha. Rongga mulut Rosida memang banyak ditumbuhi sariawan. Mungkin alasan ini yang membuat Rosida enggan makan. Terbayang siksaan perih yang harus dirasakannya.

Bagaimanapun, di hari Selasa (9/2), saat femina menengoknya, kondisi Rosida sudah jauh lebih baik daripada saat ia tiba di RSKD, Sabtu (6/2). Sebelumnya, selama empat hari, empat malam, Rosida hanya bisa tergolek di dalam gerobak pemulung, tidur beralas tumpukan kain dan beratap kelambu. Gerobak itu terparkir di salah satu sudut halaman pabrik batako, di Cibinong, Jawa Barat. “Saya tidak tahu apakah saat panas atau hujan ada yang meneduhkan gerobaknya,” ujar Shanti, miris.

Nasibnya berubah sejak foto dan cuplikan kisah hidupnya menjadi viral di media sosial. Merasa terketuk oleh nasib Rosida, Muchsin, sepupu Rosida yang tinggal di Bekasi, mengirimkan foto hasil jepretan salah satu anggota keluarga itu kepada kenalannya. Foto itu kemudian dipunggah ke Path dan tersebar cepat ke berbagai media sosial, seperti Twitter, Instagram, dan Facebook.

“Saya sendiri menerima forward foto itu melalui Path pada hari Sabtu, 2 Februari, sekitar pukul dua siang,” ujar Shanti, yang tergerak oleh rasa kemanusiaan langsung berkoordinasi dengan berbagai pihak mengupayakan pertolongan. Hanya dalam beberapa jam, tepatnya pukul 10 malam, Rosida berhasil dievakuasi ke Instalasi Gawat Darurat RSKD dengan bantuan relawan Rescue Car, yang diinisiasi oleh penyanyi sekaligus filantrop Andien Aisysah.

Di sepanjang perjalanan hingga tiba di rumah sakit, bibir Rosida tak berhenti berdzikir. Doanya didengar Tuhan dan dijawab melalui gelombang aksi kemanusiaan di jalur media sosial. Hanya dalam waktu 3x24 jam, Love Pink Indonesia yang bekerja sama dengan Kitabisa.com berhasil menggalang Rp200-an juta dari para netizen. Ditambah hasil penggalangan dana yang dilakukan Andien, pada Selasa (9/2) donasi yang terkumpul mencapai Rp400-an juta!

“Love Pink Indonesia akan berusaha sebaik mungkin mengelola amanah dari masyarakat ini,” ungkap Shanti, yang hari itu masih sibuk mengurus kartu BPJS untuk keberlanjutan perawatan Rosida. Namun, hingga kini, usahanya masih terbentur persyaratan administrasi. Rupanya Rosida tidak memiliki KTP.

“Namanya juga dipungut di jalanan, tentu dia tidak memiliki KTP,” keluh Shanti. Sembari menunggu pihak keluarga Rosida menguruskan KTP di desa asal mereka, perawatan kesehatan untuk Rosida terus berjalan. Dalam hal ini, Shanti sangat terbantu oleh aliran donasi dari para netizen.

Rosida hanyalah satu dari ratusan potret kehidupan warga negara Indonesia yang masih harus menempuh jalan panjang dan terjal untuk bisa menikmati jaminan kesehatan. Shanti merasa bahwa kasus seperti Rosida harusnya bisa tertangani dengan baik oleh Dinas Sosial. Sayang, jalur birokrasi yang menjamin hak-hak sebagai warga negara ini tidak dipahami oleh orang-orang kecil seperti Rosida dan keluarganya.

Ironinya lagi, menurut Shanti, Dinas Sosial pun mensyaratkan kepemilikan KTP. “Padahal, sudah barang tentu yang namanya gelandangan banyak yang tidak memiliki KTP. Dalam kondisi seperti ini, harusnya pemerintah punya solusi terobosan lain,” lanjut Shanti, mengkritisi.(f)
 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?