True Story
Mengawal Mohammad Altair Nouman Sudjatmoko Kecil Melawan Kanker

26 Apr 2017


 Menjalani Berbagai Kemoterapi

Setelah kondisi ginjal Altair pulih, kami bersiap untuk treatment berikutnya, yakni kemoterapi. Sampai saat ini, Altair sudah menjalani 17 siklus kemoterapi. Kemoterapi dilakukan tiap seminggu sekali sesuai protokol dokter. Durasi tiap kemoterapi tergantung dari jenis obatnya. Ada yang hanya 15 menit, seharian dari pagi sampai sore, maupun beberapa jam tapi dilakukan selama 5 hari berturut-turut.

Pada 18 Maret 2017, dokter memberikan jenis obat kemoterapi yang kuat kepada Altair. Obatnya terdiri atas tiga jenis dan diinfuskan selama 48 jam nonstop. Altair harus diopname agar dokter bisa memantau kondisinya.  Benar saja, kondisi Altair langsung turun drastis. Ia langsung batuk pilek, demam menggigil sampai 40 derajat, broken skin parah di bokong sehingga menjerit-jerit  tiap BAB, rewel, dan tidak mau makan. Yang terparah, neutrophil atau sel darah putihnya yang bertugas melawan penyakit di tubuhnya, turun sampai angka nol.

Terdeteksi pula adanya bakteri pada urine. PCN tube memang meningkatkan risiko tumbuhnya bakteri, apalagi Altair saat itu tidak memiliki sel darah putih lagi. Dokter lalu memblok sementara tube itu dan ternyata Altair bisa buang air kecil sendiri cukup banyak. Namun, tube belum bisa dilepas total karena jumlah cairan yang keluar dari penis belum sebanding dengan yang masuk. Meski begitu, kemoterapi dinilai membuahkan hasil karena Altair mulai bisa berkemih normal.
Lima belas hari setelah menjalani kemoterapi ini, kondisi Altair pun pulih. Ia kembali aktif dan ceria.  Selama 4,5 bulan menjalani pengobatan itu, kondisi Altair menunjukkan peningkatan. Tumor di kandung kemihnya perlahan-lahan mengecil, walau masih perlu waktu lagi untuk menciut secara signifikan. Altair masih harus menjalani serangkaian kemoterapi lagi. Kami tetap bersabar dan bersyukur.

Selama Altair menjalani pengobatan di Singapura, saya dan suami senantiasa menemaninya. Kami menyewa apartemen yang terletak dekat dari rumah sakit. Sehari-hari, kami bergantian mengurus Altair. Saya rutin memasak karena Altair harus mengonsumsi makanan buatan sendiri yang segar. Suami juga mengurus pekerjaannya melalui e-mail dan telepon dengan timnya di Jakarta.    

Selama hampir lima bulan ini, kami tentu merasakan lelah batin dan fisik. Namun syukurlah, tak sampai stres berat atau depresi. Suami saya bahkan sangat tenang menghadapi ujian ini. Tiap saya bersedih, ia selalu mengingatkan untuk berpikir positif dan tetap tawakal. Saya sadar, masih banyak anak lain yang bernasib lebih pahit dari Altair. Tak sedikit yang kondisinya lebih parah. Sering pula saya mendengar kasus kanker anak lainnya, sementara orang tua si anak tak punya biaya untuk berobat. Dengan melihat ke bawah, saya seperti diingatkan untuk selalu bersyukur atas segala kemudahan yang telah Allah berikan saat mendampingi Altair berjuang.

Penyemangat utama saya adalah Altair sendiri. Ia pejuang kecil kami. Ia kuat dan ceria, seakan penyakit ini tak menghalanginya melakukan apa pun. Semangat hidupnya luar biasa. Kami tak ingin Altair melihat kami sedih karena ia memerlukan dukungan dan cinta dari kami. Jika saya sedih, saya cukup melihat Altair agar kembali bersemangat.

Salah satu cobaan terberat saya adalah berpisah dari Aidan, putra sulung kami. Selama ini, Aidan diasuh oleh eyangnya, orang tua suami. Tiap malam, kami melakukan video call dengan Aidan di Jakarta. Tiap kali ia berkunjung, rasanya patah hati saya ketika ia harus pulang. Syukurlah, walaupun Aidan sering bertanya kapan kami pulang, ia sangat pengertian dan sayang sekali pada adiknya.

Di tengah ujian ini, kami masih diberikan kepercayaan oleh Allah untuk mempunyai anak ketiga. Kehamilan saya kini menginjak trimester akhir dan perkiraan akan melahirkan pada Mei di Singapura. Kami sama sekali tak merencanakannya. Saya sempat panik karena bolak-balik menemani Altair menjalani scan yang mengandung radiasi. Saya baru tenang ketika hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi janin sehat dan normal.

Fokus kami kini terus mendampingi Altair sampai siklus kemoterapi dinyatakan selesai. Ada rencana melakukan operasi pengangkatan tumor, tetapi harus menunggu sampai tumor itu menciut sekecil mungkin. Apa pun, saya yakin rencana Allah adalah yang terbaik untuk keluarga kami. Saya senantiasa bersabar dan bersyukur atas segala kemudahan, bahkan berkah kehamilan tak terduga ini. Segalanya sudah indah saat ini, dan pasti  makin indah pada waktunya.(f)
 
 


Topic

#kisahsejati

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?