True Story
Perjuangan dan Harapan untuk Jose Edward dalam Menghadapi Atrofi Otot

1 Apr 2017


Menanti Keajaiban

Saya dan suami hanya bisa membawa segala kekalutan dan kekhawatiran kami dalam doa. Sampai suatu waktu Tuhan memberikan jawaban itu. Ternyata, tanpa saya ketahui, teman-teman saya menggalang dana melalui media sosial. Mereka tidak memberi tahu saya sebelumnya. Hingga akhirnya salah satu broadcast message tersebut sampai ke saya.

Bantuan ini membuat hati saya trenyuh. Jose yang akhirnya bisa terbang ke Singapura dengan menggunakan jet ambulance. Akhirnya, satu keajaiban memberi jalan bagi upaya kesembuhan Jose. Setidaknya, saya berharap bahwa dokter-dokter di Singapura bisa memberikan penerangan yang lebih jelas dan solusi terhadap permasalahan medis yang dimiliki Jose.

Selama di Singapura, Jose ditangani oleh tim dokter dari National University Hospital (NUH). Melalui serangkaian pemeriksaan intensif, tim dokter mendiagnosis Jose dengan penyakit Spinal Muscular Atrophy (SMA) tipe dua. Ini adalah salah satu penyakit langka yang menyerang anak-anak. Penyakit yang menyebabkan kelumpuhan ini belum ada obatnya! Harapan saya yang awalnya sempat membumbung, kembali redup. Telinga saya mendengar penjelasan dokter, tapi hati saya menolak percaya.

Dokter mengatakan bahwa anak-anak penderita SMA akan terus mengalami pengecilan dan pelemahan otot. Badan mereka akan semakin kurus. Saraf untuk menelan juga makin lemah, sehingga Jose sulit menerima asupan makanan. Dan yang paling fatal, kelumpuhan itu bisa mengakibatkan kematian!
Saya sempat protes kepada Tuhan. Kenapa saya yang mengalaminya? Apakah belum cukup Tuhan memberikan kesedihan dengan memanggil anak kedua kami, Joy, hingga kini pun Jose harus mengalami penderitaan ini? Seumur hidup saya tidak pernah mencelakakan orang. Tapi kemalangan rasanya tak pernah berhenti untuk kami…

Seorang istri pendeta memberi tahu saya, bahwa setiap anak sejatinya bukan milik kita. Mereka adalah titipan Tuhan. Dan Tuhan memberi kita titipan bukan tanpa alasan. “Anggap saja Jose adalah titipan Tuhan untukmu memberikan pelayanan,” katanya. Mendengar ini, kesedihan saya mulai berkurang.
Saya berusaha mengubah cara pandang. Apalagi setiap kali saya drop dan sedih berlarut-larut, Jose seperti merasakannya. Kondisinya akan semakin memburuk setiap kali saya sedih. Sambil mulutnya tak henti-henti memanggil mama. Saya memutuskan untuk kuat menjalaninya. Menjadikan kesetiaan saya mendampingi Jose sebagai bentuk pelayanan terbaik saya bagi Tuhan.

Cara pandang yang baru ini menjadi kekuatan tersendiri, sebab di saat yang sama Jose pun sedang bertarung dengan kematian. Menurut dokter, Jose harus menjalani operasi tracheostomy. Leher Jose harus dilubangi untuk menerima asupan makanan. Antara tega dan tidak tega, saya menyetujuinya. Tindakan operasi ini dilakukan di Surabaya, tempat kami menetap. Dan sejak itu pula hidup Jose tidak pernah jauh dari ventilator.

Demi menghemat biaya pengeluaran, Jose terpaksa harus menjalani perawatan home care. Meskipun tinggal di rumah, alat bantu napas ventilator dan lubang tracheostomy harus tetap terpasang untuk mendukung kehidupannya. Beberapa kali saya harus membersihkan kedua peralatan ini, dan kalau perlu mengganti beberapa bagian agar Jose tetap bisa bertahan.

Dengan cara seperti ini saja, setiap bulan kami bisa menghabiskan dana Rp30 juta. Sebab, kami harus mempekerjakan enam suster perawat yang dibagi dalam tiga shift untuk membantu merawat Jose setiap harinya. Kami juga harus membeli persediaan tabung oksigen, dan perlengkapan alat-alat medis lainnya.

Terkadang, sempat juga terpikir, tanpa Jose, hidup saya akan normal. Saya akan jalan-jalan bersama para sahabat, ikut arisan di sana-sini, sama seperti aktivitas ibu-ibu muda urban. Namun, saat kembali merenungkan setiap rangkaian kehidupan yang telah kami jalani, saya menyadari bahwa Jose membuat hidup saya lebih istimewa.

Membesarkan dan mendampingi Jose, saya diberi kepercayaan untuk melayani Tuhan dengan cara yang berbeda. Di mana saya belajar untuk benar-benar bergantung total pada penyertaan-Nya dalam hidup kami. Jose adalah persembahan dan pengabdian saya untuk-Nya. Saya tak pernah menyesal. Justru merasa beruntung mendapatkan sekian banyak lahan pahala melalui buah hati saya. Lagipula, hingga detik ini kami masih percaya bahwa keajaiban Tuhan itu nyata. (f)
 


 


Topic

#truestory, #kisahsejati

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?